Jaksa spesialis perkara korupsi. Pendekatan
kekeluargaan bisa, tapi proses hukum jalan terus tanpa pandang bulu.
Romy Arizyanto SH MH |
KEHADIRAN Romy Arizyanto SH MH di Surabaya
sebagai Kepala Seksi Penerangan Hukum (Kasi Penkum) Kejaksaan Tinggi Jawa Timur
yang baru di “Tahun Kuda” ini, langsung menyita perhatian publik. Bukan hanya
karena jabatan Kasi Penkum Kejati Jatim yang memang lekat dengan wartawan,
namun sosok seorang Romy Arizyanto yang ramah, friendly, muda dan energik, membuatnya cepat dikenal dan akrab.
Seperti
ketika bertemu dalam suatu even di kantor Kejaksaan Tinggi Jawa Timur di Jl A
Yani, Surabaya, tempo hari, Jaksa Romy begitu supel dan bersahabat menghampiri
FAKTA, langsung mengajak ngobrol
tentang banyak hal seputar penegakan hukum di Jawa Timur.
Namun
begitu, seorang Jaksa Romy Arizyanto SH MH, berbeda seratus delapan puluh
derajat manakala ia menangani suatu perkara korupsi. Di situlah ia menjadi sosok
yang disegani dan ditakuti oleh para pihak, karena ketegasannya dan tak kenal
kompromi.
Telah
banyak kasus korupsi dituntaskannya semasa ia bertugas di Kejaksaan Tinggi
Jambi, periode tahun 2011 lalu. “Saya saat di Kejati Jambi sudah menangani
kasus korupsi yang melibatkan 4 orang pejabat pemimpin daerah alias Bupati.
Tiga di antaranya proses perkaranya sudah inkrag,
satu perkara lainnya masih dalam upaya hukum,” ungkapnya, dalam suatu wawancara
khusus dengan FAKTA, di ruang kerjanya, di kantor Kejati Jatim, Kamis (27/2).
Tidak jarang ia mengalami hal yang aneh-aneh
dalam proses menangani perkara, mulai dari yang berbau magic sampai ditelEpon dari pusat dan dimaki -maki setelah vonis dijatuhkan
oleh majelis hakim.
“Saya
ditakuti di Jambi karena banyak kasus korupsi yang saya tuntaskan semua tanpa
kompromi dan tanpa pandang bulu,” ucapnya. Satu di antaranya adalah kasus
korupsi yang melibatkan pejabat Humas Pemerintah Kota Jambi.
Saat Korupsi Menimpa Sahabat
Ketika
turun surat perintah dari pusat, beserta setumpuk dokumen tentang kasus korupsi
yang melibatkan pejabat tersebut, Romy pun bingung, karena si pejabat Humas itu
notabene adalah sahabatnya. Sedangkan
hampir setiap pagi ia bersama si pejabat dan seorang lagi reporter televisi
dari Jakarta berangkat bersama-sama menuju ke tempat tugas masing-masing.
Ketiganya sudah seperti bersaudara.
Namun,
bagi Romy, tugas tetaplah tugas, dan perintah dari pusat harus dilaksanakan.
Hingga ia pun menyempatkan diri untuk mengatakan kepada sang sahabat, bahwa
keterlibatannya atas kasus korupsi tersebut tidak bisa dihindari lagi.
Dan,
apa kata si pejabat ? “Ya kalau memang harus disidangkan, kalau nanti aku harus
dipenjara… aku minta kamulah yang memenjarakan aku”. Oleh majelis hakim ia
dihukum satu tahun dua bulan penjara, dan semua kerugian negara dikembalikan.
Siang itu si pejabat bertandang ke ruang dinasnya di Kejati untuk pamit
menjalani hukuman, dan minta diantar sampai ke Lapas.
Kasus
lain yang terkesan baginya adalah ketika seorang terdakwa perkara korupsi yang
setelah divonis majelis hakim, malah menyatakan berterima kasih kepadanya.
Rupanya, saat itu bertepatan dengan proses penerimaan pegawai di Kejaksaan
Tinggi Jambi, dan anak kandung dari terpidana tadi dinyatakan lulus tes seleksi
penerimaan pegawai. Si terpidana koruptor berucap pada Romy,“Pak, titip-titip
anak saya ya Pak, terima kasih sebelumnya”.
Romy Arizyanto SH MH saat ngobrol dengan Wapimred Majalah FAKTA, Sukariyanto, di ruang kerjanya |
Dilempari Telur Busuk
Berpindah
tempat dan mutasi jabatan bagi Jaksa Romy menjadi hal yang menyenangkan, karena
di situ banyak memberikan ilmu baru dan pengalaman, banyak teman serta lebih
mempererat persaudaraan. Apalagi keluarganya selalu mendukung apa pun yang
terkait dengan tugas yang diembannya.
Namun,
satu waktu pernah sang istri tercinta, Betri Yeluita, justru yang minta pindah.
Usut punya usut, ternyata Ny Betri mengalami teror yang menakutkan. Ia
dilempari telur busuk dan tomat oleh orang yang tidak dikenal. Hingga Romy pun
meluluskan permintaan sang istri,
Kejadian
lain yang menimpanya akibat ia menangani suatu perkara korupsi, adalah ketika tiba-tiba
bertiup angin kencang yang membuat atap rumahnya tersingkap dan lepas diterbangkan
angin, sedangkan rumah-rumah dinas lainnya di sebelah rumah dinas Romy aman-aman
saja. Dan peristiwa pecahnya sejumlah gelas di atas baki di ruang makan di rumah
dinasnya. Tanpa sebab gelas-gelas itu pecah dengan kepingan-kepingan yang
lembut. Tidak lama kemudian datang orang tak dikenal menawarkan diri untuk
membantu mengatasi kejadian tersebut dengan keahlian magicnya. Kejadian-kejadian itu dianggapnya sebagai aksi teror.
Jawa Timur Kasusnya Lebih Rumit
“Saya ditakuti di Jambi karena banyak kasus korupsi yang saya tuntaskan semua tanpa kompromi dan tanpa pandang bulu” |
Menurut
Jaksa Romy, situasi di Jawa Timur cukup baik, dan ia merasakan semua pihak “wellcome” kepadanya, serta tidak ada
kendala yang berarti. Bedanya di Surabaya – Jawa Timur, kasus-kasusnya lebih
rumit dengan data-data yang setumpuk, sehingga harus ekstra jeli dan penuh
strategi, karena kalau tidak jeli perkara yang sesungguhnya pidana bisa
tergelincir menjadi perdata. “Kita jangan sampai salah menarik benang
merahnya,” tuturnya.
Namun,
bapak tiga anak ini telah cukup berpengalaman dalam menelaah suatu perkara
korupsi. Lulusan Magister Hukum Universitas Jambi ini telah mengenyam sederet
karir jabatan di institusi kejaksaan yang ditempuhnya dari bawah. Dimulai sejak
menjadi CPNS tahun 2000 di Kejaksaan Negeri Sungai Penuh, lanjut sebagai Jaksa
Fungsional Tahun 2003 di Kejaksaan Negeri Sarolangun, Kasubsi Penuntutan Tahun
2004 di Kejaksaan Negeri Jambi, Kasi Pidum Tahun 2006 di Kejaksaan Negeri
Malinau, Kalimantan Timur, Kasi Pidsus Tahun 2009 di Kejaksaan Negeri Muara
Tebo, Kasi Eksekusi dan Eksaminasi Tahun 2011 di Kejaksaan Tinggi Jambi , dan
kini menjabat Kasi Penerangan Hukum Tahun 2014 di Kejaksaan Tinggi Jawa Timur,
di Surabaya.
“Semua
ini tak lepas dari dukungan keluarga saya dan teman-teman wartawan,” ucapnya
dengan bersahaja. (Tim)R.26
No comments:
Post a Comment