JANJI Alek kepada FAKTA untuk turut mengawal kebijakan
pembangunan di DIY ternyata tidak main-main. Ketua Umum LSM Korek (Komunitas
Rakyat Ekonomi Kecil) ini bahkan mengajak FAKTA menelusuri salah satu program
pemerintah yang sempat mendapat berbagai reaksi masyarakat.
Adalah MSMHP atau Metropolitan Sanitation Management and
Health Project (Pengelolaan Sanitasi dan Kesehatan Perkotaan) di bawah
kendali Satker Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman (PPLP) Dinas
Pekerjaan Umum DI Yogyakarta. Proyek ini mencakup wilayah administratif Kota
Yogyakarta, Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul, yang dikenal dengan nama
KARTAMANTUL. Drajat Widjunarso, Kepala Satuan Kerja PPLP DIY, saat ditemui di
kantornya mengatakan, dengan adanya proyek tersebut pihaknya ingin sistem
pengelolaan limbah bisa lebih baik lagi. Kemudian dipaparkanlah soal drainase
Samirono dan Janti. Di mana berfungsi untuk mengurangi lamanya genangan air
hujan, contohnya kawasan Ambarukmo Plasa yang kini tidak banjir lagi.
"Kalau banjir biasanya terkait perilaku masyarakat membuang sampah sembarangan,”
dalihnya.
MSMHP sendiri untuk mengelola air
limbah skala besar di mana banyak saingan karena kota lain pada
memperebutkannya dan DIY bersyukur bisa mendapatkannya. Target saat ini 14 ribu
sambungan rumah baru supaya IPAL berfungsi maksimal. Drajat meminta semua pihak
untuk membantu jalannya proyek tersebut yang saat ini tengah diaudit BPK setelah
sebelumnya Inspektorat Daerah masuk. Sistemnya melalui penggalian jalan selebar
1,25 m atau dibor untuk menanam PVC atau ada HDPE sepanjang 54 km.
"Gali pasang pipa berdasar kemiringan terus pasang menhul tiap jarak 50
meter, setelah itu diurug,” jelasnya.
Permasalahan mulai timbul karena
kandungan tanah di bawah Kota Yogjakarta ternyata kebanyakan pasir. Jadi saat
jalan dibuka 1,25 m kanan-kirinya menjadi runtuh. Ditambah kontribusi curah
hujan yang kemudian banyak mengakibatkan bolong (lobang) di bekas galian,
keberadaan kabel optik juga menyumbang peranan akan rusaknya jalan.
Dicontohkan pula saat jalan di
Demangan Baru saat salah satu bus pariwisata ambles di menhul, yang ternyata
merupakan mata air. Prosesnya memang memerlukan waktu. Saat kembali menutup
galian juga harus rata jalan, sedang kalau ada pengguna jalan jatuh atau
kecelakaan pihaknya berani bertanggung jawab. "Nanti akan diaspal dua
tahap, ini program Kementerian PU Dirjen Cipta Karya,” tandasnya mengakhiri
wawancara dengan FAKTA.
Alek mengkritisi pembangunan yang
dilakukan agar jangan sampai merusak insfrastruktur yang sudah ada. "Coba
lihat jalanan yang ada saat ini," tegas Alek yang merasa prihatin sehabis
menolong korban kecelakaan bermotor akibat terpeleset menhul. "Harusnya
rekanan yang notabene dari BUMN
bisa memberikan contoh semua pihak saat menjalankan kegiatannya. Pasti akan
kita sikapi kalau tetap begini keadaannya,” tandasnya kemudian. (F.883)R.26
Menhul (tutup
bulat) MSMHP sebagai salah satu contoh yang kurang rapi pengerjaannya |
No comments:
Post a Comment