REPUTASI Kota Surabaya tampaknya mampu menarik perhatian
negara-negara besar. Setelah Dubes
Prancis dan Atase Kedubes Belanda mengunjungi Surabaya pada 12 Maret lalu, kini
giliran Dubes Italia untuk Indonesia, Federico Failla, yang sowan ke Walikota Tri Rismaharini.
Dalam
lawatannya ke Balai Kota Surabaya pada Selasa (18/3), Failla membawa serta
delapan perwakilan pengusaha asal Negeri Pizza. Momen tersebut dimanfaatkan kedua
pihak untuk penjajagan kemungkinan dilakukannya
kerja sama.
Failla
mengatakan, hal yang mendasari kedatangannya kali ini adalah penilaiannya
terhadap Surabaya sebagai pasar yang penting bagi Italia. Kota Pahlawan
dipandang sebagai kota dengan pertumbuhan paling signifikan di Indonesia.
“Karena itulah kami datang ke sini. Kami tertarik bekerja sama di sektor
otomotif/transportasi, makanan, sepatu, hingga pengelolaan sampah,” katanya.
Samuele
Porsia, Direktur Italian Trade Agency, menuturkan, industri manufaktur Italia
merupakan yang terbesar kedua di Eropa setelah Jerman, sedangkan di dunia
menduduki posisi kelima. Negara yang
beribu kota di Roma tersebut juga penghasil sepatu kualitas terbaik sejagad.
Lino
Paravano, pengusaha Italia yang sudah menanamkan modalnya di Jawa Timur, menambahkan
bahwa dalam kurun 15 tahun terakhir, bidang manufaktur Italia tumbuh paling signifikan
di antara negara-negara Eropa lainnya. “Dalam kesempatan ini, saya berharap
tercipta momen kerja sama yang melibatkan perusahaan-perusahaan Italia. Tidak
perlu diragukan lagi, karena perusahaan Italia mempunyai reputasi yang bagus
dan terpercaya,” ujar pria yang fasih berbahasa Indonesia ini.
Menanggapi
hal itu, Walikota Tri Rismaharini menyatakan pihaknya menyambut baik inisiatif Dubes
Italia yang sudah memfasilitasi para pengusaha tersebut. Namun demikian, tentu
tidak semua tawaran kerja sama tersebut bisa terlaksana. Realisasi kerja sama
akan disesuaikan dengan kebutuhan kota. Dikatakan Risma, saat ini Surabaya
tengah fokus dengan rencana pembangunan angkutan masal cepat (AMC). Sebagai
kota jasa dan perdagangan, aktivitas ekonomi di Surabaya sudah kian padat. Sehingga
tak jarang kota metropolis menjadi jujugan untuk menggelar pertemuan bisnis.
“Tapi, sayangnya, kami masih belum punya sarana rekreasi keluarga berupa taman
hiburan. Itu juga merupakan salah satu kebutuhan kami saat ini,” tuturnya.
Sedangkan
di bidang lingkungan, Surabaya sudah menjalin kerja sama dengan Kitakyushu, Jepang. Sehingga yang paling
memungkinkan saat ini adalah kerja sama
di bidang lain, seperti pelatihan manufaktur maupun bidang transportasi. (F.183)R.07
No comments:
Post a Comment