KOTA Surabaya
resmi menjadi Kota Menuju Sustainable
Consumption & Production (SCP), ditandai dengan peluncuran program From Learning
to Living, yang merupakan buah kerja
sama Pemkot Surabaya dengan Tunas Hijau. Acara peresmiannya oleh Walikota
Surabaya, Tri Rismaharini, ini terselenggara di Graha Sawunggaling, Sabtu
(22/3).
From Learning to Living merupakan implementasi awal Pola
Konsumsi Hijau di rumah tangga. Sekitar 200-250 keluarga di Kota Surabaya akan
dipilih dan dibimbing untuk menerapkan pola konsumsi hijau. Dan, pada bulan
November nanti, akan diberikan penghargaan bagi keluarga-keluarga yang sukses
melaksanakan pola konsumsi hijau (Green
Family). Program ini didukung oleh Proyek Sustainable Consumption and Production (SCP) Switch Asia Uni Eropa.
Kota
SCP juga berisi program-program pola konsumsi hijau lainnya untuk mendukung
terimplementasinya kebiasaan berpola hidup hijau di masyarakat. Salah satunya
adalah kampanye di retail-retail untuk meningkatkan pemahaman masyarakat
mengenai produk-produk ramah lingkungan (hijau) serta mendorong tersedianya
lebih banyak produk hijau di retail. Memilih produk yang ramah lingkungan
adalah langkah pertama dalam konsumsi hijau.
Surabaya
merupakan pilot project implementasi Green Public Procurement, yaitu
pengadaan pemerintah yang memperhatikan kriteria-kriteria produk hijau.
Kebijakan ini akan mendorong penerapan produksi yang berkelanjutan di industri
serta tersedianya produk ramah lingkungan lebih banyak di pasar konsumen.
Dalam
kesempatan tersebut, Walikota memberikan apresiasi kepada semua pihak baik
sekolah, masyarakat maupun lembaga dan pihak lain yang telah melakukan berbagai
kegiatan mendukung pelestarian lingkungan seperti halnya penghematan energi
(listrik) secara terukur.
”Pembiasaan
penghematan energi tidak hanya dapat dilakukan di sekolah, melainkan juga di
rumah dengan mengajak seluruh anggota keluarga ikut menghemat pemakaian energi
seefisien mungkin sehari-hari. Caranya dengan mematikan semua peralatan
elektronik jika sudah tidak digunakan,” tutur Walikota Risma di hadapan kepala
sekolah, guru dan siswa.
Upaya menghemat pemakaian energi
listrik tidak hanya dengan mematikan lampu di siang hari, lanjut Risma, tetapi
juga memanfaatkan penerangan dari cahaya matahari. “Misalnya dengan memasang
genteng kaca di kamar mandi, sehingga ketika lampu dimatikan pada siang hari
ruangan masih bisa terlihat terang. Contoh lain adalah dengan pengecatan
ruangan yang semula berwarna gelap diganti dengan warna-warna terang,”
himbaunya, seraya mengingatkan bahwa sumber energi listrik bisa habis karena
terus dieksplorasi.
“Gebyar
hemat energi sekolah ini diharapkan dapat mengajak masyarakat melakukan
penghematan energi mulai dari sekarang. Ayo, kita budayakan hidup hemat energi.
Selain menghemat biaya, kita bisa menyelamatkan bumi,” harapnya.
Sementara
itu, Asisten Deputi Standarisasi dan Teknologi, Kementerian Lingkungan Hidup RI,
Nur Adi Wardoyo, mengungkapkan, program ini merupakan salah satu cara untuk
mengajak masyarakat mau melakukan hemat energi. Para orangtua dan siswa
diharapkan mengkampanyekan program ini, sehingga tercipta gaya hidup hemat
energi di Surabaya. (F.183)R.07
No comments:
Post a Comment