Tuesday, April 1, 2014

OPINI : MEMILIH ATAU GOLPUT ?


TANGGAL Sembilan April sudah dihadapan mata semua partai politik mulai mencari simpati warga untuk memenangkan pemilihan umum pada perhelatan akbar lima tahunan yang dilaksanakan dinegara Indonesia, banyak cara yang dilakukan oleh partai politik atau CALEG dari masing-masing partai agar mendapatkan kursi sesuai yang ditargetkan, banyak cara yang dilakukan oleh para Caleg maupun  partai salah satunya adalah media baik media massa atau elektronik seperti radio, TV, ini merupakan alat yang paling ampuh menurut sebagian kandidat karena media ini ditonton oleh seluruh masyarakat di seluruh penjuru nusantara.
Di dalam tayangan di salah satu stasiun televisi ada yang menayangkan wawancara warga terkait tentang Pileg 9 April 2014 banyak yang menyatakan tidak tahu karena kurangnya pendekatan  para wakil rakyat yang sudah terpilih pada tahun 2009 lalu sehingga warga trauma dan beranggapan wakil rakyat turun ketika hampir pemilihan setelah selesai selesai juga urusannya (baca : rakyat). Dari ituh dibutuhkan kerja keras dari semua caleg dan para pengurus partai untuk memulihkan kepercayaan rakyat agar langkah golput tidak terus bertambah setiap pimilihan.

Terlepas dari semua itu setiap hari pasti kita milihat tayangan dialog tentang pemilihan umum 9 April mendatang yang dimaksudkan menekan angka golput. Akan tetapi pertanyaannya mampukah media TV untuk menekan angka golput ? Hal ini semuanya bisa terjawab jika para wakil rakyat di parlemen sana tidak tidur, rakyat sekarang sudah pandai dan kritis dibandingkan dulu.

Ada pengalaman yang cukup menarik, biasanya partai melakukan survei polling terhadap masyarakat apakah partainya banyak yang mendukung atau tidak, ini dilakukan untuk mendongkrak perolehan suara dan kursi di parlemen nantinya. Sebut saja partai “X” misalnya yang melakukan survei di bawah dan hasilnya ditayangkan di TV, biasanya cara ini sangat ampuh untuk menarik simpati masyarakat karena orang yang akan memilih partai X tersebut adalah orang-orang yang tahu betul akan platform partai atau minimal tertarik tentang performance simpatik yang selama ini ditunjukkan oleh pendukung dan anggota legislatif partai tersebut, mengapa demikian karena partai tersebut berkampanye sangat elegan dan semua anggota legislatifnya dari pusat sampai daerah jujur dan merakyat. Ada juga sebagian orang memilih partai hanya coba-coba, karena trauma dengan kejadian terhadap partai pemenang pemilu tahun lalu. Sehingga sekarang memilih hanya sekedar mencoba.

Lain dari fenomena  di atas sebenarnya di sini saya tertarik menyoroti  partai Islam dalam pollingnya sekarang barada dalam urutan ketiga bahkan keempat setelah masuknya partai-partai nasionalis kelihatannya partai yang tidak berbasis agama ini mempunyai kader yang militan. Mengapa ? Padahal di Indonesia mayoritas rakyatnya adalah Islam.

Saya jadi ingat dengan apa yang disampaikan oleh ustadzah Irene Handoyo, da’i yang mantan biarawati. Beliau mengatakan jika ummat Islam (baca : Partai Islam) terpecah menjadi lima atau tiga kelompok saja, maka dikawatirkan presiden di Indonesia nanti muncul dari orang-orang ateis atau non muslim. Apa yang dikatakan oleh ustadzah Irene Handoyo hendaknya patut diwaspadai. Hal ini karena non muslim sampai detik ini masih merancang dan melakukan skenario mengajak para muslim untuk ikut ajarannya secara samar.

Pemilu 2014 ini merupakan momen yang sangat strategis untuk mengantisipasi misi non muslim di Indonesia. Artinya, kita harus memanfaatkan pemilu ini sebagai sarana dakwah. Dakwah untuk membangun tatanan Islam membendung pengaruh misionaris di Indonesia. Mengapa ? Karena suara kita sangat diperlukan oleh partai-partai Islam dan caleg-caleg yang memiliki komitmen Islam yang konsisten. (terlepas dari partai politik yang kotor). Apalagi sistem pemilu sekarang yang memberi ruang yang cukup bebas untuk langsung memilih caleg-caleg yang kita inginkan. Jadi ketika ada saudara muslim kita yang kita tahu kapabilitas keislamannya ketika kita tidak memilih ini merupakan suatu kerugian, artinya kita harus memilih sesuai hati nurani dan komitmen dari caleg tersebut, jangan sampai golput. Karena bisa jadi caleg-caleg yang konsisten karena minoritas akhirnya terpengaruh oleh caleg-caleg misionaris.

Kita tidak menafikkan dan menutup mata sistem pemerintahan di tubuh Indonesia masih jauh dari sistem Islam. Maksudnya, tidak salah jika ada kelompok yang mengatakan bahwa pemerintah kita masih belum islami. Akan tetapi pemilu sekarang terfokus pada pemilihan pelaku-pelaku politik di parlemen. Dari sinilah jika presiden dan anggota parlemen kita memiliki komitmen yang baik, berbudi luhur, jujur, tahu benar dan salah, maka dakwah Islam sangat terbantu. Bahkan tidak mustahil sistem Islam akan terwujud jika Presiden dan anggota perlemennya menjalankan tugasnya dengan benar dan jurdil. Bukankah kita kalau tidak bisa berbuat banyak akan tetapi tidak meninggalkannya tetapi membuat sarana untuk menuju ke hal yang lebih baik.

Menghadapi pemilu yang tinggal selangkah lagi kini umat Islam harus benar-benar siap. Maksudnya, siap memilih yang tepat secara teknis dan tepat memilih caleg-calegnya baik di pusat maupun di daerah agar lima tahun ke depan kita tidak sengsara lagi, nasib rakyat diperhatikan, kemiskinan dan pengangguran berkurang seperti yang selama ini menjadi topik utama di tubuh pemerintah. Kita harus meninggalkan kepentingan pribadi atau kepentingan golongan di atas kepentingan agama. Jangan gara-gara perbedaan golongan/partai/harakah kita lalu berpaling dan memilih partai-partai yang  justru memihak kelompok  non muslim atau mungkin golput. Saya kira dalam pemilu nanti masih banyak caleg/dan capres kita yang punya komitmen atau minimal punya kepedulian terhadap agama. Dengan demikian sarana menuju pembelaan agama di Indonesia semakin kuat dan kompak. Ingat bagaimana anggota perlemen muslim kita yang cukup kompak walaupun dari baragam partai untuk menggolkan RUU di Senayan sana ? Mudah-mudahan anggota parlemen dan presiden yang terpilih dari hasil pemilu nanti bisa menggolkan dan membumikan hukum dan sistem Islam di Indonesia. Hal ini tentunya jika anggota legislatif dan presiden yang kita pilih punya pemahaman Islam yang kaffah dan bukannya para islamolog an sich. Wallahua’alm bissahawab.

Oleh :










Saedi
Kepala MDT Nurul Jadid, Guru MTs Mishbahul Ula PKM Kurikulum MI Nurul Jadid
Juruan Daya RT 02/07, Batuputih, Sumenep, Madura, Jawa Timur
HP. 081946786570 / 082333756901

No comments:

Post a Comment