TANGGAL Sembilan April sudah dihadapan mata semua partai politik mulai mencari simpati warga untuk memenangkan pemilihan umum pada perhelatan akbar lima tahunan yang dilaksanakan dinegara Indonesia, banyak cara yang dilakukan oleh partai politik atau CALEG dari masing-masing partai agar mendapatkan kursi sesuai yang ditargetkan, banyak cara yang dilakukan oleh para Caleg maupun partai salah satunya adalah media baik media massa atau elektronik seperti radio, TV, ini merupakan alat yang paling ampuh menurut sebagian kandidat karena media ini ditonton oleh seluruh masyarakat di seluruh penjuru nusantara.
Di
dalam tayangan di salah satu stasiun televisi ada yang menayangkan wawancara
warga terkait tentang Pileg 9 April 2014 banyak yang menyatakan tidak tahu
karena kurangnya pendekatan para wakil
rakyat yang sudah terpilih pada tahun 2009 lalu sehingga warga trauma dan beranggapan
wakil rakyat turun ketika hampir pemilihan setelah selesai selesai juga
urusannya (baca : rakyat). Dari ituh dibutuhkan kerja keras dari semua caleg
dan para pengurus partai untuk memulihkan kepercayaan rakyat agar langkah
golput tidak terus bertambah setiap pimilihan.
Terlepas
dari semua itu setiap hari pasti kita milihat tayangan dialog tentang pemilihan
umum 9 April mendatang yang dimaksudkan menekan angka golput. Akan tetapi
pertanyaannya mampukah media TV untuk menekan angka golput ? Hal ini semuanya
bisa terjawab jika para wakil rakyat di parlemen sana tidak tidur, rakyat
sekarang sudah pandai dan kritis dibandingkan dulu.
Ada
pengalaman yang cukup menarik, biasanya partai melakukan survei polling
terhadap masyarakat apakah partainya banyak yang mendukung atau tidak, ini
dilakukan untuk mendongkrak perolehan suara dan kursi di parlemen nantinya. Sebut
saja partai “X” misalnya yang melakukan survei di bawah dan hasilnya ditayangkan
di TV, biasanya cara ini sangat ampuh untuk menarik simpati masyarakat karena
orang yang akan memilih partai X tersebut adalah orang-orang yang tahu betul
akan platform partai atau minimal tertarik tentang performance simpatik yang
selama ini ditunjukkan oleh pendukung dan anggota legislatif partai tersebut,
mengapa demikian karena partai tersebut berkampanye sangat elegan dan semua
anggota legislatifnya dari pusat sampai daerah jujur dan merakyat. Ada juga
sebagian orang memilih partai hanya coba-coba, karena trauma dengan kejadian
terhadap partai pemenang pemilu tahun lalu. Sehingga sekarang memilih hanya
sekedar mencoba.
Lain
dari fenomena di atas sebenarnya di sini
saya tertarik menyoroti partai Islam dalam
pollingnya sekarang barada dalam urutan ketiga bahkan keempat setelah masuknya
partai-partai nasionalis kelihatannya partai yang tidak berbasis agama ini
mempunyai kader yang militan. Mengapa ? Padahal di Indonesia mayoritas rakyatnya
adalah Islam.
Saya
jadi ingat dengan apa yang disampaikan oleh ustadzah Irene Handoyo, da’i yang
mantan biarawati. Beliau mengatakan jika ummat Islam (baca : Partai Islam)
terpecah menjadi lima atau tiga kelompok saja, maka dikawatirkan presiden di
Indonesia nanti muncul dari orang-orang ateis atau non muslim. Apa yang
dikatakan oleh ustadzah Irene Handoyo hendaknya patut diwaspadai. Hal ini
karena non muslim sampai detik ini masih merancang dan melakukan skenario
mengajak para muslim untuk ikut ajarannya secara samar.
Pemilu
2014 ini merupakan momen yang sangat strategis untuk mengantisipasi misi non
muslim di Indonesia. Artinya, kita harus memanfaatkan pemilu ini sebagai sarana
dakwah. Dakwah untuk membangun tatanan Islam membendung pengaruh misionaris di
Indonesia. Mengapa ? Karena suara kita sangat diperlukan oleh partai-partai Islam
dan caleg-caleg yang memiliki komitmen Islam yang konsisten. (terlepas dari
partai politik yang kotor). Apalagi sistem pemilu sekarang yang memberi ruang
yang cukup bebas untuk langsung memilih caleg-caleg yang kita inginkan. Jadi
ketika ada saudara muslim kita yang kita tahu kapabilitas keislamannya ketika kita
tidak memilih ini merupakan suatu kerugian, artinya kita harus memilih sesuai
hati nurani dan komitmen dari caleg tersebut, jangan sampai golput. Karena bisa
jadi caleg-caleg yang konsisten karena minoritas akhirnya terpengaruh oleh
caleg-caleg misionaris.
Kita
tidak menafikkan dan menutup mata sistem pemerintahan di tubuh Indonesia masih
jauh dari sistem Islam. Maksudnya, tidak salah jika ada kelompok yang
mengatakan bahwa pemerintah kita masih belum islami. Akan tetapi pemilu
sekarang terfokus pada pemilihan pelaku-pelaku politik di parlemen. Dari
sinilah jika presiden dan anggota parlemen kita memiliki komitmen yang baik,
berbudi luhur, jujur, tahu benar dan salah, maka dakwah Islam sangat terbantu.
Bahkan tidak mustahil sistem Islam akan terwujud jika Presiden dan anggota
perlemennya menjalankan tugasnya dengan benar dan jurdil. Bukankah kita kalau
tidak bisa berbuat banyak akan tetapi tidak meninggalkannya tetapi membuat
sarana untuk menuju ke hal yang lebih baik.
Menghadapi
pemilu yang tinggal selangkah lagi kini umat Islam harus benar-benar siap.
Maksudnya, siap memilih yang tepat secara teknis dan tepat memilih caleg-calegnya
baik di pusat maupun di daerah agar lima tahun ke depan kita tidak sengsara
lagi, nasib rakyat diperhatikan, kemiskinan dan pengangguran berkurang seperti yang
selama ini menjadi topik utama di tubuh pemerintah. Kita harus meninggalkan
kepentingan pribadi atau kepentingan golongan di atas kepentingan agama. Jangan
gara-gara perbedaan golongan/partai/harakah kita lalu berpaling dan memilih
partai-partai yang justru memihak
kelompok non muslim atau mungkin golput.
Saya kira dalam pemilu nanti masih banyak caleg/dan capres kita yang punya komitmen
atau minimal punya kepedulian terhadap agama. Dengan demikian sarana menuju
pembelaan agama di Indonesia semakin kuat dan kompak. Ingat bagaimana anggota
perlemen muslim kita yang cukup kompak walaupun dari baragam partai untuk
menggolkan RUU di Senayan sana ? Mudah-mudahan anggota parlemen dan presiden
yang terpilih dari hasil pemilu nanti bisa menggolkan dan membumikan hukum dan
sistem Islam di Indonesia. Hal ini tentunya jika anggota legislatif dan
presiden yang kita pilih punya pemahaman Islam yang kaffah dan bukannya para
islamolog an sich. Wallahua’alm
bissahawab.
Oleh :
Saedi
Kepala MDT Nurul Jadid, Guru MTs Mishbahul Ula PKM
Kurikulum MI Nurul Jadid
Juruan
Daya RT 02/07,
Batuputih,
Sumenep,
Madura,
Jawa Timur
HP. 081946786570 / 082333756901
No comments:
Post a Comment