Danrem 011/Lilawangsa, Kolonel Inf Achmad Daniel Chardin |
KOMANDAN Resor Militer
(Danrem) 011/Lilawangsa, Kolonel Inf Achmad Daniel Chardin, mengaku tidak mudah
menghubungi Nurdin Ismail alias Din Minimi untuk bisa berkomunikasi via HP,
karena ia tipe orang yang tak mudah percaya pada orang lain. Apalagi untuk
mengajaknya menyerah kepada aparat keamanan.
Namun,
Danrem sudah menemukan seorang aktivis lembaga swadaya masyarakat (LSM) di
Lhokseumawe yang sangat dipercaya Din Minimi untuk berkomunikasi via HP. Dengan
menggunakan jasa aktivis LSM dari Aceh Human Foundation (AHF) itulah Danrem
Lilawangsa akhirnya bisa berbicara melalui HP dengan Din Minimi yang mengaku
sedang berada di lokasi persembunyiannya.
Itu terjadi beberapa hari lalu, sebelum KTP
dan dua kartu asuransi atas nama Nurdin Ismail alias Din Minimi ditemukan di
bekas lokasi kontak tembak di Gampong Geuni, Kecamatan Tangse, Pidie, Selasa pagi
(26/5).
“Melalui HP aktivis LSM itu saya akhirnya
bisa bicara dengan Din Minimi. Lalu saya tawarkan agar dia menyerah dan saya
lindungi. Bahkan saya janji akan bantu komunikasikan kepada Kapolda dan Pangdam
supaya proses hukumnya diperingan. Setelah secara hukum dia selesai, maka
namanya akan dipulihkan. Kita juga akan bantu carikan pekerjaan sesuai
permintaannya,” kata Danrem Lilawangsa.
Tapi, sebagaimana diungkapkan Danrem Achmad
Daniel kepada wartawan bahwa Din Minimi menyatakan masih pikir-pikir untuk
memenuhi ajakan menyerah dan kompensasi yang bakal ia peroleh jika menyerah. Ia
bahkan mempersyaratkan baru mau “turun gunung” kalau Pemerintahan Aceh
ditertibkan lebih dulu, bisa berlaku adil, dan lain-lain.
“Nah, kalau persyaratannya seperti itu
tentulah sudah di luar kemampuan dan kewenangan saya,” kata Danrem Lilawangsa
di sela-sela acara penutupan TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) di lapangan
Desa Cot Meureubo, Kecamatan Kuta Makmur, Kabupaten Aceh Utara.
Dari jawaban Din Minimi itu, Danrem
berkesimpulan bahwa Din Minimi masih belum bisa memastikan kapan dia akan
mengambil keputusan untuk menyerahkan diri. “Tapi kita sudah imbau bahwa dia
bersama teman-temannya bisa menyerah ke saya, ke Dandim, ke Pangdam ataupun ke
Kapolda,” tambah Danrem.
Selain itu, Danrem menegaskan bahwa pada
dasarnya tidak pernah ada operasi militer di Aceh Utara dan sekitarnya setelah
tragedi Nisam Antara 24 Maret lalu (saat dua anggota Kodim Aceh Utara dibunuh).
Meski pasukan TNI bersama Polri pernah beberapa kali terlibat kontak tembak
dengan kelompok bersenjata di Pidie, menurut Danrem, itu bukanlah operasi
militer.
“Kami tersebar di mana-mana, baik di koramil
ataupun babinsa yang selalu bersama masyarakat. Sedangkan apa yang kita lakukan
beberapa hari lalu (kontak tembak) hanyalah respons tanggung jawab kami
terhadap laporan masyarakat yang menginginkan kawasannya damai. Jadi, kebetulan
kala itu yang paling dekat dengan lokasi adalah TNI, maka langsung bergerak ke
lokasi,” urai Danrem.
Menurut Danrem, sejauh ini belum ada
penebalan pasukan TNI untuk wilayah Pidie. Sedangkan senjata yang sempat disita
oleh pihaknya, semua telah diserahkan ke pihak kepolisian.
Sementara itu, Kapolda Aceh, Irjen Pol Husein
Hamidi, di Banda Aceh mengingatkan agar kelompok sipil bersenjata, Din Minimi
Cs, segera menyerahkan diri. Jika terlambat menyerah, maka dengan sangat
terpaksa akan dilakukan tindakan represif oleh aparat penegak hukum, TNI dan
Polri, yang terus gigih memburu kelompok sipil bersenjata itu. “Menyerahkan
diri dengan penuh kesadaran, akan diperlakukan secara baik-baik sebagai warga
negara,” sebut Irjen Husein Hamidi seusai menjadi inspektur upacara (irup) pada
gelar pasukan Operasi Patuh Rencong 2015 di halaman Mapolda Aceh, Rabu (27/5).
Menyerahkan diri dan mengakui kesalahan atas
serangkaian tindak kriminal yang telah dilakukan oleh kelompok Din Minimi,
menurut jenderal bintang dua itu, merupakan jalan satu-satunya yang terbaik
yang mestinya ditempuh Din Minimi. “Kami minta segera menyerahkan diri. Lebih
cepat, lebih baik. Bila tetap tidak direspons, maka aparat gabungan TNI dan
Polri masih terus intensif mengejar targetnya sampai ketemu,” sebut Kapolda.
Kapolda tambahkan, tidak tertutup kemungkinan
bagi warga sipil yang masih memegang atau menyimpan senjata api, dengan penuh
kesadaran segera menyerahkannya kepada penegak hukum. “Tetap akan kita beri
perlindungan dan jamin kerahasiaan identitasnya,” ujar Husein Hamidi.
Di sisi lain, munculnya kelompok sipil
bersenjata pascadamai di Aceh dengan alasan tidak mendapat perhatian pemerintah
atau berbagai alasan lainnya yang mereka kemukakan, dinilai oleh Kapolda
terlalu mengada-ada. “Kalau memang perhatian kurang kan bisa disampaikan kepada
camat atau dinas terkait. Bukan justru melakukan tindak kriminal yang berdampak
terusiknya ketenteraman dan kedamaian yang sedang dinikmati masyarakat Aceh,”
imbuh Kapolda. (F.841) web majalah fakta / majalah fakta online
No comments:
Post a Comment