Sunday, September 6, 2015

LINTAS BERITA LHOKSEUMAWE : Din Minimi Belum Putuskan Menyerah

Danrem 011/Lilawangsa, Kolonel Inf Achmad Daniel Chardin
KOMANDAN Resor Militer (Danrem) 011/Lilawangsa, Kolonel Inf Achmad Daniel Chardin, mengaku tidak mudah menghubungi Nurdin Ismail alias Din Minimi untuk bisa berkomunikasi via HP, karena ia tipe orang yang tak mudah percaya pada orang lain. Apalagi untuk mengajaknya menyerah kepada aparat keamanan.
Namun, Danrem sudah menemukan seorang aktivis lembaga swadaya masyarakat (LSM) di Lhokseumawe yang sangat dipercaya Din Minimi untuk berkomunikasi via HP. Dengan menggunakan jasa aktivis LSM dari Aceh Human Foundation (AHF) itulah Danrem Lilawangsa akhirnya bisa berbicara melalui HP dengan Din Minimi yang mengaku sedang berada di lokasi persembunyiannya.
Itu terjadi beberapa hari lalu, sebelum KTP dan dua kartu asuransi atas nama Nurdin Ismail alias Din Minimi ditemukan di bekas lokasi kontak tembak di Gampong Geuni, Kecamatan Tangse, Pidie, Selasa pagi (26/5).
“Melalui HP aktivis LSM itu saya akhirnya bisa bicara dengan Din Minimi. Lalu saya tawarkan agar dia menyerah dan saya lindungi. Bahkan saya janji akan bantu komunikasikan kepada Kapolda dan Pangdam supaya proses hukumnya diperingan. Setelah secara hukum dia selesai, maka namanya akan dipulihkan. Kita juga akan bantu carikan pekerjaan sesuai permintaannya,” kata Danrem Lilawangsa.
Tapi, sebagaimana diungkapkan Danrem Achmad Daniel kepada wartawan bahwa Din Minimi menyatakan masih pikir-pikir untuk memenuhi ajakan menyerah dan kompensasi yang bakal ia peroleh jika menyerah. Ia bahkan mempersyaratkan baru mau “turun gunung” kalau Pemerintahan Aceh ditertibkan lebih dulu, bisa berlaku adil, dan lain-lain.
“Nah, kalau persyaratannya seperti itu tentulah sudah di luar kemampuan dan kewenangan saya,” kata Danrem Lilawangsa di sela-sela acara penutupan TNI Manunggal Membangun Desa (TMMD) di lapangan Desa Cot Meureubo, Kecamatan Kuta Makmur, Kabupaten Aceh Utara.
Dari jawaban Din Minimi itu, Danrem berkesimpulan bahwa Din Minimi masih belum bisa memastikan kapan dia akan mengambil keputusan untuk menyerahkan diri. “Tapi kita sudah imbau bahwa dia bersama teman-temannya bisa menyerah ke saya, ke Dandim, ke Pangdam ataupun ke Kapolda,” tambah Danrem.
Selain itu, Danrem menegaskan bahwa pada dasarnya tidak pernah ada operasi militer di Aceh Utara dan sekitarnya setelah tragedi Nisam Antara 24 Maret lalu (saat dua anggota Kodim Aceh Utara dibunuh). Meski pasukan TNI bersama Polri pernah beberapa kali terlibat kontak tembak dengan kelompok bersenjata di Pidie, menurut Danrem, itu bukanlah operasi militer.
“Kami tersebar di mana-mana, baik di koramil ataupun babinsa yang selalu bersama masyarakat. Sedangkan apa yang kita lakukan beberapa hari lalu (kontak tembak) hanyalah respons tanggung jawab kami terhadap laporan masyarakat yang menginginkan kawasannya damai. Jadi, kebetulan kala itu yang paling dekat dengan lokasi adalah TNI, maka langsung bergerak ke lokasi,” urai Danrem.
Menurut Danrem, sejauh ini belum ada penebalan pasukan TNI untuk wilayah Pidie. Sedangkan senjata yang sempat disita oleh pihaknya, semua telah diserahkan ke pihak kepolisian.
Sementara itu, Kapolda Aceh, Irjen Pol Husein Hamidi, di Banda Aceh mengingatkan agar kelompok sipil bersenjata, Din Minimi Cs, segera menyerahkan diri. Jika terlambat menyerah, maka dengan sangat terpaksa akan dilakukan tindakan represif oleh aparat penegak hukum, TNI dan Polri, yang terus gigih memburu kelompok sipil bersenjata itu. “Menyerahkan diri dengan penuh kesadaran, akan diperlakukan secara baik-baik sebagai warga negara,” sebut Irjen Husein Hamidi seusai menjadi inspektur upacara (irup) pada gelar pasukan Operasi Patuh Rencong 2015 di halaman Mapolda Aceh, Rabu (27/5).
Menyerahkan diri dan mengakui kesalahan atas serangkaian tindak kriminal yang telah dilakukan oleh kelompok Din Minimi, menurut jenderal bintang dua itu, merupakan jalan satu-satunya yang terbaik yang mestinya ditempuh Din Minimi. “Kami minta segera menyerahkan diri. Lebih cepat, lebih baik. Bila tetap tidak direspons, maka aparat gabungan TNI dan Polri masih terus intensif mengejar targetnya sampai ketemu,” sebut Kapolda.
Kapolda tambahkan, tidak tertutup kemungkinan bagi warga sipil yang masih memegang atau menyimpan senjata api, dengan penuh kesadaran segera menyerahkannya kepada penegak hukum. “Tetap akan kita beri perlindungan dan jamin kerahasiaan identitasnya,” ujar Husein Hamidi.

Di sisi lain, munculnya kelompok sipil bersenjata pascadamai di Aceh dengan alasan tidak mendapat perhatian pemerintah atau berbagai alasan lainnya yang mereka kemukakan, dinilai oleh Kapolda terlalu mengada-ada. “Kalau memang perhatian kurang kan bisa disampaikan kepada camat atau dinas terkait. Bukan justru melakukan tindak kriminal yang berdampak terusiknya ketenteraman dan kedamaian yang sedang dinikmati masyarakat Aceh,” imbuh Kapolda. (F.841) web majalah fakta / majalah fakta online

No comments:

Post a Comment