Wednesday, September 9, 2015

NASIONAL

Insiden Tolikara, Polisi Tetapkan Dua Tersangka

“Kita terus kembangkan pemeriksaannya
dengan tetap menjunjung tinggi asas praduga tidak bersalah”.

Kapolda Papua, Inspektur Jenderal Yotje Mende
POLISI telah menetapkan dua tersangka dalam insiden di Kabupaten Tolikara, Papua, Jumat (17/7) yang menyebabkan terbakarnya beberapa kios dan mushala.
"Sementara baru dua orang (tersangka)," kata Kapolri, Jenderal Badrodin Haiti, kepada wartawan di komplek Istana Merdeka, Kamis (23/7).
Dua orang tersangka itu, menurut kapolri, adalah anggota Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) Tolikara, Papua.
Ditanya apa sangkaan terhadap dua orang tersebut, kapolri mengatakan,"Bisa melakukan pengrusakan, bisa melakukan kekerasan, penganiayaan, bisa juga melakukan penghasutan".
Di tempat terpisah, Kapolda Papua, Inspektur Jenderal Yotje Mende, membenarkan hal itu. “Dua orang yang ditetapkan sebagai tersangka itu yang satu mengaku pegawai sebuah bank di Tolikara dan satunya lagi pegawai Pemda Kabupaten Tolikara,” ungkap Kapolda Yotje Mende.
Masih menurut kapolda bahwa pihaknya terus menyelidiki kemungkinan keterlibatan anggota kepolisian dalam kasus penembakan yang menyebabkan seorang warga sipil tewas dan belasan cedera tersebut. Meskipun,"Dari 23 anggota polri yang diperiksa, belum ada yang mengatakan sebagai pelaku penembakan," kata Yotje Mende kepada wartawan, termasuk Edi Sasmita dari FAKTA, di Jayapura, Kamis pagi (23/7), sebelum meninjau lokasi kejadian insiden di Tolikara.
Sejauh ini, menurut kapolda, aparat kepolisian melakukan penembakan ke arah bawah untuk menghalau massa yang melakukan pelemparan dalam insiden Tolikara.
"Kita memprediksi (penembakan itu) ke arah tanah dan korban (tewas) terkena tembakan pantulan," ungkap Yotje.
Keterangan resmi kepolisian menyebutkan insiden bermula ketika sekitar 150 orang mendatangi lokasi shalat Idul Fitri di Lapangan Koramil, Torikala, dan memerintahkan umat muslim segera membubarkan diri.
Sebelum massa mendatangi lokasi pelaksanaan shalat Idul Fitri, ada surat edaran dari Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) yang mendesak umat muslim menggelar shalat Idul Fitri di dalam mushala dan tidak memakai pengeras suara. Surat edaran itu dikemukakan sehubungan dengan kegiatan seminar dan kebaktian tingkat internasional GIDI dari 13 Juli hingga 19 Juli 2015. Perintah pembubaran disertai dengan pelemparan batu dan selagi jemaah mundur, terdengar suara tembakan di dekat lokasi.
Demi mengamankan situasi, polisi kemudian diduga menembak pelaku penyerangan yang dianggap tidak mengindahkan peringatan sehingga salah seorang di antaranya meninggal dunia. Massa yang marah kemudian membakar kios-kios dan api yang membesar kemudian turut melalap mushala yang berada di tengah kompleks kios yang terbuat dari kayu.
Kapolda Papua menegaskan bahwa pihaknya masih terus melakukan penyelidikan. “Kita terus kembangkan pemeriksaannya dengan tetap menjunjung tinggi asas praduga tidak bersalah”.
Termasuk Ketua GIDI Tolikara, Pdt Nayus Wenda, dan Sekretarisnya, Marthen Jingga, juga akan dimintai keterangan di Polda Papua. Pihak Labkrim Mabes Polri pun masih melakukan pemeriksaan proyektil dan selongsong peluru yang ditemukan di lokasi insiden (TKP). “Kita akan bekerja secara profesional dengan membentuk tim gabungan yang diback up Mabes Polri,” tutur kapolda.
Segera Dibangun Kembali
Dua tersangka insiden Tolikara saat akan ditahan di Polda Papua
Sementara itu warga muslim yang menjadi korban insiden kekerasan di Tolikara, Papua, mengharapkan agar kios dan mushala mereka yang terbakar dapat segera dibangun kembali. "Itu yang sangat diharapkan para pemilik kios," kata Jackson Johan, salah seorang warga muslim yang sekaligus pengurus mushala Tolikara yang ikut terbakar, kepada wartawan BBC Indonesia, Heyder Affan, Kamis (23/7).
Menurutnya, sebagian besar pemilik kios ingin tetap menjalankan usahanya di wilayah itu. "Sebagian kecil ingin pulang (ke asalnya) karena mungkin trauma," kata pria kelahiran 1975 ini. Dia mengaku, insiden ini merupakan yang kedua setelah Pilkada 2012 lalu.
Sejauh ini, sekitar 250 orang warga muslim masih mengungsi di tenda darurat di depan Markas Koramil Tolikara. Rencananya mereka akan direlokasi ke kantor lama Bupati Tolikara. Jackson dan warga muslim lainnya tidak memasalahkan rencana pemindahan lokasi kios dan mushala ke tempat lain seperti yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Tolikara.
Pemerintah pusat sebelumnya juga telah menjamin tersedianya anggaran untuk biaya rekonstruksi akibat insiden tersebut. Kementerian Sosial menjanjikan akan merenovasi semua kios dan mushala yang terbakar itu.
Situasi Keamanan
Lokasi bekas insiden Idul Fitri 1436 H di Tolikara
Di tempat terpisah, Kapolda Papua, Inspektur Jenderal Yotje Mende, mengatakan, situasi keamanan di Tolikara saat ini telah kondusif. "Semua aktivitas masyarakat sudah berjalan normal. Kios-kios dan toko-toko sudah dibuka," kata Yotje Mende.
Rabu (22/7), perwakilan masyarakat muslim dan pimpinan Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) di Tolikara telah menggelar upacara perdamaian di dekat lokasi kejadian. Jackson Johan mengatakan, dirinya berharap perdamaian kedua pihak itu akan berimbas kepada aspek keamanan di Tolikara. "Asal jangan ada yang terprovokasi. Kita masih khawatir apalagi dalam waktu dekat ada pilkada," kata pria kelahiran Jayapura, tetapi keluarga besarnya berasal dari Sulawesi Selatan ini. Menurutnya, sebelum insiden, warga muslim di Tolikara tidak pernah konflik dengan warga nasrani yang mayoritas.
Hanya Dua Jam Saja
Secara terpisah, perwakilan pemuda Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) Papua, yang tidak mau disebutkan namanya, mengatakan situasi di Tolikara "sudah aman" dua jam setelah insiden tersebut.
"Hanya dua jam saja, setelah itu berjalan seperti semula. Semua aman-aman saja, semua sudah jalan baik," katanya, saat dihubungi melalui saluran telepon dari Jakarta.
Sementara itu, kontributor BBC di Papua, Angel Bertha Sinaga, melaporkan, situasi keamanan di Kabupaten Tolikara, Papua, sudah sangat kondusif. "Di mana antara masyarakat yang tadinya bertikai sudah beraktivitas seperti biasa," kata Bertha, yang melaporkan dari Tolikara, Kamis (23/7). Secara umum, aktivitas perkantoran dan bisnis di Tolikara sudah berjalan seperti sedia kala. "Jadi, kios-kios yang tidak terkena insiden sudah buka seperti biasanya," ungkapnya. (F.867-BBC) web majalah fakta / majalah fakta online


No comments:

Post a Comment