Insiden Tolikara,
Polisi Tetapkan Dua Tersangka
“Kita terus
kembangkan pemeriksaannya
dengan
tetap menjunjung tinggi asas praduga tidak bersalah”.
Kapolda Papua, Inspektur Jenderal Yotje Mende |
POLISI telah menetapkan dua tersangka dalam insiden
di Kabupaten Tolikara, Papua, Jumat (17/7) yang menyebabkan terbakarnya beberapa
kios dan mushala.
"Sementara
baru dua orang (tersangka)," kata Kapolri, Jenderal Badrodin Haiti, kepada
wartawan di komplek Istana Merdeka, Kamis (23/7).
Dua
orang tersangka itu, menurut kapolri, adalah anggota Gereja Injili Di Indonesia
(GIDI) Tolikara, Papua.
Ditanya
apa sangkaan terhadap dua orang tersebut, kapolri mengatakan,"Bisa
melakukan pengrusakan, bisa melakukan kekerasan, penganiayaan, bisa juga
melakukan penghasutan".
Di
tempat terpisah, Kapolda Papua, Inspektur Jenderal Yotje Mende, membenarkan hal
itu. “Dua orang yang ditetapkan sebagai tersangka itu yang satu mengaku pegawai
sebuah bank di Tolikara dan satunya lagi pegawai Pemda Kabupaten Tolikara,”
ungkap Kapolda Yotje Mende.
Masih
menurut kapolda bahwa pihaknya terus menyelidiki kemungkinan keterlibatan
anggota kepolisian dalam kasus penembakan yang menyebabkan seorang warga sipil
tewas dan belasan cedera tersebut. Meskipun,"Dari 23 anggota polri yang
diperiksa, belum ada yang mengatakan sebagai pelaku penembakan," kata
Yotje Mende kepada wartawan, termasuk Edi Sasmita dari FAKTA, di Jayapura,
Kamis pagi (23/7), sebelum meninjau lokasi kejadian insiden di Tolikara.
Sejauh
ini, menurut kapolda, aparat kepolisian melakukan penembakan ke arah bawah
untuk menghalau massa yang melakukan pelemparan dalam insiden Tolikara.
"Kita
memprediksi (penembakan itu) ke arah tanah dan korban (tewas) terkena tembakan
pantulan," ungkap Yotje.
Keterangan
resmi kepolisian menyebutkan insiden bermula ketika sekitar 150 orang mendatangi
lokasi shalat Idul Fitri di Lapangan Koramil, Torikala, dan memerintahkan umat
muslim segera membubarkan diri.
Sebelum
massa mendatangi lokasi pelaksanaan shalat Idul Fitri, ada surat edaran dari
Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) yang mendesak umat muslim menggelar shalat
Idul Fitri di dalam mushala dan tidak memakai pengeras suara. Surat edaran itu dikemukakan
sehubungan dengan kegiatan seminar dan kebaktian tingkat internasional GIDI
dari 13 Juli hingga 19 Juli 2015. Perintah pembubaran disertai dengan
pelemparan batu dan selagi jemaah mundur, terdengar suara tembakan di dekat
lokasi.
Demi
mengamankan situasi, polisi kemudian diduga menembak pelaku penyerangan yang
dianggap tidak mengindahkan peringatan sehingga salah seorang di antaranya
meninggal dunia. Massa yang marah kemudian membakar kios-kios dan api yang
membesar kemudian turut melalap mushala yang berada di tengah kompleks kios
yang terbuat dari kayu.
Kapolda
Papua menegaskan bahwa pihaknya masih terus melakukan penyelidikan. “Kita terus
kembangkan pemeriksaannya dengan tetap menjunjung tinggi asas praduga tidak
bersalah”.
Termasuk
Ketua GIDI Tolikara, Pdt Nayus Wenda, dan Sekretarisnya, Marthen Jingga, juga
akan dimintai keterangan di Polda Papua. Pihak Labkrim Mabes Polri pun masih
melakukan pemeriksaan proyektil dan selongsong peluru yang ditemukan di lokasi
insiden (TKP). “Kita akan bekerja secara profesional dengan membentuk tim
gabungan yang diback up Mabes Polri,”
tutur kapolda.
Segera Dibangun Kembali
Dua tersangka insiden Tolikara saat akan ditahan di Polda Papua |
Sementara
itu warga muslim yang menjadi korban insiden kekerasan di Tolikara, Papua,
mengharapkan agar kios dan mushala mereka yang terbakar dapat segera dibangun
kembali. "Itu yang sangat diharapkan para pemilik kios," kata Jackson
Johan, salah seorang warga muslim yang sekaligus pengurus mushala Tolikara yang
ikut terbakar, kepada wartawan BBC Indonesia, Heyder Affan, Kamis (23/7).
Menurutnya,
sebagian besar pemilik kios ingin tetap menjalankan usahanya di wilayah itu.
"Sebagian kecil ingin pulang (ke asalnya) karena mungkin trauma,"
kata pria kelahiran 1975 ini. Dia mengaku, insiden ini merupakan yang kedua
setelah Pilkada 2012 lalu.
Sejauh
ini, sekitar 250 orang warga muslim masih mengungsi di tenda darurat di depan
Markas Koramil Tolikara. Rencananya mereka akan direlokasi ke kantor lama Bupati
Tolikara. Jackson dan warga muslim lainnya tidak memasalahkan rencana
pemindahan lokasi kios dan mushala ke tempat lain seperti yang telah ditetapkan
oleh Pemerintah Kabupaten Tolikara.
Pemerintah
pusat sebelumnya juga telah menjamin tersedianya anggaran untuk biaya
rekonstruksi akibat insiden tersebut. Kementerian Sosial menjanjikan akan
merenovasi semua kios dan mushala yang terbakar itu.
Situasi Keamanan
Lokasi bekas insiden Idul Fitri 1436 H di Tolikara |
Di
tempat terpisah, Kapolda Papua, Inspektur Jenderal Yotje Mende, mengatakan,
situasi keamanan di Tolikara saat ini telah kondusif. "Semua aktivitas
masyarakat sudah berjalan normal. Kios-kios dan toko-toko sudah dibuka,"
kata Yotje Mende.
Rabu
(22/7), perwakilan masyarakat muslim dan pimpinan Gereja Injili Di Indonesia
(GIDI) di Tolikara telah menggelar upacara perdamaian di dekat lokasi kejadian.
Jackson Johan mengatakan, dirinya berharap perdamaian kedua pihak itu akan
berimbas kepada aspek keamanan di Tolikara. "Asal jangan ada yang
terprovokasi. Kita masih khawatir apalagi dalam waktu dekat ada pilkada,"
kata pria kelahiran Jayapura, tetapi keluarga besarnya berasal dari Sulawesi
Selatan ini. Menurutnya, sebelum insiden, warga muslim di Tolikara tidak pernah
konflik dengan warga nasrani yang mayoritas.
Hanya Dua Jam Saja
Secara
terpisah, perwakilan pemuda Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) Papua, yang tidak
mau disebutkan namanya, mengatakan situasi di Tolikara "sudah aman"
dua jam setelah insiden tersebut.
"Hanya
dua jam saja, setelah itu berjalan seperti semula. Semua aman-aman saja, semua
sudah jalan baik," katanya, saat dihubungi melalui saluran telepon dari
Jakarta.
Sementara
itu, kontributor BBC di Papua, Angel Bertha Sinaga, melaporkan, situasi
keamanan di Kabupaten Tolikara, Papua, sudah sangat kondusif. "Di mana
antara masyarakat yang tadinya bertikai sudah beraktivitas seperti biasa,"
kata Bertha, yang melaporkan dari Tolikara, Kamis (23/7). Secara umum, aktivitas perkantoran dan bisnis di
Tolikara sudah berjalan seperti sedia kala. "Jadi, kios-kios yang tidak
terkena insiden sudah buka seperti biasanya," ungkapnya. (F.867-BBC) web majalah fakta / majalah fakta online
No comments:
Post a Comment