Tuesday, September 22, 2015

PENDIDIKAN DENPASAR

STIKOM Bali Selamatkan Warisan Budaya Bali Kuno 1928

Dadang Hermawan, Ketua STIKOM Bali
KERINDUAN masyarakat Bali saat ini untuk mengetahui kehidupan masyarakat dan keindahan alam Pulau Dewata yang masih alamiah tempo dulu kini sudah mulai terobati, setelah Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Teknik Komputer (STMIK) STIKOM Bali atau beken dikenal dengan sebutan STIKOM Bali berhasil memproduksi ulang film Bali kuno dalam bentuk kepingan CD dan DVD.
“Hal ini membuktikan kepedulian dan kecintaan STIKOM Bali terhadap seni dan budaya Bali, sekaligus kami telah menyelamatkan sebagian kecil dari begitu banyak warisan seni dan budaya Bali kuno tahun 1928 yang kini masih tersebar di manca negara,” kata Dadang Hermawan, Ketua STIKOM Bali, dalam jumpa pers bersama I Made Marlowe Makaradhwaja Bandem BBus sebagai koordinator proyek pembuatan ulang film Bali kuno bertajuk Restoration, Dissemination and Repatriation of the Earliest Music Recording And Films in Bali.
Menurut Dadang Hermawan, proyek prestisius ini dapat terlaksana setelah STIKOM Bali memenangkan dana hibah dari City University of New York (CUNY) dan  Mellon Foundation senilai USD 25.000. “Ini bukti bahwa STIKOM Bali telah mendapat kepercayaan dari perguruan tinggi ternama di dunia,” kata Dadang.
Kata Dadang Hermawan, pemulangan kembali dan digitalisasi rekaman-rekaman audio piringan hitam dan film Bali kuno ini melengkapi prestasi STIKOM Bali, khususnya para mahasiswa yang sudah benyak mengangkat warisan budaya Bali sebagai tugas akhir (skripsi). Antara lain  skripsi tentang “Augmented Reality Semar Pagulingan” atau skripsi tentang belajar tari Legong melalui Android atau terjemahan bahasa Bali ke bahasa lain melalui Android, dan lain-lain.
I Made Marlowe Makaradhwaja Bandem BBus
Koordinator proyek, I Made Marlowe Makaradhwaja Bandem BBus, kemudian mengisahkan perjuangan panjang dan melelahkan membuat ulang film ini yang menghabiskan waktu hampir dua tahun. Disebutkan, semua materi dalam film ini bersumber dari piringan hitam hasil rekaman Odeon dan Becca tentang gamelan dan tembang-tembang kuno Bali dan film-film hitam putih karya Collin McPhee selama periode 1928 - 1938.
Collin McPhee (1900-1964) adalah seorang komponis dan pianis asal Kanada, yang ketika menetap di New York tahun 1930 dia mendengar untuk pertama kalinya beberapa hasil rekaman dari Odeon dan Becca yang kemudian menginspirasi McPhee sehingga membuat McPhee dan istrinya, Jane Belo, datang dan menetap di Bali tahun 1931 - 1938. 
Dalam memoarnya “A House in Bali”, Mc Phee menulis,”Tak pernah kubayangkan sebelumnya bahwa beberapa piringan hitam itu akan mengubah keseluruhan hidupku, mendorong dan membawaku kemari, mencari musik dan pengalaman yang begitu sulit kujelaskan”.
Made Marlowe Bandem menjelaskan, proses repatriasi film ini tidak mudah karena pemegang hak waris piringan hitam itu keberatan “barang berharga” itu dipinjam untuk diproduksi ulang.
“Kesulitan pertama soal hak cipta. Kedua, soal keselamatan piringan hitam tersebut. Tetapi setelah dijelaskan bahwa tujuan kami murni untuk pendidikan bagi generasi muda Bali, akhirnya mereka mau menyerahkannya sehingga bisa diproduksi ulang seperti yang Anda lihat sekarang ini,” kata Marlowe Bandem. (Ist) web majalah fakta / majalah fakta online

No comments:

Post a Comment