Tuesday, May 6, 2014

BERITA UTAMA : MENANTI PRESIDEN PILIHAN RAKYAT

Dari hasil perolehan suara parpol dalam Pileg 2014, 
akan tampil 3 Capres dalam Pilpres 2014.


PARTAI Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dapat dipastikan menduduki peringkat pertama dalam perolehan suara Pemilu Legislatif (Pileg) 9 April 2014, namun tidak otomatis  menjadi parpol yang “berkuasa”. Pasalnya, PDIP hanya memperoleh suara sekitar 20% saja, sedangkan yang sekitar 80% suara diraih Golkar (15%), Gerindra (12%), Demokrat (10%), PKB (9%), PAN (8%), PPP (7%), PKS (6%), Nasdem (6%), Hanura (5%), PBB (1%), PKPI (1%).
Peneliti LSI, Adjie Alfaraby
            
Dari hasil perolehan suara parpol dalam Pileg 2014 tersebut diperkirakan akan tampil 3 Calon Presiden (Capres) dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014. "Jika hasil pemilu legislatif sesuai dengan survei, dua  capres sudah aman mendapatkan tiket pencalonannya. Yaitu, Jokowi (PDIP) dan Aburizal Bakrie (Golkar). Capres ketiga akan diperEbutkan oleh Prabowo, Wiranto, Pemenang Konvensi Demokrat dan Koalisi Partai Islam. Sesuai pilpres lima tahun lalu, kemungkinan besar pilpres tahun ini juga hanya diikuti oleh 3 capres saja," ujar Peneliti LSI, Adjie Alfaraby, di kantornya Jakarta Timur.
            "‎Perkiraan sementara 3 pasang; Ical (Golkar) dengan wakilnya, Jokowi (PDIP) dengan wakilnya, dan Prabowo (Gerindra) dengan wakilnya," kata pengamat politik yang juga Direktur Eksekutif Indo Barometer, M Qodari.
Direktur Eksekutif Indo Barometer, M Qodari

            Dengan kata lain, 3 parpol peraih suara terbanyak dalam Pileg 2014 yaitu PDIP, Golkar dan Gerindra harus melakukan koalisi dengan parpol lain yang meraih suara di bawahnya untuk dapat mengusung capresnya. Sebab, berdasarkan UU No.42 Tahun 2008 Tentang Pilpres, parpol yang dapat mengusulkan capres adalah parpol yang meraih suara sah nasional dalam Pileg 25%. Seperti diketahui bahwa PDIP sudah menjadikan Jokowi sebagai Capres-nya, Golkar menjadikan Aburizal Bakrie alias Ical (ARB) sebagai Capres-nya, dan Gerindra menjadikan Prabowo Subianto sebagai Capres-nya. Tapi perolehan suara ketiganya secara nasional kurang dari 25%, sehingga ketiga parpol tersebut harus berkoalisi dengan parpol lainnya untuk dapat tetap mengusung masing-masing capresnya tersebut.
Direktur Eksekutif Indikator, Burhanuddin Muhtadi

            Yang jelas, siapa pun capres yang tampil dalam Pilpres 2014 nanti akan dipilih secara langsung oleh rakyat untuk menjadi presiden sesuai dengan harapan dan keinginan rakyat. Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Abraham Samad, saat menjadi pembicara dalam peluncuran buku dan diskusi buku bertema Hoegeng ‘Polisi dan Menteri Teladan’ di Jakarta, Minggu (17/11), pernah mengatakan bahwa harus ada pemimpin (presiden) yang jujur, sederhana dan berani. Menurut Abraham Samad, pemimpin (presiden) yang jujur, sederhana dan pemberani akan dicintai masyarakatnya. Maka, masyarakat sangat membutuhkan kriteria pemimpin (presiden) yang diinginkan. Untuk menemukan pemimpin (presiden) yang diinginkan rakyat itu memang tidak semudah membalikan telapak tangan. “Kalau pemimpin (presiden) yang pintar di sini banyak. Tapi kalau yang jujur, sederhana dan berani, itu yang sulit,” kata Abraham saat itu.
Sedangkan pegiat antikorupsi, Teten Masduki, mengatakan, negara Indonesia perlu memiliki pemimpin (presiden) yang berkualitas dan tujuannya adalah membuat demokrasi di tanah air ini lebih baik. Apa pun partainya tentu yang diinginkan masyarakat seperti apa yang disampaikan Ketua KPK. “Negara yang besar harus mencari pemimpin (presiden) yang lebik baik,” kata Teten.
Direktur Eksekutif Indikator, Burhanuddin Muhtadi, juga telah mempresentasikan temuan hasil survei terkait persepsi dan penilaian massa pemilih terhadap kualitas personal calon presiden. Dalam survei ini, kriteria pengukuran kualitas personal capres dibatasi pada sejumlah konsep yang sering ditemukan sangat berpengaruh yakni kompetensi, integritas, empati, tegas, dan wibawa. Burhanuddin Muhtadi membuka presentasi dengan hasil temuan survei nasional terkait kriteria calon presiden yang terpenting bagi responden di mana tingkat persentase kriteria jujur/dapat dipercaya/amanah (51%) jauh meninggalkan kriteria lainnya, seperti tegas (7%), berwibawa (3%), ataupun pintar (1%) sebagai faktor terpenting bagi pemilih.
Menurut Agum Gumelar, Ketua Umum Ikatan Alumni Lemhanas (IKAL), ada 5 tolok ukur agar rakyat tak salah memilih calon presiden. Yaitu, acceptable, track record (pribadi, keluarga dan performance kepemimpinan), tidak ambivalent, berani tidak populis dan pemimpin sesuai era. “Harapan kami seorang capres harus didasari keinginan untuk mengabdi bukan hanya faktor ingin jadi presiden saja,” tambah Agum Gumelar.
Sandiaga Salahuddin Uno, Ketua Yayasan Indonesia Forum

Sandiaga Salahuddin Uno dalam kapasitasnya sebagai Ketua Yayasan Indonesia Forum, memaparkan beberapa kriteria yang idealnya dimiliki oleh Presiden Republik Indonesia (RI) pengganti SBY. Pria yang biasa disapa Sandi Uno ini menuturkan, Presiden RI yang baru nanti idealnya harus memiliki lima criteria. Pertama, sebagai pemimpin dia harus menginspirasi dan menjadi teladan dalam segala bidang, misalnya, dalam soal pemberantasan korupsi. "Kita punya persoalan besar dengan korupsi. Presiden jangan sampai menjadi penyandera gerakan pemberantasan korupsi," kata Sandi.
Kedua, Presiden RI harus menjadi orang terdepan bagi semua perubahan ke arah Indonesia yang lebih baik. Untuk itu dibutuhkan sosok pemimpin yang bisa cepat memutuskan dan mampu bertindak tegas. Ketiga, harus meletakkan pendidikan dan entrepreneurship sebagai pondasi dasar pembangunannya. Menurut Sandi, hal ini penting lantaran masa depan bangsa ini ditentukan oleh sumber daya manusianya. Keempat, dibutuhkan presiden yang pro Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). "Tentu saja tidak sekedar jargon, namun itu terlihat dalam seluruh kebijakan di lapangan," ujar pria yang juga pemilik grup Saratoga ini.
Kriteria yang terakhir, Sandi mengistilahkan sebagai pemimpin pendengar dan pendobrak kebekuan birokrasi. Pemegang kursi RI 1 harus siap menerima masukan demi perbaikan dan menjadikan seluruh kapasitasnya untuk mendengar harapan publik. Di saat yang bersamaan, juga mampu mendobrak kebekuan birokrasi yang kerap menghambat laju pembangunan dan pelayanan publik.
Sementara untuk wakil presiden (wapres) yang ideal, menurut Sandi, haruslah sosok yang profesional, kuat, berpengalaman dan mampu menjadi komplementer RI 1. Seorang wapres harus mampu memberikan masukan yang tepat kepada presiden dan bebas dari kepentingan politik tertentu tapi mampu mengawal agenda besar pemerintah di DPR. "Kepentingan utamanya harus rakyat dan negara ini," pungkasnya.

Sedangkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam sambutannya di acara Imlek di gedung JCC, Jakarta, Jumat malam (7/2) berharap, presiden dan wakil yang terpilih mendatang bisa menjaga amanah sesuai dengan harapan rakyat yang memilihnya. Serta menjadi pemimpin yang mengedepankan rakyat dan tepat dalam mengambil keputusan dan kebijakan. “Masyarakat pasti sepakat untuk memilih pemimpin sejati pada saat pemilu nanti. Agar Indonesia semakin aman, maju dan sejahtera. Kita harus makin optimistis Indonesia yang makin maju dapat kita wujudkan. Kita tidak boleh berhenti dalam memberi rambu-rambu moral, semoga pesan yang saya sampaikan tadi dapat menjadi panduan dasar bagi masyarakat untuk pemilu mendatang demi Indonesia yang maju, bersih dan lebih baik," kata SBY. (Tim)R.26

No comments:

Post a Comment