Dari hasil perolehan
suara parpol dalam Pileg 2014,
akan tampil 3 Capres dalam Pilpres 2014.
PARTAI Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dapat
dipastikan menduduki peringkat pertama dalam perolehan suara Pemilu Legislatif (Pileg)
9 April 2014, namun tidak otomatis
menjadi parpol yang “berkuasa”. Pasalnya, PDIP hanya memperoleh suara
sekitar 20% saja, sedangkan yang sekitar 80% suara diraih Golkar (15%),
Gerindra (12%), Demokrat (10%), PKB (9%), PAN (8%), PPP (7%), PKS (6%), Nasdem
(6%), Hanura (5%), PBB (1%), PKPI (1%).
Peneliti LSI, Adjie Alfaraby |
Dari hasil perolehan suara parpol
dalam Pileg 2014 tersebut diperkirakan akan tampil 3 Calon Presiden (Capres)
dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014. "Jika hasil pemilu legislatif
sesuai dengan survei, dua capres sudah
aman mendapatkan tiket pencalonannya. Yaitu, Jokowi (PDIP) dan Aburizal Bakrie
(Golkar). Capres ketiga akan diperEbutkan oleh Prabowo, Wiranto, Pemenang
Konvensi Demokrat dan Koalisi Partai Islam. Sesuai pilpres lima tahun lalu,
kemungkinan besar pilpres tahun ini juga hanya diikuti oleh 3 capres
saja," ujar Peneliti LSI, Adjie Alfaraby, di kantornya Jakarta Timur.
"Perkiraan sementara 3 pasang;
Ical (Golkar) dengan wakilnya, Jokowi (PDIP) dengan wakilnya, dan Prabowo (Gerindra)
dengan wakilnya," kata pengamat politik yang juga Direktur Eksekutif Indo
Barometer, M Qodari.
Direktur Eksekutif Indo Barometer, M Qodari |
Dengan kata lain, 3 parpol peraih
suara terbanyak dalam Pileg 2014 yaitu PDIP, Golkar dan Gerindra harus
melakukan koalisi dengan parpol lain yang meraih suara di bawahnya untuk dapat
mengusung capresnya. Sebab, berdasarkan UU No.42 Tahun 2008 Tentang Pilpres,
parpol yang dapat mengusulkan capres adalah parpol yang meraih suara sah
nasional dalam Pileg 25%. Seperti diketahui bahwa PDIP sudah menjadikan Jokowi
sebagai Capres-nya, Golkar menjadikan Aburizal Bakrie alias Ical (ARB) sebagai
Capres-nya, dan Gerindra menjadikan Prabowo Subianto sebagai Capres-nya. Tapi
perolehan suara ketiganya secara nasional kurang dari 25%, sehingga ketiga
parpol tersebut harus berkoalisi dengan parpol lainnya untuk dapat tetap mengusung
masing-masing capresnya tersebut.
Direktur Eksekutif Indikator, Burhanuddin Muhtadi |
Yang jelas, siapa pun capres yang
tampil dalam Pilpres 2014 nanti akan dipilih secara langsung oleh rakyat untuk
menjadi presiden sesuai dengan harapan dan keinginan rakyat. Ketua Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK), Abraham Samad, saat menjadi pembicara dalam
peluncuran buku dan diskusi buku bertema Hoegeng ‘Polisi dan Menteri Teladan’ di
Jakarta, Minggu (17/11), pernah mengatakan bahwa harus ada pemimpin (presiden) yang
jujur, sederhana dan berani. Menurut Abraham Samad, pemimpin (presiden) yang
jujur, sederhana dan pemberani akan dicintai masyarakatnya. Maka, masyarakat
sangat membutuhkan kriteria pemimpin (presiden) yang diinginkan. Untuk
menemukan pemimpin (presiden) yang diinginkan rakyat itu memang tidak semudah
membalikan telapak tangan. “Kalau pemimpin (presiden) yang pintar di sini
banyak. Tapi kalau yang jujur, sederhana dan berani, itu yang sulit,” kata
Abraham saat itu.
Sedangkan
pegiat antikorupsi, Teten Masduki, mengatakan, negara Indonesia perlu memiliki
pemimpin (presiden) yang berkualitas dan tujuannya adalah membuat demokrasi di
tanah air ini lebih baik. Apa pun partainya tentu yang diinginkan masyarakat
seperti apa yang disampaikan Ketua KPK. “Negara yang besar harus mencari
pemimpin (presiden) yang lebik baik,” kata Teten.
Direktur
Eksekutif Indikator, Burhanuddin Muhtadi, juga telah mempresentasikan temuan
hasil survei terkait persepsi dan penilaian massa pemilih terhadap kualitas
personal calon presiden. Dalam survei ini, kriteria pengukuran kualitas
personal capres dibatasi pada sejumlah konsep yang sering ditemukan sangat
berpengaruh yakni kompetensi, integritas, empati, tegas, dan wibawa.
Burhanuddin Muhtadi membuka presentasi dengan hasil temuan survei nasional
terkait kriteria calon presiden yang terpenting bagi responden di mana tingkat
persentase kriteria jujur/dapat dipercaya/amanah (51%) jauh meninggalkan
kriteria lainnya, seperti tegas (7%), berwibawa (3%), ataupun pintar (1%)
sebagai faktor terpenting bagi pemilih.
Menurut
Agum Gumelar, Ketua Umum Ikatan Alumni Lemhanas (IKAL), ada 5 tolok ukur agar
rakyat tak salah memilih calon presiden. Yaitu, acceptable, track record (pribadi, keluarga dan performance
kepemimpinan), tidak ambivalent, berani
tidak populis dan pemimpin sesuai era. “Harapan kami seorang capres harus
didasari keinginan untuk mengabdi bukan hanya faktor ingin jadi presiden saja,”
tambah Agum Gumelar.
Sandiaga Salahuddin Uno, Ketua Yayasan Indonesia Forum |
Sandiaga
Salahuddin Uno dalam kapasitasnya sebagai Ketua Yayasan Indonesia Forum, memaparkan
beberapa kriteria yang idealnya dimiliki oleh Presiden Republik Indonesia (RI)
pengganti SBY. Pria yang biasa disapa Sandi Uno ini menuturkan, Presiden RI
yang baru nanti idealnya harus memiliki lima criteria. Pertama, sebagai
pemimpin dia harus menginspirasi dan menjadi teladan dalam segala bidang,
misalnya, dalam soal pemberantasan korupsi. "Kita punya persoalan besar
dengan korupsi. Presiden jangan sampai menjadi penyandera gerakan pemberantasan
korupsi," kata Sandi.
Kedua,
Presiden RI harus menjadi orang terdepan bagi semua perubahan ke arah Indonesia
yang lebih baik. Untuk itu dibutuhkan sosok pemimpin yang bisa cepat memutuskan
dan mampu bertindak tegas. Ketiga, harus meletakkan pendidikan dan entrepreneurship sebagai pondasi dasar
pembangunannya. Menurut Sandi, hal ini penting lantaran masa depan bangsa ini
ditentukan oleh sumber daya manusianya. Keempat, dibutuhkan presiden yang pro
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). "Tentu saja tidak sekedar jargon,
namun itu terlihat dalam seluruh kebijakan di lapangan," ujar pria yang
juga pemilik grup Saratoga ini.
Kriteria
yang terakhir, Sandi mengistilahkan sebagai pemimpin pendengar dan pendobrak
kebekuan birokrasi. Pemegang kursi RI 1 harus siap menerima masukan demi
perbaikan dan menjadikan seluruh kapasitasnya untuk mendengar harapan publik.
Di saat yang bersamaan, juga mampu mendobrak kebekuan birokrasi yang kerap
menghambat laju pembangunan dan pelayanan publik.
Sementara
untuk wakil presiden (wapres) yang ideal, menurut Sandi, haruslah sosok yang
profesional, kuat, berpengalaman dan mampu menjadi komplementer RI 1. Seorang
wapres harus mampu memberikan masukan yang tepat kepada presiden dan bebas dari
kepentingan politik tertentu tapi mampu mengawal agenda besar pemerintah di
DPR. "Kepentingan utamanya harus rakyat dan negara ini," pungkasnya.
Sedangkan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam sambutannya di acara Imlek di
gedung JCC, Jakarta, Jumat malam (7/2) berharap, presiden dan wakil yang
terpilih mendatang bisa menjaga amanah sesuai dengan harapan rakyat yang
memilihnya. Serta menjadi pemimpin yang mengedepankan rakyat dan tepat dalam
mengambil keputusan dan kebijakan. “Masyarakat pasti sepakat untuk memilih
pemimpin sejati pada saat pemilu nanti. Agar Indonesia semakin aman, maju dan
sejahtera. Kita harus makin optimistis Indonesia yang makin maju dapat kita
wujudkan. Kita tidak boleh berhenti dalam memberi rambu-rambu moral, semoga
pesan yang saya sampaikan tadi dapat menjadi panduan dasar bagi masyarakat
untuk pemilu mendatang demi Indonesia yang maju, bersih dan lebih baik,"
kata SBY. (Tim)R.26
No comments:
Post a Comment