RSU Dr Soetomo milik Pemerintah Provinsi Jatim dirasa
sangat kekurangan fasilitas yang seharusnya diperlukan. Pasien/penderita yang
mengalami penyakit yang seharusnya segera dioperasi masih harus menunggu antrian
berbulan-bulan sampai mencapai 4 s/d 5 bulan lebih. Itu pun masih belum tentu
akan dilakukan operasi. Si penderita/pasien pada saat masuk RS masih dalam keadaan
sadar namun karena di RS terlalu lama menunggu untuk dilakukan operasi
akibatnya kondisi pasien makin lama makin menurun dan sampai tak sadarkan diri.
Tidak kurang yang akhirnya malah meninggal dunia. Selain itu pasien yang
terlalu lama di RS tidak segera dioperasi dan kondisinya terus menurun maka
keluarganya memutuskan untuk dibawa pulang saja. Lebih-lebih kondisinya sudah
parah yang seharusnya segera dilakukan operasi namun tidak segera dilakukan
operasi sehingga akibatnya fatal, meninggal dunia. Itulah kondisi yang ada di RSU
Dr Soetomo selama ini.
Para
pimpinan dan dokter di RSU Dr Soetomo sebenarnya juga kasihan melihat para
pasien menunggu terlalu lama apalagi kenyataannya seperti itu. Ruang Instalasi
Rawat Inap dan Ruang Operasi di RSU Dr Soetomo akan segera mendapatkan
perhatian dari Gubernur dan DPRD Provinsi Jatim. Mengingat kondisinya yang
kurang bahkan sudah sangat memprihatinkan, seperti ruang instalasi rawat inap
di ruang syaraf dan lainnya mulai dahulu kala sampai sekarang masih belum
dilakukan pembenahan dan pembangunan gedung baru yang seharusnya masalah ini mendapatkan
perhatian khusus karena menyangkut tempat rawat inap orang sakit yang
memerlukan ketenangan dan kenyamanan, setidak-tidaknya layak untuk penderita. Para
pasien yang akan masuk instalasi rawat inap harus menunggu cukup lama, ditempatkan
di lorong-lorong yang sangat tidak layak, nantinya bila sudah masuk
ruangan/kamar rawat inap itu pun sangat memprihatinkan. Ruang yang berukuran ±
6 x 5 m ditempati oleh 7 orang penderita, jaraknya berhimpitan.
Ruang
tersebut katanya kelas III tapi sebenarnya ruangan tersebut ruang sal. Pada
umumnya yang menempati kamar tersebut adalah masyarakat tidak mampu dan miskin,
termasuk peserta askes golongan I dan II. Bagi penderita yang tidak mampu dan
miskin katanya dibiayai/dibayari oleh pemerintah, tetapi mengapa kondisinya
sangat memprihatinkan begitu. Walaupun orang tidak mampu dan miskin serta
peserta askes golongan I dan II juga memerlukan ketenangan, kenyamanan dan
pelayanan yang prima. Tidak hanya orang kaya yang sakit saja yang memerlukan
ketenangan dan kenyamanan. Coba bayangkan, dalam satu ruangan berisi 7 orang
sakit, yang satu menjerit-jerit kesakitan, yang lainnya melihat ada yang
sekarat akan meninggal dunia, bagaimana orang sakit akan cepat sembuh kalau melihat
kondisinya seperti itu.
Para
penderita apa tidak stres menambah parah sakitnya dan mempercepat kematiannya ?
Di ruang rawat inap yang meninggal silih berganti, setiap hari dapat dipastikan
ada yang meninggal. Bila dibandingkan dengan pasien di Graha Amerta sama-sama
penderita sakit mengapa yang meninggal jarang, penyakitnya dapat diatasi. Apakah yang sakit orang kaya sehingga mendapat
perhatian khusus dengan biaya yang mahal, semuanya serba mewah seperti hotel ?
Itu kan sama-sama RS pemerintah tapi mengapa pelayanannya berbeda ?
Semua
itu penyebabnya adalah kurangnya fasilitas yang dimiliki oleh RSU Dr Soetomo,
termasuk sarana dan prasarana yang dibutuhkan. dr Dodo Anondo, Direktur RSU Dr
Soetomo, saat dikonfirmasi FAKTA menjelaskan bahwa RSU Dr Soetomo milik
Pemerintah Provinsi Jatim melayani juga rujukan pasien untuk Indonesia Timur,
namun fasilitas yang dimiliki belum memadai dengan jumlah pasien yang dirawat.
Antara lain :
1.
Ruang
Rawat Inap masih sangat kurang, masih menggunakan gedung lama yang kapasitasnya
tidak mencukupi dengan pasien yang ada, seharusnya perlu adanya gedung baru,
setidak-tidaknya dibangun tambahan lantai bertingkat.
2.
Ruang
bedah masih sangat terbatas, tidak seimbang dengan pasien yang akan dilakukan
bedah.
3.
Ruang
ICU tempat untuk pasien selesai dioperasi tidak memadai, pasien yang seharusnya
segera dioperasi harus antri yang cukup lama.
4.
Ruang
ICU yang dimiliki RSU Dr Soetomo
·
IRD
terdapat 12 bed
·
Gedung
Bedah Pusat Terpadu sebanyak 23 bed
·
Kamar
Operasi 22 bed
·
Ruang
Anak 6 bed
Untuk
tahun anggaran 2015 direncanakan ditambah 8 bed. Bila dihitung jumlah seluruhnya
untuk saat ini hanya 41 bed yang dimiliki oleh RSU Dr Soetomo, sedangkan pasien
yang antri akan dioperasi mencapai ratusan orang, akan ditampung di mana mereka
?
Fasilitas yang dimiliki RSU Dr Soetomo sangat tidak memadai
dengan jumlah pasien yang dirawat untuk dilakukan operasi dan yang sakit kritis
yang perlu mendapatkan perawatan khusus. Belum lagi melayani operasi darurat
kecelakaan yang harus segera dilakukan operasi namun tempat ruang ICU-nya tidak
mencukupi.
Selain itu Dodo Anondo menyampaikan bahwa berkaitan
rujukan dari daerah-daerah dan RS yang ada di Surabaya sendiri cukup banyak. Diharapkan
pasien yang dirujuk ke RSU Dr Soetomo yang benar-benar keselamatan nyawanya
mengkhawatirkan dan sangat gawat darurat. Pasien yang masih dapat diatasi oleh
RS asalnya jangan tergesa-gesa dirujuk ke RSU Dr Soetomo. Soalnya apabila tidak
segera dilayani maka para tenaga medis RSU Dr Soetomo yang disalahkan dan
diumpat-umpat, yang katanya pelayanannya lambatlah dan sebagainya. Mereka tidak
mengetahui dan terkesan tidak mau tahu bahwa peralatan/fasilitas yang dimiliki RSU
Dr Soetomo masih tidak mencukupi.
Dengan adanya permasalahan tersebut maka diharapkan
Gubernur dan DPRD Provinsi Jawa Timur segera tanggap terhadap keluhan para pasien
dan pihak RSU Dr Soetomo dan segera menggelontorkan dana untuk pembangunan
gedung dan perlengkapannya agar para pasien dapat dilayani dengan cepat
sehingga dapat cepat sembuh juga dari penyakit yang dideritanya.
Dodo Anondo juga mengeluhkan adanya BPJS, dana yang
disediakan untuk pasien yang dirawat oleh RSU Dr Soetomo tidak mencukupi. Maka
diharapkan pula pemerintah pusat dalam hal ini Menkes RI segera meninjau
kembali dan mengevaluasi dana yang disediakan itu agar ditambah.
Gubernur Jatim, Soekarwo alias Pakde Karwo, pada tahun
2012 mencanangkan seluruh rakyat Jatim yang miskin, kurang mampu dan kaya
seluruhnya akan dibebaskan seluruh biaya pengobatannya alias gratis. Termasuk untuk
rawat inap. Namun rencana itu ditangguhkan setelah melihat kondisi menangani pasien
yang tidak mampu dan miskin saja belum memadai dari yang diharapkan oleh
masyarakat. Dengan adanya permasalahan tersebut diharapkan Pakde Karwo segera turun
tangan dan tanggap terhadap keluhan masyarakat Jatim. Para anggota/pimpinan
DPRD Jatim apa tidak pernah melihat/berkunjung ke RSU Dr Soetomo dan RSUD
lainnya untuk melihat kondisi pelayanan dan ruangan rawat inap yang katanya
kelas III atau apa artinya sal ialah masal, jumlahnya yang cukup banyak jadi
satu kamar ? Seperti halnya ruangan tunggu/pendaftaran pasien yang akan berobat
di poli sangat tidak layak, luas ruangan hanya beberapa meter persegi, tapi
yang nunggu daftar ribuan orang berjubel melebihi pasar tradisional rasanya
nafas sesak, pengap. Coba renungkan, orang sudah dalam keadaaan sakit disuruh
antri berjubel. Menurut informasi, para penderita ada yang datang untuk
mendapatkan nomor antrian pada jam 4 pagi. Mengapa DPRD Jatim tidak memikirkan
hal itu ? Apa mungkin para anggota dan pimpinan DPRD Jatim bila sakit tidak
mengalami seperti itu karena dipastikan bila sakit di RS yang mewah seperti
hotel ? Maklum bila demikian sehingga tidak tahu keluh-kesah orang miskin. Seharusnya
mereka ingat pada saat mencalonkan diri jadi caleg DPRD, apa janjinya kepada
orang miskin ? Janjinya, sebagai wakil rakyat dia akan mewakili rakyat, apa
yang dikeluhkan dan diresahkan akan diperjuangkan agar tidak menjadi resah dan
dikeluhkan oleh masyarakat, termasuk peningkatan pelayanan kesehatan. Apa
mereka lupa dengan janji-janjinya.
Diharapkan juga agar Gubernur dan DPRD Provinsi Jatim
segera menggelontorkan dana untuk mendidik para dokter spesialis bedah dan membangunkan
gedung rawat inap serta ruang operasi, ruang tunggu/pendaftaran yang layak. Termasuk
obat generic yang diperlukan penyakit yang diderita jangan sampai obat yang
diperlukan menurut dokter tidak ada kemudian diganti dengan obat paten yang harganya
jelas tidak terjangkau oleh kaum tidak mampu dan miskin. Ingat janjimu agar
masyarakat yang tidak mampu dan miskin dapat merasakan kemerdekaan negeri ini,
tidak hanya dinikmati oleh kaum jutawan, miliarder, lebih-lebih dinikmati oleh
para koruptor yang bermewah-mewah bergelimpangan harta merasa tak berdosa ! (F.809) majalah fakta onlineDari kiri : dr Dodo Anando dan Pakde Karwo |
No comments:
Post a Comment