MENINDAKLANJUTI pengamatan
sebelumnya terhadap proyek pengerjaan perpipaan MSMHP (Metropolitan Sanitation
Management and Health Project/Pengelolaan Sanitasi dan Kesehatan Perkotaan) di
bawah kendali Satker Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman (PPLP) Dinas
PUP dan ESDM Provinsi DIY di Daerah Istimewa Yogyakarta, Ketua Umum LSM Korek
(Komunitas Rakyat Ekonomi Kecil), Alex Santosa (ralat: sebelumnya di tulis Alek)
pada FAKTA mengungkapkan langkah-langkah yang akan dilakukan lembaganya. “Kita
siapkan tim untuk melihat sejauh mana perkembangan pada program tersebut. Dari
situ kita akan mengkaji dan kalau perlu bahkan mensikapi,” ujarnya.
Menurut Alex, timya sudah kredibel
di bidangnya. “Mereka sebagian ahli-ahli teknik juga jebolan universitas ternama
yang peduli pada bangsa ini,” ujarnya. Selain sebagai kontrol sosial, lembaga
yang dipimpinnya selama ini juga berupaya mencarikan jalan keluar terhadap
permasalahan yang ada. “Kita tidak hanya bisa menyoroti dan seterusnya, namun
kita juga berupaya mencarikan solusi demi jalannya roda pembangunan di negeri
tercinta ini,” tegasnya kemudian.
Lebih
jauh, kata Alex, dirinya sangat mendukung pembangunan berdasarkan azas manfaat,
namun jangan sampai adanya pembangunan itu justru merusak insfrastruktur yang
telah ada. Alex kembali mengaku prihatin uang anggaran puluhan miliar rupiah
namun hasilnya saat ini masih demikian adanya. Seperti diketahui sebelumnya
bahwa Alex sempat mengajak FAKTA turun ke lapangan melihat proyek ini. Juga
mengkonfirmasikan pada Drajat Widjunarso selaku Kepala Satuan Kerja PPLP DIY serta
pihak dua BUMN bidang kontruksi yang mengerjakannya. Saat itu Ery Arsyanto,
Wakil Manager Lapangan dari PT Adhi Karya,
mengatakan bahwa pihaknya mengerjakan sepanjang 22,3 km dengan pagu Rp
23 miliar yang terletak di sebelas lokasi. Saat itu Ery berdalih pengaspalan
baru dilakukan satu lapis, karena dananya memang hanya untuk pengerjaan
demikian. Masih ada masa pemeliharaan dan pihaknya punya orang yang selama ini
mengawasi sehingga daerah mana yang rusak dengan cepat akan diperbaiki. “Ada
pengawas, ada konsultan, sehingga kita tidak bekerja sendiri,” pungkasnya.
Secara terpisah, Sapto didampingi Tri dari PT
Nindya Karya dengan nilai kontrak Rp 39 miliar mengaku dapat bagian pengerjaan
lebih banyak daripada Adhi Karya dengan adendum sepanjang 32 km. Pihaknya tidak
menampik berbagai kendala yang muncul dan berharap pengerjaan dapat berjalan
sesuai target. (F.883) majalah fakta onlinePengaspalan terlihat tidak rata pada salah satu titik proyek MSMHP dan jalan yang belum ditutup aspal tapi sudah pindah titik lokasi pengerjaan lainnya |
No comments:
Post a Comment