Saturday, May 17, 2014

OPINI : PARTAI DEMOKRAT TERJUNGKAL, PAKDE KARWO MEMANG HEBAT, CERDIK, CERMAT DAN CERDAS

DALAM Pemilu Anggota DPR RI, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota 2014, Partai Demokrat mengalami penurunan suara yang sangat tajam dan dahsyat. Dalam Pemilu 2009, Partai Demokrat meraih ± 20.85% suara untuk DPR RI, dan sekarang Partai Demokrat hanya memperoleh 9,70% suara menurut perhitungan cepat LSI.
Ini semua tidak lepas dari ulah para petinggi partai yang menggarong uang rakyat alias koruptor, setiap hari masyarakat dicekoki kebejatan para petinggi Partai Demokrat melalui media cetak maupun media elektronik khususnya TV One dan Metro TV, bagaimana masyarakat tidak galau ? Partai Demokrat tidak memenuhi janjinya untuk menolak pemberian berupa apa pun yang tidak sah/halal atau ternyata para petinggi Partai Demokrat berbuat sebaliknya. Dengan adanya kejadian itu membawa imbas ke daerah-daerah pemilihan, sebagian besar pemilih sudah tidak percaya lagi dengan Partai Demokrat. SBY maunya memberantas korupsi dengan sungguh-sungguh namun malah kader partainya sendiri korupsi, SBY pun jadi serba salah. Sebenarnya SBY orangnya baik dan jujur tetapi para pendampingnya yang menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan SBY.
Di sisi lain, menurut pengamatan penulis, Soekarwo alias Pakde Karwo jauh hari sebelum Pileg 2014, sudah mengantisipasi yang akan terjadi. Partai Demokrat dipastikan akan jatuh tersungkur maka Pakde Karwo sudah mengambil langkah strategis. Pakde Karwo mengantisipasi dengan cerdik, cermat dan cerdas agar nantinya dalam memimpin Provinsi Jawa Timur tidak mendapat hambatan, ganjalan maupun tantangan dari rival politiknya dengan cara sekali melangkah menginjakkan 3 (tiga) kaki atau dapat dikatakan berpijak pada tiga partai :
·        Yang pertama, Pakde Karwo menginjakkan kakinya pada Partai Demokrat
·        Yang kedua, Pakde Karwo menginjakkan kakinya pada Partai Golkar
·        Yang ketiga, Pakde Karwo menginjakkan kakinya pada PDIP
Pakde Karwo ibarat jasadnya memiliki tiga (3) makna yaitu :
1.   Roh Pakde Karwo berada dalam kandungan PDIP
2.   Raga/jasmani Pakde Karwo berada dalam naungan Partai Golkar
3.   Baju/busana gebyarnya Pakde Karwo berada pada Partai Demokrat karena Pakde Karwo pada saat dicalonkan Gubernur Jatim bukan merupakan kader dari Partai Demokrat hanya kebetulan saja memanfaatkan popularitas Pakde Karwo.
Bagaimanapun juga, diakui atau tidak, yang dapat dipastikan
bahwa Pakde Karwo adalah kader Golkar, PDIP/PNI dan GMNI. Itu semua tidak lepas dari makna jiwa dan raga Pakde Karwo seperti yang diuraikan di atas.
Mengapa dikatakan roh/jiwa Pakde Karwo adalah PDIP ? Karena sejak dalam kandungan sampai lahir Pakde Karwo dibesarkan dalam lingkungan PNI dalam hal ini PDIP, yang kedua raga/jasmani Pakde Karwo dalam pekerjaan, karier ke jenjang jabatan di pemerintahan tidak lepas dari Partai Golkar, bagaimanapun masih mempunyai ikatan yang erat dengan Golkar, paling tidak masih memiliki balas budi, karena yang membesarkan dalam jabatan adalah Golkar. Sedangkan di Partai Demokrat, Pakde Karwo datang tiba-tiba karena mukjizat dari Tuhan gara-gara menang konvensi calon Gubernur Jatim dari PDIP tetapi didepak oleh Ir Sucipto, diambil alih oleh Sucipto yang mencalonkan diri sebagai Gubernur Jatim namun gagal. Dengan adanya kejadian itulah Partai Demokrat, PKS dan PAN memanfaatkan sesuatu yang baik yakni Pakde Karwo kelihatan melayang di udara ditangkaplah dalam genggaman Partai Demokrat kemudian dicalonkan jadi Gubernur Jatim. Ibaratnya bila status tanah belum memiliki status atas hak sebagai hak milik dalam arti di Partai Demokrat, Pakde Karwo belum memiliki jiwa dan raga karena belum merupakan kader Partai Demokrat tetapi pendatang baru dari kader partai lain. Namanya juga sudah pulungnya, sudah garisnya jadi meskipun dicegah, dijegal ataupun diapakan saja tetap jadi Gubernur.
Pakde Karwo dengan PDIP tidak bermusuhan, yang berlawanan adalah dengan Soecipto, Sekjen PDIP, secara privat. Namun Megawati sebagai Ketua Umum PDIP tidak bisa berbuat apa-apa menghadapi Ir Sucipto, karena bagaimanapun Ir Sucipto memiliki jasa yang sangat besar pada PDIP/Megawati yang tidak dapat dilupakan sepanjang masa. Maka hutang budi yang harus dilakukan. Maka Pakde Karwo dengan PDIP sampai saat ini tetap mesra-mesra saja dan tidak ada masalah.
Kader Partai Demokrat masih berpeluang untuk jadi Wapres.
Melihat peta politik saat ini, walaupun Partai Demokrat terjungkal masih memiliki kekuatan yang bisa diandalkan. SBY masih mempunyai wibawa, analisa, prediksi kekuatan Calon Presiden melalui koalisi sebagai berikut :
Putaran kesatu (1);
I.    PDIP 19.73% + Nasdem 6,70% = 26,43%
II.  Golkar 14,56% + Hanura 5,23% + PKS 6,61% = 26,4%
III. Partai Demokrat  9,70% + Partai Gerindra 11,88% + PAN  
          7,43% + PPP 7,01% + PKB 9,70% = 45,72%
Putaran kedua (2)
I.       PDIP 19,73% + Nasdem 6,70%  = 26,43%
II.     Partai Demokrat 9,70% + Partai Gerindra 11,58% + PAN 7,43 +
    PKB 9,70% + PPP 7,01% + Golkar 14,56% + Hanura 5,23% +
         PKS 6,61% = 71,82%
Dengan demikian dapat dipastikan koalisi kelompok kedua menjadi pemenang dan dapat dimungkinkan Prabowo Subianto yang jadi Presiden dan Hatta Rajasa sebagai Wakil Presiden.
Mengapa Golkar bergabung dengan Demokrat Cs ? Karena Golkar berpikir rasional, cerdik dan cerdas. Bila bergabung dengan PDIP, Golkar tidak akan bisa banyak berperan, tidak memiliki kekuatan yang lebih besar karena sama-sama partai besar memiliki suara terbanyak kesatu dan kedua. Sedangkan bila bergabung dengan Partai Demokrat, maka Golkar akan memperoleh kekuasaan yang lebih besar dan tidak bisa didikte, bisa-bisa malah jadi penguasa dan menjadi penentu karena Golkar memiliki suara terbanyak di antara koalisi yang lainnya. Itulah kemungkinan pertimbangan Golkar. Kalau PKS dan Hanura masih belum jelas arahnya, karena dengan Demokrat dan Gerindra kurang sejalan.
Namun demikian kelompok fungsionaris Golkar dari sebagian DPC menginginkan Ketua Umumnya, Aburizal Bakri, agar mengundurkan diri dari pencalonan presiden dan nantinya Golkar cukup mengajukan calon wapres saja, yang dicalonkan Yusuf Kalla atau Akbar Tanjung. Melihat dari peta politik, Golkar dapat dianalisa Golkar nantinya akan berkoalisi dengan PDIP. Apa yang terjadi, barang tentu Abu Rizal Bakri yang telah mati-matian berjuang demi Golkar dan mengeluarkan dana ratusan milyar mungkin sampai triliunan rupiah akan dikorbankan begitu saja. Apa kiranya Abu Rizal Bakri mau mundur begitu saja, kok enak, apa Abu Rizal Bakri itu orang bodoh, mungkin akan terjadi pertumpahan darah bila benar-benar Abu Rizal Bakri dilengserkan dari Ketum dan Calon Presiden dari Golkar. Maka, diharapkan para fungsionaris Golkar lebih berhati-hati untuk mewujudkan keinginannya agar tidak timbul perpecahan di tubuh Golkar. Sangat disayangkan, jangan-jangan nantinya akan terjadi kehancuran. (R.26) majalah fakta online
Drs Imam Djasmani SH
Pengamat Politik

No comments:

Post a Comment