Friday, May 30, 2014

LINTAS ACEH : SMA NEGERI 1 TANAH LUAS DIBEKALI SOSIALIASI PEMBAURAN

SOSIALISASI Pembauran Kebangsaan yang menyangkut tentang agama, wawasan, sudut pandang dan jati diri bagi para pelajar, berlangsung di Sekolah Menegah Atas (SMA) Negeri 1 Tanah Luas, Kabupaten Aceh Utara, pada Selasa (5/2). Sosialiasasi yang disajikan oleh tim dari jajaran Pemerintah Provinsi Aceh tersebut melibatkan unsur kepolisian dari Polda Aceh, unsur TNI dari Kodam Iskandar Muda, unsur Departeman Agama, unsur Kesbang Linmas dan unsur Dinas Pendidikan Provinsi Aceh. Sosialisanya diberikan seluas-luasnya kepada seluruh pelajar SMA itu yang juga melibatkan para Dewan Guru.
Tujuh personil dari Provinsi Aceh diturunkan ke daerah untuk menyampaikan sosialisasi pembauran, antara lain Dra Numalis dari Kesbang Linmas, Cut Razali dari Dinas PK, Mayor Inf A Rahman dari Kodam Iskandar Muda, Kompol Rasyidin dan Saldi MM dari Polda Aceh, Rahmawati dari Kesbang dan Drs Juneazi MPd dari Kanwil Kementerian Agama Provinsi Aceh. Selain itu ada dua personil lainnya sebagai pendamping Tim Sosialisasi, yaitu Azhar dan Sugiarta dari Kesbang Linmas Kabupaten Aceh Utara.
Ibrahim Abdurrahman SPd, Kepala SMA Negeri 1 Tanah Luas, dalam sambutannya mengatakan,”Anak-anak kami para pelajar, hari ini kita menerima penghormatan atas kedatangan Tim Sosialisasi Pembauran dari Provinsi Aceh ke sekolah kita, yang menyajikan berbagai masukan penting untuk bekal persiapan diri bagi para pelajar. Justru itu kalian semua silakan ambil intisari dan cermati masukan-masukan penting ini dari para penyaji yang sangat berguna bagi kepentingan hidup kalian di masa mendatang”.
Dra Nurmalis, Kabid Pemb Ideologi Kesbang Linmas Provinsi Aceh, mengatakan, disosialisasikannya sistem pembauran kebangsaan itu ke sekolah-sekolah adalah dikarenakan anak-anak sekolah masih sangat perlu akan pengetahuan tentang pembauaran secara nasional yang positif, serta perlu mengetahui efek negatifnya dari semua ekses pembauran dan lain sebagainya. Tujuannya, supaya para pelajar dapat berbaur seluas mungkin dan dapat menjaga jati dirinya sebagai orang yang beragama yang perlu mempertahankan jati diri sebagai orang-orang Islam yang beriman, serta punya ‘aqidah tersendiri dan patut dipertahankan. “Di samping itu, kita juga patut menghormati dan menghargai agama lainnya yang ada dan yang telah disahkan oleh pemerintah. Kerukunan warga di Aceh tak terlepas dari agama, adat dan budaya,” kata Dra Nurmalis melalui sambutannya.
Cut Razali dari Dinas Pendidikan Provinsi Aceh, yang juga memberi sambutan, mengatakan bahwa pendidikan sangat penting. Majunya suatu bangsa tergantung pada pendidikan masyarakatnya. Hal itu mengacu pada Undang Undang No.20 Tahun 2003 yang mencetuskan agar peserta didik menggiatkan dan mengembangkan dirinya dengan pendidikan, berpotensi diri, berakhlak mulia dan dapat menentukan anutan agama yang lebih tepat bagi dirinya serta keluarganya. “Potensi diri kita sebenarnya ada pada psikologi kita masing-masing, maka kembangkanlah psikologi, agar kita bisa lebih menguasai diri. Para pelajar perlu banyak berusaha, kerja keras, kerja sama dengan pihak lain, yang perlu pula memegang teguh nilai-nilai moral. Hal itu merupakan tuntutan global yang unggul. Sesungguhnya Allah tidak akan merobah keadaan suatu kaum, kecuali mereka berupaya merobahnya sendiri”.
Mayor Inf A Rahman dari Kodam Iskandar Muda menyampaikan sambutan tentang kesatuan dan persatuan berbangsa dan bernegara atas dasar Undang Undang Dasar 1945 dan Sumpah Pemuda 1928. “Cinta tanah air, budaya, bahasa dan adat-istiadat merupakan kewajiban bagi bangsa Indonesia. Setiap warga negara Indonesia masing-masing mempunyai hak dan tanggung jawab, yaitu hak yang berimbang, mampu menguasai diri, dengan tidak ada permasalahan”.
Drs Juneazi MPd dari Kanwil Kementerian Agama RI Provinsi Aceh, mengatakan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah lebar dan luas. Berbagai etnis atau suku bangsa hidup beraktifitas, berpartisipasi, berbaur dengan penuh persatuan dan kesatuan. Generasi muda Indonesia berada pada garis depan selaku penjaga kerukunan berdasarkan azas dari Panca Sila dan UU.1945, serta Sumpah Pemuda yang dicetuskan pada tahun 1928. “Para pemuda Indonesia juga memprotes persoalan rezim Soeharto setelah lebih dari 32 tahun berkuasa memegang tampuk pimpinan, yang pada akhirnya menjurus kepada pribadi dan kelompok. Ekses tersebut dinamai Rezim Orde baru di bawah koordinator Rezim Soeharto, yang kemudian diberantas oleh para pemuda Indonesia”.
Soal kerukunan beragama di Indonesia, masyarakatnya saling menghormati agama yang satu dengan agama yang lainnya. Orang-orang Aceh yang rata-rata beragama Islam ditetapkan peraturan Islam hanya kepada pemeluk agama Islam. “Orang-orang Kristen, Budha dan agama lainnya yang juga dianut oleh penduduk yang berdomisili di Aceh tentunya bebas melakukan kegiatan agamanya sendiri-sendiri dengan peraturan agamanya, tetap dihormati,” ungkap Drs Juneazi dari Kanwil Agama RI Provinsi Aceh.  
Sedangkan Kompol Rasyidin dari Polda Aceh membicarakan soal wawasan dan sudut pandang jiwa pembauran yang solid dan berfundamental, penuh dengan sistematik jati diri sebagai remaja Aceh. Penuh silidaritas serta toleransi. Solidaritas beragama, solidaritas dalam berwawasan dan pergaulan serta solidaritas dalam berbangsa dan bernegara.                              “Sekalipun kita hidup dengan saling bertoleransi di tengah-tengah banyaknya agama yang ada di Indonesia dan di Aceh, tentunya kita tetap pada pendirian kita Islam dan tidak mungkin kita meniru beraktifitas dengan anutan agama lainnya. Kita punya jati diri yang tak mudah tergoyahkan. Ibarat pohon asam, pohon cabe, pohon mangga dan pohon nira yang tumbuh dan hidup sekumpulan berbeda jenis tetap mempertahankan rasanya masing-masing, tidak akan berobah, meski hidup bersama dengan lain jenis. Si cabe tetap pada pedasnya, si jeruk asam tetap pada asamnya dan si nira tetap pada manisnya, tidak akan menyusup dan tidak akan menerima rasa buah lainnya, kecuali tetap pada jati dirinya, dengan habitat pembawaannya yang ampuh. 
              Demikian pula halnya kita yang beragama Islam, tak mungkin menerima susupan ajaran Kristen, begitu pula sebaliknya. Kata Allah,’Lakum dinukum waliadin. Untukku agamaku dan untukmu agamamu’. Selain itu para remaja ciptakanlah perdamaian yang positif dan persatuan yang harmonis agar kita tidak merasakan adanya konflik,” sebut Kompol Rasyidin. (F.654) majalah fakta online
Abdurrahman SPd (Kepala SMA Negeri 1 Tanah Luas), Dra Nurmalis (Kabid Pem Ideologi Kesbang Linmas Provinsi Aceh), para pelajar SMA  Negeri 1 Tanah Luas
saat mendengarkan Sosialisasi Pembauran

No comments:

Post a Comment