SOSIALISASI Pembauran Kebangsaan yang menyangkut
tentang agama, wawasan, sudut pandang dan jati diri bagi para pelajar,
berlangsung di Sekolah Menegah Atas (SMA) Negeri 1 Tanah Luas, Kabupaten Aceh
Utara, pada Selasa (5/2). Sosialiasasi yang disajikan oleh tim dari jajaran
Pemerintah Provinsi Aceh tersebut melibatkan unsur kepolisian dari Polda Aceh,
unsur TNI dari Kodam Iskandar Muda, unsur Departeman Agama, unsur Kesbang
Linmas dan unsur Dinas Pendidikan Provinsi Aceh. Sosialisanya diberikan
seluas-luasnya kepada seluruh pelajar SMA itu yang juga melibatkan para Dewan
Guru.
Tujuh
personil dari Provinsi Aceh diturunkan ke daerah untuk menyampaikan sosialisasi
pembauran, antara lain Dra Numalis dari Kesbang Linmas, Cut Razali dari Dinas
PK, Mayor Inf A Rahman dari Kodam Iskandar Muda, Kompol Rasyidin dan Saldi MM
dari Polda Aceh, Rahmawati dari Kesbang dan Drs Juneazi MPd dari Kanwil
Kementerian Agama Provinsi Aceh. Selain itu ada dua personil lainnya sebagai
pendamping Tim Sosialisasi, yaitu Azhar dan Sugiarta dari Kesbang Linmas
Kabupaten Aceh Utara.
Ibrahim
Abdurrahman SPd, Kepala SMA Negeri 1 Tanah Luas, dalam sambutannya
mengatakan,”Anak-anak kami para pelajar, hari ini kita menerima penghormatan
atas kedatangan Tim Sosialisasi Pembauran dari Provinsi Aceh ke sekolah kita,
yang menyajikan berbagai masukan penting untuk bekal persiapan diri bagi para
pelajar. Justru itu kalian semua silakan ambil intisari dan cermati
masukan-masukan penting ini dari para penyaji yang sangat berguna bagi
kepentingan hidup kalian di masa mendatang”.
Dra
Nurmalis, Kabid Pemb Ideologi Kesbang Linmas Provinsi Aceh, mengatakan,
disosialisasikannya sistem pembauran kebangsaan itu ke sekolah-sekolah adalah
dikarenakan anak-anak sekolah masih sangat perlu akan pengetahuan tentang
pembauaran secara nasional yang positif, serta perlu mengetahui efek negatifnya
dari semua ekses pembauran dan lain sebagainya. Tujuannya, supaya para pelajar
dapat berbaur seluas mungkin dan dapat menjaga jati dirinya sebagai orang yang
beragama yang perlu mempertahankan jati diri sebagai orang-orang Islam yang
beriman, serta punya ‘aqidah tersendiri dan patut dipertahankan. “Di samping
itu, kita juga patut menghormati dan menghargai agama lainnya yang ada dan yang
telah disahkan oleh pemerintah. Kerukunan warga di Aceh tak terlepas dari
agama, adat dan budaya,” kata Dra Nurmalis melalui sambutannya.
Cut
Razali dari Dinas Pendidikan Provinsi Aceh, yang juga memberi sambutan,
mengatakan bahwa pendidikan sangat penting. Majunya suatu bangsa tergantung
pada pendidikan masyarakatnya. Hal itu mengacu pada Undang Undang No.20 Tahun
2003 yang mencetuskan agar peserta didik menggiatkan dan mengembangkan dirinya
dengan pendidikan, berpotensi diri, berakhlak mulia dan dapat menentukan anutan
agama yang lebih tepat bagi dirinya serta keluarganya. “Potensi diri kita
sebenarnya ada pada psikologi kita masing-masing, maka kembangkanlah psikologi,
agar kita bisa lebih menguasai diri. Para pelajar perlu banyak berusaha, kerja
keras, kerja sama dengan pihak lain, yang perlu pula memegang teguh nilai-nilai
moral. Hal itu merupakan tuntutan global yang unggul. Sesungguhnya Allah tidak
akan merobah keadaan suatu kaum, kecuali mereka berupaya merobahnya sendiri”.
Mayor
Inf A Rahman dari Kodam Iskandar Muda menyampaikan sambutan tentang kesatuan
dan persatuan berbangsa dan bernegara atas dasar Undang Undang Dasar 1945 dan
Sumpah Pemuda 1928. “Cinta tanah air, budaya, bahasa dan adat-istiadat
merupakan kewajiban bagi bangsa Indonesia. Setiap warga negara Indonesia
masing-masing mempunyai hak dan tanggung jawab, yaitu hak yang berimbang, mampu
menguasai diri, dengan tidak ada permasalahan”.
Drs
Juneazi MPd dari Kanwil Kementerian Agama RI Provinsi Aceh, mengatakan bahwa
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah lebar dan luas. Berbagai etnis
atau suku bangsa hidup beraktifitas, berpartisipasi, berbaur dengan penuh
persatuan dan kesatuan. Generasi muda Indonesia berada pada garis depan selaku
penjaga kerukunan berdasarkan azas dari Panca Sila dan UU.1945, serta Sumpah
Pemuda yang dicetuskan pada tahun 1928. “Para pemuda Indonesia juga memprotes
persoalan rezim Soeharto setelah lebih dari 32 tahun berkuasa memegang tampuk
pimpinan, yang pada akhirnya menjurus kepada pribadi dan kelompok. Ekses
tersebut dinamai Rezim Orde baru di bawah koordinator Rezim Soeharto, yang
kemudian diberantas oleh para pemuda Indonesia”.
Soal
kerukunan beragama di Indonesia, masyarakatnya saling menghormati agama yang
satu dengan agama yang lainnya. Orang-orang Aceh yang rata-rata beragama Islam
ditetapkan peraturan Islam hanya kepada pemeluk agama Islam. “Orang-orang
Kristen, Budha dan agama lainnya yang juga dianut oleh penduduk yang
berdomisili di Aceh tentunya bebas melakukan kegiatan agamanya sendiri-sendiri
dengan peraturan agamanya, tetap dihormati,” ungkap Drs Juneazi dari Kanwil
Agama RI Provinsi Aceh.
Sedangkan Kompol Rasyidin dari Polda Aceh
membicarakan soal wawasan dan sudut pandang jiwa pembauran yang solid dan
berfundamental, penuh dengan sistematik jati diri sebagai remaja Aceh. Penuh
silidaritas serta toleransi. Solidaritas beragama, solidaritas dalam berwawasan
dan pergaulan serta solidaritas dalam berbangsa dan bernegara. “Sekalipun kita
hidup dengan saling bertoleransi di tengah-tengah banyaknya agama yang ada di
Indonesia dan di Aceh, tentunya kita tetap pada pendirian kita Islam dan tidak
mungkin kita meniru beraktifitas dengan anutan agama lainnya. Kita punya jati
diri yang tak mudah tergoyahkan. Ibarat pohon asam, pohon cabe, pohon mangga
dan pohon nira yang tumbuh dan hidup sekumpulan berbeda jenis tetap
mempertahankan rasanya masing-masing, tidak akan berobah, meski hidup bersama
dengan lain jenis. Si cabe tetap pada pedasnya, si jeruk asam tetap pada
asamnya dan si nira tetap pada manisnya, tidak akan menyusup dan tidak akan
menerima rasa buah lainnya, kecuali tetap pada jati dirinya, dengan habitat
pembawaannya yang ampuh. Demikian pula halnya kita yang beragama Islam, tak mungkin menerima susupan ajaran Kristen, begitu pula sebaliknya. Kata Allah,’Lakum dinukum waliadin. Untukku agamaku dan untukmu agamamu’. Selain itu para remaja ciptakanlah perdamaian yang positif dan persatuan yang harmonis agar kita tidak merasakan adanya konflik,” sebut Kompol Rasyidin. (F.654) majalah fakta online
Abdurrahman SPd
(Kepala SMA Negeri 1 Tanah Luas), Dra Nurmalis (Kabid Pem Ideologi Kesbang
Linmas Provinsi Aceh), para pelajar SMA
Negeri 1 Tanah Luas saat mendengarkan Sosialisasi Pembauran |
No comments:
Post a Comment