Sunday, May 11, 2014

PERISTIWA : MENYATUKAN VISI MASYARAKAT PERGULAAN

Kalau pikiran semua pihak sama, maka tidak akan sulit 
untuk mewujudkan swasembada gula

Ir Moch Samsul Arifin MMA,
Kepala Dinas Perkebunan Provinsi JawaTimur

KEPALA Dinas Perkebunan Provinsi JawaTimur, Ir Moch Samsul Arifin MMA, dalam bukunya yang berjudul “Tebuku Maniskan Separuh Nusantara’’ antara lain menyatakan visi masyarakat pergulaan, yaitu program pengembangan tebu yang telah dilakukan Dinas Perkebunan Provinsi JawaTimur mulai tahun 2010 sudah menunjukkan hasil yang sangat baik, dari segi perluasan area terus menunjukkan grafik yang meningkat cukup signifikan. Di tahun 2010 area tebu mencapai  193.396 Ha. Mulai tahun 2009 hingga tahun 2012 luas area rata-rata meningkat 2,07% per tahun.
Pemerintah Provinsi Jawa Timur berharap bahwa selaras dengan kesuksesan dari program intensifikasi, program-program ekstensifikasi juga telah sukses dilaksanakan, terutama pada pengembangan area tebu di Madura. Juga Tuban dari sisi produksi tebu yang rata-rata tebu rendemen. Dan, produksi gula juga meningkat di tahun 2010 yaitu produksi tebu mencapai 16.700.000 ton dan produksi gula mencapai 1.014.272 ton dan tahun 2011 produksi tebu turun menjadi 14.053.000 ton, tetapi produksi gula meningkat menjadi 1.051.642 ton. Hal ini dipengaruhi oleh rendemen dengan rata-rata kenaikan 6.07%. Tahun 2010 rata-rata kenaikan mencapai 7,43%, tahun 2011 dan tahun 2012 produksi gula kembali naik menjadi 15.556.000 ton dan produksi gula telah naik signifikan lebih dari 200 ribu ton, karena rendemen rata-rata mencapai 8.5%. Produksi gula Jawa Timur cukup tertolong sesaat pasca terdampak anomali cuaca tahun 2010 dan 2011 karena revitalisasi pabrik gula baik milik PTPN X, PTPN XI, Kebon Agung maupun Pabrik Gula Candi baru bisa terealisasi. Juga membaiknya kualitas tebu dan semakin ketatnya aturan MBS (Manis Bersih Segar) bagi tebu-tebu yang masuk pabrik gula.
Salah satu areal perkebunan tebu di Jawa Timur
Pengembangan tebu di lahan yang non historis seperti di Madura (Bangkalan dan Samping), turut berkontribusi menambah areal perluasan tanaman tebu di JawaTimur. Mengingat di wilayah Pulau Jawa sudah semakin sulit mendapatkan areal untuk tanaman tebu. Untuk itu pengembangan tebu di Madura sangat dibutuhkan sasaran awal, dan hanya di Bangkalan dan Sampang. Namun di luar dugaan, pengembangan tebu di kedua wilayah ini ternyata memancing minat para petani di Sumenep untuk turut menanam tebu. Lahan-lahan seperti tegalan yang kurang subur dan sebagian lahan tidur di Madura kini telah diberdayakan menjadi lahan yang produktif bagi penanaman tebu. Sejak awal 2011 pengembangan tebu lahan kering ini juga dilakukan di wilayah Tuban, Lamongan dan Bojonegoro. Dengan area cukup luas ± 60.000 Ha.
Di balik semua progres yang menggembirakan, sebenarnya ada problem yang dirasakan oleh Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur, yakni semakin berkurangnya lahan pertanian yang subur, dan semakin sulitnya mendapatkan tenaga kerja. Dampak global warming (pemanasan global) dan global climate change (perubahan iklim global) yang menyebabkan sering kali anomali cuaca akibat global warming dan merupakan salah satu momok yang mengkhawatirkan dalam merealisasikan program dan target produksi gula dengan pemanasan global yang melanda merata di seluruh dunia. Pada tahun 2013 sempat terjadi hujan susulan yang masuk di bulan Juni dan Juli sehingga kelancaran dalam penggilingan cukup terganggu, juga hujan susulan yang berpengaruh pada rendemen. Karena kandungan gula dalam tebu juga menurun, namun secara keseluruhan produksi gula di tahun 2013 masih relatif baik.
Aktivitas produksi gula di sebuah pabrik gula di Jawa Timur 
           Dalam mensukseskan program pengembangan tebu dan target swasembada gula di tahun 2014 pada dasarnya tidak bisa dibebankan pada satu institusi saja, seperti Dinas Perkebunan. Karena tak mungkin mampu memikul beban seluruhnya tanpa didukung yang lainnya. Swasembada gula adalah sasaran besar, sehingga harus melibatkan banyak pihak dengan pikiran yang sama, mulai dari tingkat pusat maupun daerah, dan juga semua harus memiliki visi dan misi yang sama. 
           Di tingkat pusat dukungan sangat diharapkan, seperti dari Kementrian Pertanian, Kementrian Perindustrian, Kementrian Perdagangan, dan Kementerian BUMN. Sehingga kebijaksanaan akan mengerucut pada arah yang sama dalam merealisasikan swasembada gula. Semua kementerian harus tahu persis apa yang harus dilakukan, dan semua kebijaksanaan harus menuju satu arah, yaitu swasembada gula. Jika semua pihak saling mendukung swasembada gula yang tepat waktu, kalau policynya tetap akan seperti sekarang, yang seksama menuju 4 arah angin, maka sasaran swasembada gula akan menjadi fatamorgana. Sungguh ironis saat dimulai pada tahun 2003 hingga sekarang tak pernah terwujud. Kini masih terjadi gesekan-gesekan pikiran, karena alurnya belum searah dan sejalan, maka semua harus berfikiran sama, seperti bagaimana menambah perluasan area dan meningkatkan produksi tebu, meningkatkan rendemen di pabrik gula dan revitalisasi pabrik gula dan lain-lain. Kalau pikiran semua pihak sama, maka tidak akan sulit untuk mewujudkan swasembada gula. Tidak setuju dengan sebuah cita-cita adalah hal yang lumrah di ruang mana pun pasti terdapat perbedaan pikiran dan itu masih wajar terjadi. Tapi dalam urusan swasembada gula, logika harus dikedepankan agar sadar untuk siapa tujuan mulia itu ? Pelaku usaha tebu di JawaTimur harus bersyukur dan bangga karena jerih-payah yang dilakukan selama ini telah berhasil ‘’Memaniskan Separuh Negeri’’. Demikian juga pada tahun 2013 produksi gula di Jawa Timur mencapai 1.279.331 ton sementara konsumsi langsung masyarakat sebesar 456.327 ton sehingga ada surplus gula sebesar 823,000 ton. Dengan demikian JawaTimur tetap menabur ‘’ Separuh Negeri Ini’’. (F.491)R.26 majalahfaktaonline.blogspot.com
“Kalau pikiran semua pihak sama, tidak sulit mewujudkan swasembada beras” 

No comments:

Post a Comment