MENGAKU tak main-main dan tak tanggung-tanggung
dalam menangani penutupan lokalisasi Dolly, Walikota Surabaya, Tri Rismaharini,
berjanji akan memberdayakan penghuni lokalisasi terbesar di Asia Tenggara itu.
Janji Risma ini diutarakannya di hadapan anggota Komnas HAM yang datang untuk
menanyakan skenario penutupan Dolly dan Jarak.
"Saya
tidak akan lari dari tanggung jawab. Mereka akan kita berdayakan lebih baik.
Saat ini ada dari mereka yang kita rekrut menjadi Satpol PP, ada juga yang kita
bantu usaha sesuai keahlian mereka," kata Risma di Balai Kota saat
menggelar dialog dengan anggota Komnas HAM, Jumat (13/6).
Risma
mengaku tak akan ingkar janji pasca penutupan lokalisasi Dolly dan Jarak,
Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan, pada 18 Juni 2014. Perempuan nomor
satu di Kota Pahlawan yang dijuluki Singa Betina itu akan tetap memperhatikan
dan mensejahterakan warganya yang berada di sekitar lokalisasi, termasuk
pekerja seks komersial (PSK) beserta mucikarinya.
Gelar
dialog tersebut juga dihadiri jajaran SKPD, warga Dolly dan Jarak, serta warga
eks lokalisasi yang sudah ditutup (Tambak Asri, Dupak Bangunsari, Sememi dan
Klakah Rejo). Selain itu tokoh Ikatan Dai Area Lokalisasi (IDIAL) Jawa Timur, K
H Choiron Syueb, juga datang. "Memang, awalnya, kami ini kan punya lima
lokalisasi, empat sudah ditutup, yang terakhir Dolly. Data kami, ada kasus trafficking yang kami temukan tahun 2012
lalu. Kemudian kami menggelar razia di diskotek dan kafe-kafe yang sasarannya
anak-anak. Itu awalnya saya juga sosialisasi ke sekolah-sekolah," papar
Risma.
"Ternyata
anak-anak ini punya masalah. Anda kalau tahu pasti prihatin mendengar sendiri
kondisi anak-anak yang ada di sana (lokalisasi). Mereka ini ingin belajar tapi
ndak bisa, mereka dilarang karena disuruh meladeni tamu. Mereka dicegah. Kami
punya data. Di kafe-kafe, anak-anak yang terjaring razia, mereka dalam kondisi
mabuk, itu kita temukan tahun 2010. Mereka ini punya masalah yang sumbernya
dari lokalisasi," sambung Risma, yang disambut tepuk tangan warga
lokalisasi yang hadir.
Walikota
yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) ini kembali berjanji,
kalau lokalisasi tidak hanya ditutup atau dialihfungsikan, namun juga akan
disertai dengan solusi ekonomi bagi masyarakat sekitar.
"Yang
kita perhatikan adalah anak-anak. Kami tidak akan lari dari tanggung jawab,
kami akan salurkan (bantuan usaha) mereka agar mandiri. Kami tidak bisa lepas
dari masa depan anak-anak. Mereka itu anak-anak saya juga. Anak-anak tidak bisa
lepas dari lingkungannya. Saya mempunyai tanggung jawab terhadap anak-anak,
pada warga Surabaya dan tanggung jawab di hadapan Tuhan," jelasnya.
Walikota
kelahiran Kediri ini juga berharap, para mantan PSK dan mucikari nanti, setelah
lokalisasi ditutup, tidak perlu lagi menutup wajah mereka dengan cadar saat
berhadapan dengan masyarakat. "Tapi mereka bisa berjalan dengan rasa
bangga, karena berhasil secara ekonomi di bidang usaha yang halal," tandas
dia.
Sementara
itu, salah satu anggota Komnas HAM, Dianto Bahriadi, mengatakan, kalau pihaknya
akan berada di Surabaya hingga Sabtu besok untuk mengumpulkan data.
Selanjutnya, dalam tempo satu minggu akan mengeluarkan rekomendasi hasil
temuannya di lapangan.
"Saya
kira kita dalam posisi yang sama, yaitu melindungi anak-anak. Kami Komnas HAM
sangat menghargai upaya melindungi anak-anak itu, juga upaya mencegah
perdagangan anak-anak, prostitusi anak-anak. Kami tidak menyalahkan atau
menegur Pemkot Surabaya, karena kita belum ke arah sana. Kita ke Surabaya untuk
mempelajari banyak hal. Apa skenario penutupan dari Pemkot Surabaya ? Yang
terpenting hak-hak asasi mereka tidak hilang," ucap Dianto.
"Dan, dalam seminggu, kami akan
merekomendasi data hasil investigasi kami, dan akan menfasilitasi komunikasi
dengan warga," tandas dia. (F.809) majalah fakta onlineWalikota Surabaya,Tri Rismaharini |
No comments:
Post a Comment