HIRUK-pikuk menghujat Capres Prabowo Subiyanto
diblejeti dari rekam jejak masa lalunya. Agum Gumelar, mantan Letjen TNI AD
sebagai anggota DKP (Dewan Kehormatan Perwira) mengatakan, Prabowo sebenarnya
dipecat hanya bahasanya saja diperhalus jadi diberhentikan dengan hormat karena
Prabowo Subiyanto menantunya Presiden RI, Suharto.
Selain
itu Prabowo dikatakan indisipliner, pergi keluar negeri tidak ijin. Dan, juga
kenaikan pangkatnya dalam kurun waktu 1,5 tahun) naik 3 (tiga) kali, dan lainnya.
Beberapa penyampaian Agum Gumelar saat diwawancarai oleh reporter Metro TV
tanggal 10 Juni 2014 tersebut, yang disayangkan banyak pihak, mengapa hal
seperti itu diungkapkan Agum Gumelar pada saat pencapresan Prabowo sekarang ?
Sedangkan saat Prabowo jadi cawapres berpasangan dengan Megawati tahun 2009,
katanya masalah itu sudah selesai dan tidak ada masalah. KPU pun dalam
menyeleksi Prabowo juga tidak ada masalah. Tapi, mengapa kok sekarang digonjang-ganjing
lagi yang tidak jelas arah dan ujung pangkalnya ? Apakah Agum Gumelar ada
keinginan balas dendam menjatuhkan Prabowo dalam pencapresan sekarang ? Sebab, Agum
Gumelar terang-terangan sudah memilih Capres-Cawapres Jokowi - JK.
Apakah
ini dapat dikatakan Panglima TNI tidak berhasil membina para mantan jenderal TNI
AD-nya ? Semua itu gara-gara bocornya surat pemberhentian Prabowo. Namun apa
yang disampaikan oleh Jenderal Purnawirawan Suryo Prabowo bertentangan,
bertolak belakang dengan apa yang disampaikan Agum Gumelar. Menurut mantan
Jenderal Suryo Prabowo, surat pemberhentian Prabowo tersebut diragukan
kebenarannya/keasliannya. Seharusnya dalam DKP, pemberhentian seorang Letjen itu
setidak-tidaknya harus ada 3 Jenderal anggota DKP pangkat terendah Letjen.
Sedangkan ini jenderalnya cuma satu orang saja. Dan nomor suratnya pun tidak
benar, tidak seperti itu menurut Suryo Prabowo. Surat itu bisa saja direkayasa
ada nuansa politisnya.
Agum
Gumelar pada saat itu masih Mayjen pensiun baru pangkatnya dinaikkan jadi
Letjen, kenaikan pangkat kehormatan. Pada saat itu Prabowo dinyatakan tidak
terbukti melakukan pelanggaran HAM dan sudah ditangani oleh pemerintah. Mantan Jenderal
Suryo Prabowo mengatakan bahwa Agum Gumelar itu kalah bersaing dengan Prabowo
Subiyanto pada saat masih aktif di TNI maupun sudah berhenti dari TNI. Prabowo
itu memang pintar dan cerdas, dia memang hebat, sering sekolah keluar negeri
dan prestasinya memang luar biasa, ya kebetulan saja Prabowo jadi menantunya
Pak Harto. Bila Prabowo dikatakan pintar dan cerdas ya tidak salah karena dia
itu kan anaknya Profesor Doktor Sumitro Djojohadikusumo dengan julukan Begawan
Ekonomi. Prabowo sejak remaja sekolah di luar negeri.
Sedangkan
mantan Panglima TNI AD, Djoko Santoso, merasa prihatin dan malu melihat sesama
mantan jenderal petinggi TNI AD seperti itu, sebenarnya tidak perlu terjadi.
Mayjen
Purnawirawan Kiflan pun menjelaskan bahwa apa yang disampaikan Agum Gumelar itu
tidak benar, dia tidak mengerti sejarah, apa yang disampaikan bertentangan
dengan isi surat pemberhentian Prabowo oleh Presiden dan isi rekomendasi yang
disampaikan oleh Dewan Kehormatan Perwira (DKP) kepada Presiden agar Prabowo
diberhentikan dengan hormat dan terima kasih atas jasa-jasanya dan diberi hak
pensiun. Isi rekomendasinya seperti itu bukan karena Prabowo menantunya
Soeharto, itu tidak mungkin, karena Soeharto sudah tidak jadi presiden, sudah
berhenti. Menurut Kiflan, sidang DKP itu “abal-abal” hanya rekayasa yang
dilakukan oleh para jenderal yang sakit hati dan dendam untuk menyingkirkan
Prabowo.
Menurut
reporter TV One bahwa dokumen surat pemberhentian Prabowo di Mabes TNI AD tidak
ada. Menurut Kiflan, itu berarti DKP benar-benar akal-akalan rekayasa saja. Pada
saat 13 aktifis yang dikatakan teroris hilang diculik itu Prabowo sudah pindah
menjadi Pangkostrad. Komandan Kopasusnya pada saat itu Mayjen Rudi. Jadi,
Prabowo sudah tidak ada kaitannya dengan penculikan tersebut.
Masih
menurut Kiflan, yang membocorkan surat pemberhentian Prabowo adalah Fatkhurozi
karena yang menunjukkan surat itu mereka. Surat tersebut merupakan rahasia
negara maka Fatkhurozi bisa dikenakan pidana walaupun mantan jenderal. Seharusnya
pada saat Megawati jadi Presiden, bila Prabowo masih bermasalah dan melanggar
HAM mengapa tidak diusut sampai tuntas, mengapa baru sekarang Prabowo menjadi
capres dipermasalahkan dan diungkap serta dihujat habis-habisan.
Sebenarnya
apa yang disampaikan Agum Gumelar itu tidak perlu terjadi, sama saja mencoreng
korps TNI AD. Mengapa sikap para mantan jenderal TNI AL dan TNI AU tidak
seperti para mantan jenderal TNI AD yang cerai-berai ? Mengapa harus seperti
itu ? Kelihatannya menyimpan dendam kesumat dan bisa-bisa sampai dibawa mati.
Katanya,
TNI itu sangat kuat walaupun sudah purna tetap dijaga kekompakan, kesatuan dan
persatuannya. Ya, tidak tahu lagi bila sejak masih aktif di TNI sudah
bermusuhan hanya saja tidak kelihatan karena tidak ada keberanian untuk
melawannya. Menunggu kalau sudah pensiun saja untuk dihabisi, menunggu saat
yang tepat.
Mantan
Panglima TNI, Djoko Santoso, dan Suryo Prabowo minta pada Panglima TNI untuk
mengusut dengan tuntas surat pemberhentian Prabowo Subiyanto yang dibocorkan itu
agar diketahui siapa sebenarnya yang membocorkannya, bila sudah diketahui agar pelakunya
segera diajukan ke lembaga hukum karena itu membocorkan rahasia negara. Dengan bocornya
surat tersebut dapat dimanfaatkan oleh kelompok tertentu sebagai alat untuk
menyudutkan atau untuk menghancurkan kelompok lain yang akibatnya mengganggu
stabilitas politik dan keamanan di dalam negeri. Rakyat tidak ingin pesta demokrasi
ini diciderai oleh ulah perorangan atau kelompok tertentu.
Bila
Prabowo Subiyanto tidak bersih atau tercela masih dianggap melanggar HAM ya
institusi KPU saja yang dituntut, sebab mengapa KPU meloloskan Prabowo
Subiyanto maju dalam capres, jangan hanya membuat isu-isu negatif yang membuat
dan mengganggu stabilitas politik dan keamanan nasional.
Penulis
mengakui PDIP dalam hal ini Megawati Sukarnoputri memang hebat dan benar-benar
memiliki kewibawaan yang luar biasa, sulit untuk ditandingi. Karena pada saat
Prabowo jadi Cawapres mendampingi Megawati sebagai Capres tahun 2009, tidak ada
satu pun orang ataupun kelompok yang berani mengungkit-ungkit atau menghujat
rekam jejak Prabowo masa lalu. Atau, tidak tahu lagi kalau yang
mengungkit-ungkit/menghujat itu lawan politiknya, dalam hal ini kelompok pendukung
Capres-Cawapres Jokowi - JK untuk mempengaruhi para pihak agar tidak memilih
Prabowo Subiyanto. Itu semua kita serahkan saja pada rakyat sebagai pemilih
yang menilainya.
Capres-Cawapres yang memenangkan pemilihan umum 9 Juli 2014 itulah yang terbaik, jadi
hentikan perbuatan saling menghujat agar masyarakat hidup damai dan tenang,
tidak saling bermusuhan. Berkompetisilah yang sehat dan ksatria, tidak perlu saling
menghujat, mencaci-maki, mencari-cari kesalahan pihak lain, tunjukkan kehebatan
masing-masing capres-cawapres, dan para pendukungnya bersikaplah yang santun
dan bersahabat, tunjukkan kepribadian bangsa. Perlu diketahui, capres yang makin
dihujat akan membuat masyarakat makin kasihan dan makin simpati sehingga elektabilitasnya
akan makin tinggi dan meningkat. Ingat pada saat SBY dihujat, dicaci-maki,
dikatakan jenderal seperti anak kecil, apa yang terjadi ? Masyarakat malah menjadi
simpati pada SBY. Elektabilitas SBY menjadi tinggi dan meningkat, yang akhirnya
terpilih jadi presiden mengalahkan Megawati. Jangan-jangan nanti juga seperti
itu, akhirnya Prabowo yang terpilih jadi presiden mengalahkan Jokowi. (R.26) majalah fakta online
Oleh :
Imam Djasmani
Pengamat Sosial, Hukum dan Politik
|
No comments:
Post a Comment