HAJJAH Nina Soekarwo mengatakan, penurunan Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Balita (AKB) di Jatim merupakan hasil
nyata dari pendampingan kader PKK di
lapangan mulai dari tingkat kabupaten sampai ke tingkat dasa wisma dengan memberikan pengertian
sekaligus memberikan contoh tentang budaya hidup sehat melalui cuci tangan.
Dan, ternyata, hasilnya dapat dan bisa dilihat serta dirasakan oleh semua
lapisan masyarakat, utamanya bagi kaum ibu yang menjadi penggerak serta yang
bisa mengubah pola hidup keluarga dan ibu juga sebagai pendidik dari hidup
budaya sehat bagi keluarganya.
Menurut
Bude Karwo, panggilan akrabnya, setiap tahun jumlah AKI dan AKB di Jatim terus
menurun dan berkurang yaitu tahun 2010 AKI di Jatim sebesar 104/100 ribu
kelahiran hidup, 2011 sebesar 101/100 ribu dan 2012 turun lagi menjadi
97,47/100 ribu serta turun lagi menjadi 97,39/100 ribu kelahiran hidup di tahun
2013. Sementara pada tingkat nasional
masih ada pada posisi 228/100 ribu kelahiran hidup.
Jadi,
kalau hari ini PKK Pusat dan Provinsi Jatim menjalin kerja sama dengan swasta
untuk mengadakan sosialisasi pentingnya budaya hidup bersih dan sehat, berarti
program ini tidak bertepuk sebelah tangan di Jawa Timur. Sebab, Jatim telah
melaksanakan dan membudayakan hidup sehat dengan membiasakan mencuci tangan
sebelum makan, setelah BAB, setelah BAK dan sebelum menyusui anak, sebelum
menyuapi anak serta setelah bepergian.
Seperti
diketahui, Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI) dan AKB di Jatim jauh lebih baik
bila dibanding dengan AKI dan AKB Tingkat Nasional. Artinya, AKI Jatim saat ini
sebesar 97,39/100 ribu kelahiran hidup dan AKB sebesar 25,95/1000 kelahiran
hidup. Sementara Tingkat Nasional sebesar 228/100 ribu kelahiran hidup (AKI)
dan AKB-nya 32,59/1000 ribu kelahiran hidup.
Pernyataan
tersebut disampaikan Bude Karwo saat memberikan pengarahan pada acara pembukaan
Sosialisasi Pentingnya Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Melalui Cuci Tangan
Pakai Sabun Dalam Upaya Menekan Angka Kematian Ibu Dan Balita di Gedung Balai
Prajurit Makodam Surabaya, Kamis (12/6).
Meski
sudah baik dan sudah tiga kali PKK Jatim meraih Juara I Lomba Tingkat Nasional
untuk budaya hidup bersih dan sehat, namun PKK Jatim melalui kader-kader PKK yang ada di tingkat paling bawah (desa
ataupun kelurahan) sampai saat ini masih terus melakukan pendampingan pada
anggota masyarakat yang masih belum mau atau belum mengerti akan pentingnya
budaya hidup bersih dan sehat yang
diawali dari keluarga.
Dan,
budaya hidup bersih dan sehat ini, tambahnya, harus dilakukan terus-menerus
oleh keluarga paling tidak selama 21 hari. "Karena bila tidak sampai 21
hari dilakukan itu belum bisa dikatakan budaya karena belum biasa,"
tegasnya.
Di
tempat yang sama, Ketua Umum Tim penggerak PKK Pusat, Ny Hj Vita Gamawan Fauzi,
mengatakan, solialisasi budaya hidup bersih dan sehat ini bertujuan untuk
mengingatkan dan meningkatkan kembali kebiasaan hidup bersih dan sehat dalam
keluarga. Sebab, dengan hidup bersih dan sehat maka masyarakat dapat mengoptimalkan
peran ibu dan calon ibu sebagai agen kesehatan keluarga.
Sebab, sampai saat ini data di lapangan
menunjukkan bahwa diare adalah menjadi penyebab utama dari kematian anak atau
balita. Yakni, 1 dari 5 anak yang terkena diare berakhir pada kematian. Ini
semua berawal dari kebiasaan hidup tidak bersih dan tidak sehat. Jika di lapangan
ditemukan anak meninggal dikarenakan terserang diare, maka tugas dari kader PKK
yang di lapangan atau di desa/kelurahan harus mencatat di buku data. Tujuannya,
untuk memantau sejauh mana diare yang menyerang di daerah tersebut. (F.835) majalah fakta onlineBude Karwo saat menerima bantuan sabun cuci tangan dari pihak swasta |
No comments:
Post a Comment