TIGA pejabat Pemkot Makassar terlibat kasus
narkoba. Satu wanita dan dua laki-laki. Mereka adalah pejabat eselon IV dengan
jabatan Pembina, tapi justru tidak mampu membina mentalnya sendiri. Sebaiknya mereka
mendapat hukuman yang berat atau setidak-tidaknya dipecat dari pekerjaannya
supaya ada efek jera bagi para pejabat lainnya.
Menurut
Walikota Makassar, Moh Ramdhan Pomanto, menegaskan, pejabat yang terlibat
narkoba akan dinonaktifkan. Namun Walikota tidak mau membeberkan nama ketiga
pejabat itu.
Masyarakat pun menilai Walikota Makassar tidak
transparan. Seharusnya identitas ketiga pejabat itu dibuka kepada publik agar
ada efek jera bagi yang lain. “Jangan cuma masyarakat biasa pengguna sabu-sabu yang
dibuka identitasnya secara transparan. Secara hukum tidak ada yang perlu disembunyikan
atau jangan-jangan Walikota Makassar melindungi bawahannya yang melanggar
hukum,” kata warga setempat. (Tim)
mi �
i @� �} unggung.
Sundudin bersama anaknya kemudian
mendatangi Polsek Sinjai Borong untuk melaporkan kejadian ini, (5/5). Saat itu
polisi sempat memproses laporannya dan memeriksa Ambo. Mengetahui Ambo yang
sudah diperiksa polisi namun tidak ditahan, Sundudin kecewa. Besoknya (6/5), ia
kembali mendatangi Polsek Sinjai Borong bermaksud mempertanyakan kenapa Ambo
tidak ditahan tanpa ada perdamaian ? Saat itulah Sundudin harus kembali menelan
kekecewaan. Karena berjam-jam menunggu di polsek, tak satu pun polisi yang
ditemuinya. Baik kapolsek maupun anggotanya tidak ada di kantor. Ya namanya
masyarakat tidak berpendidikan yang merasa terhina, teraniaya dan kecewa
sehingga habis kesabarannya. Dia pun naik pitam. Sundudin menendang pintu
kantor dan melempar batok kelapa ke arah jendela polsek hingga kacanya pecah.
“Saya kecewa, karena waktu saya
datang ke kantor polsek tidak ada satu pun polisi di sana. Padahal saya sudah
menunggu berjam-jam lamanya,” kata Sundudin.
Atas
perbuatannya itu, kemudian Sundudin diproses di Polres Sinjai terkait kasus
perusakan Mapolsek Sinjai Borong.
Kapolsek
Sinjai Borong, Bachtiar BM, saat dikonfirmasi FAKTA enggan menjelaskan
kronologis kejadian tersebut. Sementara Kapolres Sinjai, AKBP Agus Sudarmadi,
mengaku sibuk dan tidak bisa menemui FAKTA yang berniat konfirmasi.
Polisi khususnya di Polres Sinjai
tidak mampu menberikan pelayan yang maksimal kepada masyarakat secara merata. Kapores
Sinjai juga tidak melakukan aturan disiplin kepada anggotanya di mana kantor
Polsek Sinjai Borong sampai kosong melompong, tidak ada satu pun petugasnya
yang memberikan pelayanan kepada masyarakat selama berjam-jam lamanya.
Seandainya ada satu polisi saja di tempat pos pelayanan masyarakat itu maka tidak
akan terjadi perbuatan Sundudin yang emosional tersebut. Apalagi dalam motto
polisi disebutkan,”Kami siap melayani, melindungi dan mengayomi masyarakat”.
Polisi seharusnya juga melihat sisi psikologisnya
di mana kejadian ini muncul karena adanya sebab akibat yang terjadi sebelum
Sundudin melakukan tindakan spontanitas karena tidak baiknya pelayanan polisi
kepada masyarakat. (Tim) web majalah fakta / majalah fakta online
No comments:
Post a Comment