Thursday, August 21, 2014

DRESTA BALI : TRANSMISI JAWA-BALI TERGANGGU, LISTRIK BALI BLACK OUT

Ketika gangguan alam dengan kondisi di luar ketentuan proteksi terjadi,
kemungkinan 
black out masih bisa dialami
MENJADI salah satu ikon pariwisata Indonesia di mata Internasional, soal listrik, Bali belum bisa mandiri alias masih bergantung pasokan dari Jawa. Maka tak heran, saat pasokan terganggu listrik Bali pun bermasalah, bahkan hingga harus mengalami gelap gulita (black out). Seperti yang terjadi pada Sabtu malam (12/7/2014), sekitar pukul 20.49 Wita. Listrik Bali padam total alias black out, atau terjadi pemadaman listrik di seantero Pulau Dewata lantaran suplai listrik melalui transmisi SUTT Situbondo-Banyuwangi terputus. Dan, listrik kembali menyala secara berangsur hingga normal mulai pukul 21.20 Wita.
Menurut Wayan Redika, itu akibat gangguan teknis. Terjadi gangguan transmisi SUTT Situbondo-Banyuwangi sehingga menyebabkan kabel bawah laut Jawa-Bali tidak bisa menyalurkan listrik secara normal. Akibatnya, suplai listrik sebesar 234,5 MW terputus sehingga terjadi ketidakseimbangan sistem kelistrikan di Bali mengingat daya yang ada tidak mencukupi. Daya mampu yang dimiliki sebesar 938 MW, itu dari pembangkit di Pesanggaran sebesar 323 MW, PLTG Gilimanuk sebesar 130 MW, Pemaron 214 MW, dari Kabel Laut Jawa-Bali sebesar 270 MW. Sementara beban puncak tertinggi terjadi pada April 2014, sebesar 734,8 MW dan beban puncak pada Sabtu (12/7) sekitar pukul 20.49 Wita, atau saat black out terjadi, sebesar 640 MW.
“Pasokan listrik dari kabel laut itu sekitar 30 persen daya mampu listrik Bali. Maka ketika pasokan itu secara tiba-tiba berkurang atau terputus, pembangkit di Bali tidak seimbang menyuplai kebutuhan listrik dengan beban puncak sebesar itu. Maka terjadilah black out. Dan itu terjadi murni karena gangguan teknis,” jelas Redika, dari balik telepon saat dikonfirmasi FAKTA.
Penjelasan yang dilontarkan Redika itu seolah ingin menegaskan dan menepis berbagai isu berkembang saat pemadaman total listrik terjadi. Di antaranya isu adanya unsur sabotase pihak tertentu terhadap kelangsungan rekapitulasi surat suara pilpres, serta isu meledaknya salah satu gardu pembangkit listrik di Bali.
Antisipasi terjadinya black out, kata Redika, PLN sejatinya telah berupaya secara maksimal. Di antaranya melalui penggunaan teknologi cukup yang salah satunya digunakan pada tiang listrik sebagai penangkal petir. Namun ketika gangguan alam dengan kondisi di luar ketentuan proteksi terjadi, kemungkinan black out masih bisa dialami.
“Infonya, akhir 2014 ini satu unit PLTU Celukan Bawang siap operasi. Dengan begitu daya listrik Bali akan bertambah, dan gangguan sistem seperti kondisi black out kemarin, bisa diantisipasi,” ujar Redika, sembari menyebutkan bahwa PLTU Celukan Bawang akan meiliki kapasitas daya sebesar 130 MW X 3 unit.
IGAN Subawa Putra, General Manager PT Indonesia Power UBPOH Bali, didampingi I Made Sukarma, Humas, dan I Made Sumanta, SP Keamanan kantor setempat, ditemui FAKTA secara terpisah mengamini keterangan yang dilontarkan Redika dari PLN Ditribusi Bali jika pemadaman total terjadi itu murni kesalahan teknis. Terkait daya mampu listrik Bali belum mencukupi, kata dia, itu tengah diupayakan. Di antaranya melalui peremajaan mesin yang tengah dilakukan dengan bahan bakar yang lebih ramah lingkungan. Serta pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Celukan Bawang, Buleleng, Bali, dengan daya yang dihasilkan sebesar 390 MW. (F.915) web majalah fakta / majalah fakta online

No comments:

Post a Comment