MENURUT Azam Khan SH, sejarah
Indonesia antara tahun 1945 - 1948 yang belum banyak diketahui adalah disersi
atau membelotnya tentara Pakistan yang dibawa oleh Inggris ke Indonesia untuk
mambantu melanggengkan penjajahan Belanda di Indonesia. Jumlah tentara Pakistan
adalah 600 serdadu yang bergabung dalam pasukan Sekutu membelot dan memihak pada
pejuang kemerdekaan Indonesia. Mereka dengan gigih, ikhlas atau atas panggilan
kesamaan agama Islam kemudian bahu membahu dengan pasukan Republik berjuang
melawan kaum penjajah. Mereka bertempur antara lain di Surabaya, Medan,
Bandung, Bukit Tinggi dan kota-kota lain. Serdadu-serdadu Pakistan dengan gagah
berani terjun ke medan laga dengan penuh semangat tanpa merasa takut mati
menyerbu habis-habisan kaum agresor, sehingga musuh mereka menderita kekalahan
besar.
Pertempuran di kota-kota
tersebut banyak menimbulkan korban dari pihak Belanda. Pasukan Pakistan yang membelot
ke tentara Indonesia membawa segala peralatan perangnya dari mesiu, sejumlah
mobil Jeep, truk sampai bahan kebutuhan pokok seperti makanan, pakaian dan
lain-lain. Tentara Inggris yang dibawa ke Indonesia untuk membantu Belanda
terdiri dari pasukan tentara India Ghurka yang beragama Sikh, tentara Hindu
India dan tentara Pakistan. Namun yang membelot dari tentara Inggris dan
bergabung dengan tentara Indonesia hanyalah serdadu muslim dari Pakistan dan
bersama-sama tentara Indonesia berjuang melawan tentara Belanda dan Inggris. Sedangkan
tentara India yang beragama Hindu dan pasukan Gurkha yang beragama Sikh tetap
bersama pasukan Belanda dan Inggris melawan pasukan Indonesia dan Pakistan.
Imbauan para pemimpin
Indonesia waktu itu mampu mengetuk hati Quaid - e - Azam Mohammad Ali Jinnah, Presiden Pakistan
Pertama yang menyampaikan protes atas kekejaman kolonial Belanda dan Inggris
terhadap Indonesia dan menghimbau seluruh umat Islam untuk membantu perjuangan
kemerdekaan RI. Quaid - e - Azam adalah pemimpin pertama yang tanpa buang waktu
merespon imbauan Presiden Soekarno. Tentara Pakistan menyelamatkan Presiden Soekarno
dari teror serdadu NICA (Belanda). Presiden Soekarno terjebak serdadu NICA
dalam suatu insiden yang sangat serius. Pada waktu itu Bung Karno hendak
berkunjung ke rumah Dr R Soeharto di Jalan Kramat 128. Pada saat itu tiba-tiba
saja serdadu-serdadu NICA telah mengurungnya dengan senjata di tangan. ketika
itu Bung Karno tidak dapat keluar dan turun mobil untuk masuk ke halaman rumah
Dr Soeharto sedang Dr Soeharto hanya bisa melihat Bung Karno terjebak di dalam
mobil sedan yang dihadiahkan oleh Dr Soeharto. Akhirnya Dr Soeharto menghubungi
Tabib Sher di Senen Raya. Pada saat itu di rumah Tabib Sher sedang berkumpul
beberapa orang serdadu Pakistan dan kemudian langsung diajak menuju rumah Dr
Soeharto. Sementara itu di tempat kejadian, serdadu NICA telah pasang steeling dengan senjata ke arah mobil
Bung Karno. Maka terjadilah perdebatan seru antara pasukan Pakistan melawan
pasukan NICA. Pasukan Pakistan memerintahkan tentara NICA agar menyingkir, akan
tetapi serdadu kolonial itu menjawab bahwa Soekarno itu musuhnya. Maka serdadu
Pakistan juga pasang steeling dan
mengokang senjata. Akhirnya serdadu NICA mundur sambil memaki-maki serdadu
Pakistan. Pada kesempatan itu Dr Soeharto keluar rumah menuju Bung Karno, lalu
membimbing sang proklamator masuk ke dalam rumahnya.
Pengakuan dan penghargaan
pemerintah Indonesia terhadap Pakistan pada bulan Desember 1996 sebagai wujud
persahabatan Indonesia dan Pakistan, pemerintah Indonesia memberikan penganugerahan
Bintang ADI PURNA. Bintang RI kelas satu itu dianugerahkan kepada Almarhum Mochamad
Ali Jinnah karena jasa-jasa nya yang luar biasa terhadap negara dan bangsa
Indonesia. Jasa lain dari Ali Jinnah adalah mengeluarkan perintah menahan
sejumlah pesawat Belanda dan Inggris yang bermuatan senjata yang akan dibawa ke
Jakarta akhir 1947. Persenjataan ini untuk mendukung kegiatan agresi Police Action.
Police Action adalah tindakan agresi yang dilakukan tentara sekutu Inggris
membantu tentara Belanda untuk kembali
menjajah Indonesia yang telah memerdekakan diri. Di samping para serdadu
Pakistan yang dikirim ke Indonesia dan kemudian membelot dan berjuang di pihak
pasukan Indonesia, yang berjumlah 600 orang sebagian besar meninggal dalam
membela negara Indonesia. Sedangkan yang hidup tersisa 75 orang saja. Di
samping pasukan Pakistan yang dibawa Inggris terdapat pula sejumlah warga Pakistan
yang telah lama menetap di Indonesia dan mereka bergabung dengan pasukan
Indonesia, antara lain Hikmat Khan (Asembagus), Zarif Khan (Sumenep Madura),
Baram Khan (Panarukan Situbondo), Ibrahim (Situbondo) dan Zaristan (Jakarta)
dan masih banyak sekali pejuang-pejuang dari Pakistan yang belum sempat
dituangkan di tulisan ini. Sumber : Buku Berjudul Peranan Pakistan Dalam
Perjuangan Kemerdekaan Indonesia. Penulis : Drs Zahir Khan SH Dipl TEFL. (R.26)
Sebagian pejuang
kemerdekaan RI tahun 1945-1948 dari Pakistan. Dari kiri : Hikmat Khan
(Asembagus Situbondo), Zarif Khan (Sumenep Madura), Baram Khan (Panarukan Situbondo), Ibrahim (Situbondo). |
No comments:
Post a Comment