HUJAN deras yang mengguyur Kota Jayapura, Papua,
sejak Sabtu (22/2), sekitar pukul 18.30 WIT, menyebabkan banjir dan longsor di
sejumlah daerah. Akibat musibah itu, 1 orang meninggal dunia dan 9 lainnya luka-luka.
Banjir di Kota Jayapura itu disebabkan oleh Sungai Anafri yang mengalir di
tengah kota meluap. Satu rumah hanyut terbawa arus sungai di Kloofkamp,
sementara pertokoan yang berada di wilayah kota, gedung DPRD Propinsi Papua dan
jalan-jalan protokol digenangi air setinggi lutut orang dewasa. Selain banjir,
hujan deras juga mengakibatkan longsor di dua tempat, yakni Dok V Atas yang
menimpa 4 rumah dan di APO yang menimpa satu rumah. 1 orang meninggal dunia
akibat longsor tersebut.
"Saat ini korban (longsor) 9 orang sudah
dievakuasi ke rumah sakit (Dok II Jayapura), 1 meninggal dan 1 dirawat
intensif," kata Kapolres Kota Jayapura, AKBP Alfred Papare, Minggu (23/2).
Menurut Alfred, selain 4 rumah yang tertimbun, di kawasan Dok V Atas, Distrik
Jayapura Utara, juga menyebabkan sekitar 15 orang tertimbun. Hingga saat ini
tim gabungan masih melakukan pencarian terhadap 4 orang sisanya yang masih
tertimbun.
Khusus di wilayah Distrik Jayapura Utara di
Kota Jayapura, warga terkena banjir bandang dan kesulitan mendapatkan air
bersih. Warga berharap pemerintah dapat memperhatikan soal air bersih ini.
Karena, masyarakat harus kembali beraktivitas dan tanpa air bersih hal ini
tidak dapat dilakukan. Dikarenakan air yang biasa dialirkan oleh PDAM (Perusahaan
Daerah Air Minum) Jayapura hingga saat ini belum mengalir normal. "Kami
tidak bisa membersihkan rumah pasca terkena banjir karena tidak ada air bersih
yang mengalir. Mau beli air juga mobil tangki yang biasa jual air tidak
beroperasi karena mereka juga kena banjir. Untung masih ada sisa air bersih di
gallon,” ucap salah seorang warga Linawati yang tinggal di Yapis, Distrik Jayapura
Utara, Senin (24/2).
Jadwal air PDAM yang mengalir di Yapis yaitu
hari Sabtu hingga Senin, dan saat Sabtu (22/2) hujan deras, air tiba-tiba
berhenti mengalir dan hingga saat ini tidak mengalir lagi. "Kita kira
sengaja diputus karena takut air keruh dan dikasih mengalir lagi kemarin Minggu
(23/2), padahal sampai pagi ini (24/2) air tidak mengalir sama sekali,"
keluh warga.
Pemerintah Kota Jayapura sedang melakukan upaya
pembangunan rumah susun bagi masyarakat yang tinggal di bukit dan daerah rawan
longsor. “Kota kita ini sudah padat penduduknya, 439 ribu jiwa, dengan luas
wilayah 430 km2, ini sudah padat. Sekarang kita akan bangun rumah susun.
Masyarakat yang tinggal di bukit atau daerah rawan longsor itu kita akan
masukkan di rumah susun tersebut,” ungkap Benhur Tomi Mano, Walikota Jayapura,
saat meninjau lokasi banjir pada Minggu (23/2).
Walikota pun mengaku telah bekerja sama dengan
Bappeda dan Dinas PU untuk mencari lokasi pembangunan rumah susun itu. “Itu
tahun anggaran 2013-2014. Daya tampung atau kapasitas dari rumah susun tersebut
adalah 7 lantai. Dan sumber dananya dari pusat,” ungkap Mano.
Pemkot Jayapura, lanjut Mano, juga akan
melakukan sweeping di tempat-tempat yang telah dilarang untuk mendirikan
bangunan dan memperketat pemberian Ijin Mendirikan Bangunan (IMB).
Sementara itu, Sekda Kota Jayapura, R D Siahaya,
mengungkapkan bahwa seiring perkembangannya Kota Jayapura juga mendapatkan
tekanan penduduk yang sangat tinggi. Ini menyebabkan kerap kali lingkungan atau
ruang kota jenuh. “Kembali kepada kesadaran kita. Jadi, ini memang secara
keseluruhan tanggung jawab pemerintah. Tetapi kota ini bukan dihuni oleh satu
orang melainkan dihuni oleh sekian ratus ribu manusia. Kita mengharapkan secara
keseluruhan warga kota yang baik ini ikut berpartisipasi menjaga
lingkungannya,” tegas Sekda. (Ist)R.26
Walikota Jayapura, Benhur Tomi Mano |
No comments:
Post a Comment