WARGA Kota Surabaya pada
saat melihat acara “Mata Najwa” bersama Walikota Surabaya, Tri Rismaharini, di
Metro TV pukul 20.30 WIB sampai selesai sebagian merasa iba dan tidak sedikit yang
mencucurkan air mata, termasuk penulis sendiri saat melihat Walikotanya sangat
tertekan dan menderita batin. Walikota pilihan warga Kota Surabaya itu
mengatakan bahwa semua yang dimiliki/dipunyai sudah diserahkan dan dicurahkan kepada
warga kotanya demi peningkatan kesejahteraan maupun kemajuan kotanya. Tetapi
sebegitu besar pengorbanannya toh masih
ada saja yang mengganjal/menghalang-halangi, memusuhi, membenci agar Tri
Rismaharini, Walikota Surabaya, ini bisa jatuh di tengah jalan dengan berbagai
macam cara, tekanan dari berbagai penjuru, oleh orang-orang tertentu termasuk
partai politik.
Tri
Rismaharini merupakan calon walikota terbaik sedunia yang telah mendapatkan 51
(lima puluh satu) penghargaan. Itu pun dia tidak merasa hebat tetapi dia
mengatakan itu semua atas keberhasilan seluruh warga Kota Surabaya. “Saya hanya
menjalankan amanah yang diberikan oleh warga masyarakat Kota Surabaya saja”.
Coba
renungkan, Tri Rismaharini yang katanya memiliki temperamen keras, kaku, bila
marah kelihatan begitu galak, berpegang pada prinsip, toh nyatanya masih bisa
meneteskan air mata saat menjawab pertanyaan di Mata Najwa perihal adanya
berita akan mundurnya Bu Risma sebagai Walikota Surabaya karena banyaknya
tekanan dan ancaman yang menderanya.
Bu
Risma yang juga sebagai ibu rumah tangga sampai berpesan pada anak-anak dan
suaminya apabila sewaktu-waktu dia harus mati dalam menjalankan kebenaran dan
untuk kesejahteraan rakyat Surabaya, maka anak-anak, suami dan keluarga lainnya
agar mengikhlaskannya saja, tidak usah menuntut pihak lain, nantinya Tuhan yang
lebih tahu yang akan mengadili yang seadil-adilnya. Apa yang dikatakan Bu itu memang
ada benarnya, di dunia ini makin terasa tidak ada keadilan, yang ada kekuasaan
dan kekuatan harta benda.
Melihat kondisi seperti itu Bu Risma memang harus sabar,
tabah, tawakal. Serahkan semua itu pada Tuahn Yang Maha Kuasa. Ini semua
merupakan cobaan, ujian, untuk menuju kesuksesan yang lebih cemerlang dengan didukung
dan dibela oleh seluruh warga Kota Surabaya. Bu Risma jangan kecil hati,
besarkan hati dan busungkan dada, badai pasti akan berlalu.
Yang
jelas, warga Kota Surabaya tidak rela bila Bu Risma mengundurkan diri sebagai Walikota
Surabaya karena desakan dan ancaman pihak lain. Bila sampai mundur yang
dirugikan warga Kota Surabaya, termasuk pegawai Pemkot Surabaya. Untuk pegawai
Pemkot Surabaya memang sudah ditingkatkan berbagai macam kesejahteraannya sejak
Bu Risma menjadi Walikota Surabya. Sebelumnya, gaji mereka hanya pas-pasan,
kadang-kadang malah kurang untuk kebutuhan keluarga tetapi sekarang ini gaji
mereka sudah lebih dari cukup. Lihat saja sekarang pegawai Pemkot Surabaya sudah
banyak yang memiliki mobil dan memiliki rumah sendiri walaupun sebagian
mengangsur/nyicil, paling tidak sudah kecukupan hidupnya atau lebih sejahtera
dibanding sebelumnya.
Dulu
saat Bu Risma menduduki jabatan barunya sebagai Kepala Badan Penelitian di
Pemkot Surabaya, tidak sedikit yang mencibir, menjauhi, membenci, menghina, tetapi
semua itu dapat diatasinya dengan baik dengan penuh kesabaran dan tawakal,
berdoa sambil berusaha. Tuhan yang menentukan. Akhirnya Bu Risma terpilih
sebagai Walikota Surabaya. Ibaratnya, makin tinggi pohon makin besar pula terpaan
anginnya, bila tidak kuat maka akar dan pohonnya akan tumbang pula. Artinya,
makin tinggi jabatan/kedudukan seseorang akan semakin besar pula tantangan,
hambatan, rintangan dan cobaannya. Tetapi bila dilandasi iman, ikhlas, tawakal,
bersyukur, berdoa dan berusaha, pastilah akan tetap berdiri tegak tanpa goyah
sedikitpun. Sebaliknya, bila imannya tidak kuat maka akan rapuh dan tumbang
pula seperti pohon yang akan menjadi kayu bakar atau dimakan rayap. Apa Bu
Risma mau dikatakan seperti itu bila benar-benar mundur ? Berilah tauladan,
buktikan kemampuanmu, kekuatanmu. Contohlah Margareth Techer, wanita pertama yang
menjabat Perdana Menteri Inggris sampai dua periode. Walaupun mendapat sebutan
wanita besi, tidak dihiraukan, yang terpenting untuk kemajuan, kejayaan bangsa
dan negaranya akhirnya berhasil sampai akhir jabatannya serta dikenang
sepanjang masa,. Juga Purnomo Kasidi pada saat awal menjabat Walikota Surabaya,
apa tantangannya ? Untuk pelebaran jalan di Kota Surabaya, khususnya Jalan
Tembaan, tantangannya sangat dahsyat sampai Mendagri turun tangan agar ditangguhkan.
Namun Purnomo Kasidi pantang menyerah, siapa pun yang menghalang-halangi tetap
diterjang. Prinsipnya, semua yang bertujuan baik dan mulia pasti diberi jalan
keluar yang terbaik. Akhirnya, semua berjalan lancar dan berhasil sampai dua
periode jabatan sebagai Walikota Surabaya.
Diharapkan
Bu Risma juga seperti itu, maju terus pantang mundur demi kejayaan warga dan
kotanya. Selamat berjuang sampai berhasil demi kesejahteraan warga Kota
Surabaya. Semoga sukses dengan cemerlang. Sekali lagi jangan sampai mundur,
lebih baik mati daripada mundur, namanya akan menjadi harum daripada mundur
menjadi tercela, berbau bunga bangkai, dapat dikatakan sebagai pemimpin yang
tidak bertanggung jawab. Tidak takut mati dalam menjunjung kebenaran dan
prinsip demi kemajuan dan kesejahteraan warga dan kotanya, pasti sepanjang
sejarah akan dikenang. (R.26)
Oleh :
Drs.H.Imam Djasmani, SH.
Kepala Perwakilan Majalah FAKTA Propinsi Jawa
Timur
Kepala Biro Majalah FAKTA Kota Surabaya
No comments:
Post a Comment