Wednesday, June 18, 2014

OPINI : UTAK-ATIK SUARA JOKOWI-YUSUF KALLA DAN PRABOWO-HATTA RAJASA

KOALISI pasangan Prabowo Subiyanto - Hatta Rajasa ada 6 partai politik plus limpahan suara dari perpecahan di PKB dan Hanura. Keenam parpol itu adalah
Gerindra, PAN, PKS, PPP, Golkar, PBB, ditambah Rhoma Irama dan Mahfud MD, Hari Tanusudibyo serta kader/simpatisan Partai Demokrat.
Sedangkan pasangan Joko Widodo - Yusuf Kalla berkoalisi dengan 5 parpol plus limpahan suara dari perpecahan di Golkar, PPP dan kader/simpatisan Partai Demokrat. Kelima parpol itu adalah PDIP, Nasdem, PKB, Hanura dan PKPI, ditambah simpatisan Yusuf Kalla (Golkar), PPP yang membelot dan Partai Demokrat.
Untuk mengetahui jumlah perolehan suara pemilih dapat dianalisa/diprediksi secara tabulasi sebagai berikut :
Pasangan Prabowo - Hatta Rajasa
No.
Nama Parpol
Jumlah Perolehan Suara
Prosentase Perolehan Suara
1.
Gerindra
14.760.371
11,81 %
2.
PAN
9.481.621
7,59%
3.
PKS
8.480.204
6,79%
4.
PPP
6.248.625
± 5%
5.
Golkar
12.184.818
± 9,75%
6.
Rhoma Irama dan Mahfud MD
3.749.175
± 3%
7.
Kader/Simpatisan Demokrat
7.498.349
± 6%
8.
PBB
1.825.750
1,46%
9.
Hari Tanusudibyo
1.249.725
± 1%

Total Suara
65.478.638
52,40%

Pasangan Jokowi - Yusuf Kalla
No.
Nama Parpol
Jumlah Perolehan Suara
Prosentase Perolehan Suara
1.
PDIP
23.681.471
18,95 %
2.
Nasdem
8.402.812
6,72%
3.
PKB
7.548.338
± 6,04%
4.
Hanura
4.998.900
± 4%
5.
Pecahan PPP
1.912.079
± 1,53%
6.
Kader/Simpatisan Partai Demokrat
5.236.347
± 4,19%
7.
PKPI
1.137.250
0,91%
8.
Yusuf Kalla
6.248.625
± 5%

Total Suara
59.165.822
± 47,34%

Sumber data untuk mengetahui jumlah perolehan suara pemilih dalam tabulasi tersebut di atas adalah :
1.    Jumlah perolehan suara pemilih di masing-masing partai politik berdasarkan hasil perhitungan KPU.
2.    Pada masing-masing partai politik yang mengalami perpecahan dapat dianalisa berapa persen (%) yang memisahkan diri/membelot ke partai politik lain.
3.    Selisih hasil prosentase (%) perpecahan/pembelotan dikalikan hasil suara pemilih berdasarkan hasil perhitungan KPU.
4.    Hasil selisih tersebut ditambahkan bagi partai politik yang mendapatkan tambahan/pelimpahan suara.
5.    Hasil selisih dikurangkan bagi partai politik yang kadernya membelot/pecah dan masuk ke partai lain dari hasil perolehan suara pemilih.
Jadi, hasilnya dapat disajikan sebagaimana dalam tabulasi tersebut di
atas. Analisa/prediksi ini tidak hanya asal menganalisa tetapi juga berdasakan data dan fakta yang ada. Akurasinya mendekati kebenaran. Namun itu semua nanti Tuhan yang menentukan dan juga tidak lepas dari popularitas seseorang, usaha keras dan doa.
Mengapa Yusuf Kalla memperoleh 5% di Golkar ? Karena Yusuf Kalla menguasai Indonesia wilayah timur. Selain itu di Jawa massanya juga cukup banyak.
Menunggu Sikap SBY
Namun, apabila SBY bersikukuh tetap tidak mau bergabung dengan kubu pasangan Prabowo Subiyanto dan Hatta Rajasa maka pertarungan dengan kubu pasangan Joko Widodo dan Yusuf Kalla akan seru dan sulit diprediksi siapa yang bakal jadi pemenangnya. Joko Widodo popularitasnya sangat tinggi dan kelihatan merakyat. Orangnya berpenampilan sederhana sehingga banyak menarik simpati rakyat. Kata para pengamat politik, Jokowi dipasangkan dengan siapa saja dimungkinkan jadi. Tetapi itu pun belum tentu karena tidak lepas dari jumlah koalisi, perolehan suara pemilih, apabila jumlah koalisi lebih sedikit, barang tentu juga mempengaruhi perolehan suara pemilih karena masing-masing partai politik memiliki massa pemilih sendiri-sendiri, sulit untuk dipengaruhi.
Apabila SBY mendukung Prabowo - Hatta meskipun secara diam-diam, para kader/simpatisannya dapat dipastikan akan memilih Prabowo - Hatta. SBY kelihatannya akan mengikuti jejak Ketua Umum PDIP, Megawati, yang secara tidak langsung sebagai oposisi untuk menaikkan elektabilitas Partai Demokrat. Karena saat PDIP menjadi oposisi, kenaikan suara pemilih partainya luar biasa mencapai ± 18,95%. Langkah yang diambil SBY perlu lebih berhati-hati untuk menentukan pilihan sikapnya. Jika Partai Demokrat bersikap netral dan Prabowo - Hatta kalah dalam pilpres maka tidak bisa dibayangkan Cikeas akan menjadi bulan-bulanan, menerima balas dendam. Lebih-lebih Ibas disebut-sebut juga menikmati proyek Hambalang. Belum lagi lainnya yang belum terungkap.
Perlu diketahui bahwa pemilihan presiden dengan pemilihan caleg sangat berbeda, Calon presiden dilihat dari figur calonnya atau dapat disebut idola seperti saat SBY mencalonkan dulu. Sedangkan calon legislatif berhadapan langsung dengan masyarakat sehingga harus menghamburkan uang sampai ada yang mencapai puluhan milyar segala. Sudah barang tentu nanti perolehan suara capres akan berbeda dengan perolehan suara caleg. Bisa-bisa perolehan suara capres akan lebih kecil, tergantung figur yang ditampilkan. Kecuali partai politik pengusung capres memiliki kader yang militant sehingga sulit untuk digoyang, seperti PDIP, PKS, PAN. Untuk PKB dan PPP biasanya tergantung ulama dan kyainya.
SBY kelihatannya mencari amannya saja, menginjakkan dua kaki pada kedua capres. Ruhut Sitompul mengatakan pada ILC TV One tanggal 20 Mei 2014 bahwa Sekjen PDIP, Cahyo Kumolo, sudah bertemu SBY minta jaminan kenetralan sikap SBY dalam pilpres. SBY harus ingat pada saat koalisi dengan PKS kurang apa mesranya. Namun apa yang terjadi, kita semua tahu. Lebih-lebih hanya janji belaka, bila yang bertemu dengan SBY itu adalah Megawati tentu dapat dipercaya karena semua komando PDIP berada di tangan Megawati.
Seyogyanya SBY mendukung salah satu capres, Jokowi atau Prabowo ? Kalau tidak, dikhawatirkan nasib Partai Demokrat akan lebih terpuruk lagi. Perlu diketahui bahwa SBY yang dulu dengan SBY yang sekarang sudah berbeda, jaman dan massanya pun sudah berubah, jadi jangan terlalu percaya diri. (R.26) majalah fakta online

Oleh : 
Drs H Imam Djasmani SH
Pengamat Sosial dan Politik

No comments:

Post a Comment