DIRASA mengkhawatirkan, setidaknya belasan dokter
spesialis RSU Dr Soetomo turun tangan untuk memantau pasien suspect MERS.
Pasien suspect asal Dupak, Surabaya, masuk Ruang Isolasi Khusus (RIK) RSU Dr
Soetomo, Kamis malam (8/5) setelah melakukan umroh akhir April lalu.
Selain
itu untuk mengantisipasi serangan MERS di Indonesia, utamanya di Surabaya, RS
Dr Soetomo Surabaya menyiapkan ruangan khusus. Direktur Utama RSUD Dr Soetomo,
dr Dodo Anondo, mengatakan, pihaknya telah menyediakan ruang isolasi khusus
bagi penderita virus MERS. "Kita sudah siapkan ruang isolasi khusus dengan
enam kamar tidur khusus untuk MERS,’’ katanya.
Menurut
Dodo, ruang isolasi khusus penyakit MERS selama ini juga digunakan untuk
menangani beberapa penyakit khusus lainnya. Di antaranya untuk penderita flu
burung. Selain ruang khusus, RSU Dr Soetomo juga telah menyiapkan dokter dan
perawat khusus yang siap untuk menangani penderita virus MERS. “Perawat dan dokter khusus juga memiliki
pakaian khusus, begitu selesai dipakai harus dibuang atau dibakar,” ujarnya.
Standar
layanan pun telah ditetapkan, di antaranya selain untuk merawat juga dilakukan
penelitian terkait virus ini. Hasil dari penelitian lantas disampaikan ke Dinas
Kesehatan untuk diteruskan ke pemerintah pusat. Tujuannya, untuk mengimbau
masyarakat selalu mewaspadai adanya virus ini.
Seperti
diketahui, pasca dapat rujukan dari RS Haji Surabaya, pasien asal Dupak itu
sempat sakit flu dan batuk dua hari sebelum pulang. Setidaknya RSU Dr Soetomo
berupaya melakukan beberapa tes di RIK untuk memastikan penyakitnya. Pasca
penanganan, demam pasien suspect MERS di Ruang Isolasi Khusus (RIK) RSU Dr
Soetomo, Sabtu (10/5) sudah turun.
Penanggung
Jawab MERS RSUD Dr Soetomo, dr Winariani Koesenoprodjo SpP(K), mengatakan, saat
masuk RS Kamis (8/5), panas tubuh warga Dupak ini mencapai 37,6 derajat
Celsius. “Hari ini (Sabtu, 10/5) ada penurunan walau belum signifikan. Terakhir
kami cek suhu tubuhnya 37 derajat Celsius,” kata Winariani.
Selama
di ruang isolasi, pasien berusia 54 tahun ini diperiksa dokter pengawas hampir
tiap jam. Baik batuk, ludah, feses, maupun panas tubuhnya diperiksa secara
seksama. “Apa pun yang dialami pasien suspect kami data,” sambungnya.
Yang
memberi sedikit harapan cerah, panas tubuh pasien suspect MERS ini tidak lebih
dari 38 derajat Celsius. Winariani menerangkan jika panasnya melebih 38
derajat, gejala ini makin mirip dengan penyakit yang awal penyebarannya dari
hewan ini.
“Kalau lebih dari 38
derajat, pasien kemungkinan besar menderita pneumonia (infeksi paru-paru akut).
Kalau sudah begitu, kemungkinan MERS semakin besar,” jelasnya.
Kendati demikian,
Winariani belum berani menyimpulkan jika pasien bukan menderita MERS.
Pada
Sabtu (10/5), mulai pukul 07.00 WIB, belasan dokter spesialis hingga Wakil
Direktur (Wadir) RSU Dr Soetomo, melihat layar pantau yang menunjukkan
data-data tubuh, mulai dari tekanan darah, suhu tubuh, degup jantung, hingga
aktivitas paru-paru, dan lainnya. Di sebelah layar pantau terdapat monitor CCTV
yang mengawasi kamar WORD 1 RIK, tempat pasien perempuan ini dirawat. dr
Winariyani Koesunmoprodjo SpPK MARS, mengatakan sebenarnya belum ada tim
penanggulangan MERS RSU Dr Soetomo.
Yang
ada, lanjutnya, hanya tim penanggulangan A1 (flu burung) yang beberapa waktu
silam sempat mewabah. “Belasan dokter ini tadinya menangani virus A1. SK untuk
MERS belum ada. Tapi karena ada suspect, tim kami berkumpul kembali untuk
melakukan pemeriksaan, perawatan, pengobatan, hingga penanggulangan,” kata Winariyani.
Belasan
tim dokter itu terdiri dari spesialis paru, bedah, penyakit dalam, kulit,
hingga ahli virus, dan lainnya. “Lintas keahlian ini dimaksudkan supaya suspect
MERS ini lengkap penanganannya. Bukan hanya alatnya saja yang lengkap,
dokternya pun juga, meski baru suspect. Kami tidak ingin gegabah,” ujarnya.
Hasil
tes bronkoskopi yang dilakukan Minggu (11/5) merupakan faktor penentu positif
atau negatif MERS. “Karena belum jelas, langsung kami tempatkan di RIK ini.
setidaknya butuh lima hari untuk mengetahui hasil tes lengkap pasien ini,”
ujarnya.
Pasien
berusia 54 tahun ini baru menjalani tiga tes, yaitu kimia darah, gas darah,
serta swap hidung dan tenggorokan. “Kalaupun hasil tes darah keluar, belum bisa
ditentukan apakah positif MERS atau bukan. Masih ada tes lanjutan lagi,” kata
Winariani.
Setelah
tes darah, pasien suspect MERS yang mengalami flu dan batuk saat di Arab Saudi
dua hari sebelum pulang ke Indonesia ini juga akan menjalani tes bronkoskopi.
Tes ini, jelasnya, untuk mengambil cairan dari
dalam paru-paru. Sebuah selang dimasukkan ke dalam mulut untuk mengambil cairan
paru-paru. “Cairan ini nanti yang kami teliti apakah ada virus corona (penyebab
MERS) atau tidak. Dari tes ini akan diketahui pasien ini positif atau negatif
MERS,” paparnya. (F.835) majalah fakta onlineDirektur Utama RSUD Dr Soetomo, dr Dodo Anondo |
No comments:
Post a Comment