Bupati Kudus, H
Musthofa, saat meninjau salah satu stan UMKM di Kudus UMKM Expo |
MASYARAKAT Ekonomi Asean (MEA) akan terjadi di
tahun 2015. Artinya, satu tahun lagi pelaku usaha mikro, kecil dan menengah
(UMKM) harus menghadapinya. Hasil survei dari Bank Indonesia, sebanyak 79%
pelaku usaha menyatakan takut akan hal tersebut. Hal itu cukup beralasan karena
produk Indonesia hanya kuat di sektor produk. Sedangkan di sektor jasa, masih
sangat lemah untuk bersaing di tingkat Asean.
Di
Kudus, banyak UMKM yang terus tumbuh dan berkembang tiap tahunnya. Ini sesuai
dengan trah masyarakat Kudus yang
akrab disebut Gusjigang. Sebutan
tersebut telah ada sejak zaman Sunan Kudus. Yang berarti seorang anak yang bagus (perilaku baik), memiliki semangat
untuk ngaji (belajar), dan pandai berdagang (berwirausaha). Sehingga,
menurutnya, hanya perlu support
pemkab dalam pengembangan UMKM tersebut.
”UMKM/wirausaha
merupakan ruh dan jiwa masyarakat Kudus. Sehingga kami tidak merasa kesulitan
menggerakkan masyarakat dalam pengembangan usahanya,” kata Bupati Kudus saat
hadir sebagai narasumber diskusi tentang Kebangkitan UMKM, di Semarang, Jumat
(23/5).
Sesuai
dengan salah satu pilar dari visi Pemkab Kudus, Bupati sudah mempersiapkan
masyarakatnya untuk berwirausaha dan mengembangkan UMKM. Mulai dari penyiapan
regulasi yang menjadi payung hukumnya, sampai pada pelatihan dan pemberian
bantuan modal serta sarana usaha. Sehingga, tambahnya, MEA bukan lagi untuk
ditakuti, melainkan sebagai peluang untuk menjual produk di tingkat
internasional.
”Di
Kudus kami sudah melakukan action
untuk pemberdayaan UMKM. Salah satunya kami telah membuat cluster bagi usaha UMKM. Nantinya yang kami bidik bukan hanya pasar
lokal, namun pasar nasional. Dari UMKM Kudus menuju Indonesia,” tambahnya.
Melalui
balai latihan kerja (BLK), Pemkab Kudus telah mengadakan pelatihan bagi
masyarakat. Selain keterampilan, peserta juga mendapatkan bantuan modal dan
sarana usaha. Ketika lulus, peserta bisa bekerja di perusahaan, atau justru
bisa membuka dan mengembangkan usaha sendiri. Karena target akhir nantinya
mampu mengurangi pengangguran dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
”Bahkan
pedagang kaki lima (PKL) pun kami perhatikan. Jika di daerah lain, PKL
dipinggirkan, di Kudus PKL kami fasilitasi. Ada payung hukum, koperasi PKL, dan
bantuan sarana usaha, misalnya gerobak PKL. Lebih dari itu, 5 Januari kami
tetapkan sebagai hari jadi PKL Kudus,” tegasnya.
Semua upaya yang telah dilakukan Pemkab Kudus
melalui kepemimpinan H Musthofa ini telah nyata sejak 2008 lalu. Sehingga para
pelaku usaha UMKM di Kudus dikatakan masuk dalam 21% yang siap menghadapi MEA
2015. Dengan paradigma baru, menurutnya, seorang pemimpin harus melayani. Dan,
ini diimplementasikannya dengan selalu mendengar dan menyerap apa yang menjadi
kebutuhan masyarakatnya. (Humas/Gozali) majalah fakta onlineBupati Kudus, H
Mustofa, saat menjadi narasumber diskusi tentang Kebangkitan UMKM di Semarang, Jumat (23/5) |
No comments:
Post a Comment