Monday, June 16, 2014

INFO JATIM : WAYANG KULIT ADALAH TUNTUNAN


Pakde Karwo

WAYANG kulit merupakan salah satu warisan budaya bangsa yang harus dilestarikan. Tak hanya bangsa ini yang terus mengeksplorasi hasil budaya nenek-moyang, namun bangsa-bangsa lain yang menghargai hasil budaya bangsa juga ikut melestarikannya. Dalam kegiatan khusus seperti tasyakuran pun dapat diselingi dengan pagelaran wayang kulit. Adalah Gubernur Jawa Timur yang kerap disapa Pakde Karwo sering mengadakan pagelaran wayang kulit dalam setiap even di daerahnya.
Pakde mengatakan, wayang kulit merupakan salah satu kebudayaan yang dapat dijadikan tontonan dan tuntunan. Di dalamnya terdapat nilai-nilai luhur yang membawa kebaikan. “Kisah dalam wayang membuktikan bahwa budaya dan agama di Jatim dapat menyatu dengan baik, ini salah satu kekuatan kita,” ujarnya.
Kisah Dewa Ruci menggambarkan sebuah kepatuhan seorang murid kepada guru, kemandirian bertindak dan perjuangan keras menemukan jati diri. Pengenalan jati diri akan membawa seseorang mengenal asal-usul diri sebagai ciptaan dari Tuhan. Pengenalan akan Tuhan itu menimbulkan hasrat untuk bertindak selaras dengan kehendak Tuhan, bahkan menyatu dengan Tuhan atau sering disebut sebagai Manunggaling Kawula Gusti (bersatunya hamba dan Tuhan).
Lebih jauh dalam lakon Dewa Ruci itu dikisahkan upaya dan tekad keras Bima atau Arya Sena yang ingin mendapatkan air suci kehidupan,”Tirta Perwita Sari”. Berbagai macam cobaan dan tantangan serta godaan yang sangat berat dihadapi Bima, akan tetapi Bima pada akhirnya mampu mengatasinya dan Bima berhasil menemukan dan mendapatkan air suci Tirta Perwita Sari yang berwujud Dewa Ruci yang bukan lain adalah dirinya sendiri.
Lakon Dewa Ruci mengandung makna filsafat tentang tasawuf Islam yang sangat mendalam karena menggambarkan seorang ksatria dengan kemauan spiritualitas yang keras untuk mencari jalan terbaik untuk membawa manusia kepada kebahagiaan yang kekal dan abadi di akhirat.
Sebagai wujud syukur karena terpilih kembali sebagai pemimpin Jawa Timur, Gubernur Jatim, Dr H Soekarwo, “nanggap” wayang kulit semalam-suntuk dengan dalang Ki Anom Suroto dengan lakon Dewa Ruci di kampung halamannya, di Desa Palur, Kecamatan Kebonsari, Kabupaten Madiun, Minggu (11/5).
Pakde Karwo, sapaan akrab Gubernur Jatim, mengatakan, “nanggap” wayang kulit merupakan salah satu wujud rasa syukur karena kembali dipercaya oleh masyarakat untuk memimpin Jawa Timur. “Terlepas dari siapa pun pemimpinnya, intinya, kita bersyukur karena masyarakat Jatim hidupnya semakin ayem dan tentrem, kesejahteraannya meningkat. Jika dulu kebutuhan dasarnya untuk membeli beras, sekarang untuk nyicil motor, beli pulsa, dan lainnya,” katanya.
Pagelaran wayang kulit juga sebagai wujud syukur atas keberhasilan Jawa Timur meraih penghargaan tertinggi dari pemerintah pusat, yakni Samkarya Nugraha Parasamya Purnakarya Nugraha. Penghargaan tersebut diberikan kepada pemerintah daerah yang mencapai nilai terbaik dalam bidang pemerintahan dan pembangunan. “Penghargaan ini pernah diraih Jawa Timur pada tahun 1974. Ketika itu yang menerima adalah Gubernur H Moh Noer. Alhamdulillah setelah 40 tahun lamanya, masyarakat Jawa Timur berhasil meraih kembali penghargaan itu karena kebersamaan kita semua, yakni masyarakat, pemerintah, TNI, Polri, DPRD, dan tokoh agama,” tuturnya.
            Hadir dalam kesempatan itu, istri Gubernur Jatim, Dra Hj Nina Soekarwo, Sekretaris Daerah Provinsi Jatim, Dr H Akhmad Sukardi, Asisten Bidang Ekonomi Pembangunan Sekdaprov Jatim, Hadi Prasetyo, mantan Sekdaprov Jatim, Rasiyo, Bupati Madiun, Bupati Ponorogo, Forpimda Madiun, para pejabat SKPD Pemprov Jatim serta ribuan masyarakat. (F.835) majalah fakta online

No comments:

Post a Comment