Saturday, January 7, 2017

BERITA UTAMA

POLRI DIMINTA BERTINDAK PROFESIONAL

“Ini sepenuhnya adalah kesalahpahaman individu-individu yang masih berjiwa muda, jadi mudah terprovokasi”.

KANTOR Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Makassar di Jalan Balaikota, pasca bentrok antara anggota Satpol PP dan anggota Polrestabes Makassar, Minggu dini hari (7/8), sederet kaca jendelanya pecah akibat lemparan batu dan gas air mata yang diarahkan ke dalam Kantor Satpol PP. Tak hanya jendela, 10 mobil dan 86 motor yang terparkir di halaman kantor juga jadi korban. Setibanya di kantor Satpol PP, Walikota Makassar, Mohammad Ramdhan Pomanto, mengaku prihatin dengan kerusakan yang diderita Pemerintah Kota Makassar tersebut. Untuk itu pihaknya pun akan menempuh jalur hukum terkait pengrusakan.
Walikota Makassar, Mohammad Ramdhan Pomanto.
Pihak pemkot kabarnya akan membentuk tim hukum. Saat itu terlihat tim dari Dinas Perumahan dan Gedung Kota Makassar menghitung kerugian yang ditimbulkan pasca bentrok, sesuai berita acara kerusakan gedung dengan hasil investigasi. “Kami masih memberikan kesempatan pada penyidik kepolisian untuk memeriksa kerusakan, jika sudah selesai baru kita akan benahi,” ungkapnya.
Walikota juga sempat mendatangi ruangan Kepala Satpol PP, Iman Hud, yang dipakai tim Indonesia Automatic Fingerprint Identification System (Inafis) Kepolisian Daerah (Polda) Sulselbar untuk melakukan penyelidikan terhadap rekaman CCTV dari proses bentrok yang terjadi. Belum diketahui pasti, apakah penyelidikan terhadap CCTV yang dilakukan Tim Inafis sudah melalui prosedur. Pasalnya, hasil rekaman CCTV itu merupakan akses terbatas (limited access) milik Pemkot Makassar dan untuk mengakses pihak kepolisian harus menyurati secara resmi terlebih dahulu, sesuai prosedur yang berlaku. Tapi mereka mengaku sudah menyampaikan secara lisan untuk melakukan penyelidikan pada rekaman CCTV kamera milik Satpol PP tersebut. “Saya yakin kepolisian bisa bertindak secara profesional”.
Dalam bentrok yang terjadi dini hari itu tercatat 11 personel Satpol PP yang terluka, salah satunya sempat kritis akibat luka tikam di bagian pinggang kiri dan pundak kanan.
Dalam konferensi pers yang diadakan di halaman Balai Kota Makassar, Wakil Kepala Kepolisian Resort Kota Besar (Wakapolrestabes) Makassar, AKBP C F Hotman Sirait, mengatakan, pertikaian yang terjadi akibat kesalahpahaman antara oknum anggota kepolisian dan satpol PP yang masing-masing masih berjiwa muda dan mudah terpancing.
“Saya mewakili Kapolrestabes Makassar sangat menyayangkan kejadian ini. Kami juga telah mendalami, ini sepenuhnya adalah kesalahpahaman individu-individu yang masih berjiwa muda, jadi mudah terprovokasi”.
Sementara Komandan Komando Distrik Militer (Kodim) 1408/BS, Letnan Kolonel (Kav) Otto Sollu, menghimbau, jangan menyeret institusi untuk tidak membesarkan permasalahan dan menekan isu-isu simpang-siur yang beredar. Ia mengakui jika sesungguhnya unsur Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) di Kota Makassar cukup solid, sehingga kejadian itu bisa cepat dikoordinasikan, bahkan seluruh unsur forkopimda turun langsung ke lapangan.
Dandim meminta agar anggota polri tetap tenang dan tidak melakukan balas dendam. “Kita juga berduka karena insiden ini mengakibatkan salah satu anggota polisi tewas”. Dandim juga berpesan agar semua pihak menahan diri dan tidak mudah terpancing.
Kabid Humas Polda Sulselbar, Kombes Pol Frans Barung Mangera, mengatakan, kasus penyerangan Balai Kota Makassar itu akan dituntaskan ke depan. Barung juga mengatakan bahwa tidak ada perpecahan antara Pemerintahan Kota Makassar dan aparat kepolisian, sehingga kasus ini akan dituntaskan. “Biarlah penyidik menjalankan tugasnya dengan baik. Saat ini penyidik telah mengumpulkan barang buktinya, yakni rekaman CCTV di Balai Kota Makassar. Saya katakan kejadian itu memang individu, seseorang, dan tidak ada perintah dari atasan,” katanya.
Seperti diberitakan bahwa aksi penyerangan yang melibatkan 2 institusi itu terjadi Sabtu malam. Dilaporkan sekitar 50 orang oknum polisi dari Satuan Sabhara diduga melakukan penyerangan sekaligus pengrusakan di markas Satpol PP Makassar di Balai Kota Makassar, Jalan Ahmad Yani. Aksi penyerangan tersebut sebagai buntut keributan antara seorang oknum Satpol PP Makassar dengan dua oknum anggota Sabhara di Anjungan Losari (6/8).
Dalam laporan polisi disebutkan bahwa sebelum penyerangan terjadi perkelahian antara Hadryatno (Anggota Satpol PP Makassar) dengan dua orang Anggota Sabhara, yakni Bripda Hendrik dan Bripda Asmat. Berdasarkan keterangan Handryatno yang saat itu tengah melaksanakan pengamanan acara nikah masal di area parkir Anjungan Pantai Losari, ia menegur dua anggota polisi berboncengan sepeda motor dinas melaju kencang masuk ke areal parkir Anjungan Pantai Losari.
“Mereka masuk naik motor trail dinas melaju kencang masuk ke Anjungan Pantai Losari. Kemudian saya tegur. Namun mereka tidak menghiraukan. Tidak lama kemudian mereka memarkir motornya dan langsung menuju ke saya dan berkata,’Ada apa ? Saya ini aparat”. Ia menjawab,”Saya tahu bapak aparat tapi pelan-pelan”.
Handryanto melanjutkan, saat itu salah satu dari polisi tersebut menarik kerah bajunya dan menendang bagian perutnya. Merasa tidak terima atas perlakuan itu, Handryanto membalas dengan pukulan ke arah polisi tersebut. “Dia tarik kerah baju saya terus menendang perut saya. Saya kemudian membalas memukul. Itu hanya bela diri saja karena saya merasa terdesak dua lawan satu”.
Kasat Pol PP Makassar, Iman Hud, yang menerima informasi kemudian menuju ke lokasi dan langsung melerai perkelahian tersebut. Kedua polisi tersebut kemudian meninggalkan lokasi, namun sambil mengeluarkan kalimat mengancam,“Tunggu saya di sini saya panggil teman-teman saya”.
Guna menghindari keributan, 1 Kompi Anggota Satpol PP yang saat itu sedang melaksanakan pengamanan diminta meninggalkan Anjungan Pantai Losari menuju ke markas di kantor Balai Kota. Tak lama berada di markas, sekitar 50 orang yang diduga oknum anggota Sabhara melakukan penyerangan ke dalam kantor Balai Kota.
Akibatnya, tercatat 14 korban dari kubu Satpol PP Makassar. Dua anggota Satpol PP dan 1 warga sipil dirujuk ke RS Bhayangkara karena mengalami luka. Sementara korban lainnya diamankan ke Mapolrestabes Makassar. Sejumlah sepeda motor yang terparkir di markas Satpol PP pun ikut rusak. Satu anggota polisi meninggal dunia bernama Bripda Michael Abraham Rieuwpassa. Bripda Michael sempat dilarikan ke RS Akademis Jaury Jusuf Putra oleh rekannya setelah mengalami pendarahan hebat. Tapi nyawanya tidak tertolong dan meninggal dunia di rumah sakit. Tak hanya itu, satu anggota polisi bernama Bripka Nelson terluka di bagian tangan dan dirawat di RS Bhayangkara.
Saat berita ini dibuat situasi sudah kondusif setelah Kapolrestabes Makassar, Kombes Rusdi Hartanto, melakukan apel pemeriksaan personil. Apel pemeriksaan dilakukan untuk menghindari aksi ini kembali terulang.
Kapolda Sulselbar, Irjen Pol Anton Charliyan.
            Pasca kejadian itu, Polda Sulselbar membentuk tim Investigasi yang melibatkan Mabes Polri maupun Pemerintah Kota Makassar. Kapolda Sulselbar, Irjen Pol Anton Charliyan, mengatakan, keterlibatan tim Mabes Polri itu dilakukan berdasarkan instruksi langsung Kapolri Jenderal Tito Karnavian. Katanya, selain melibatkan pusat, untuk mengungkap insiden penyerangan itu, pihak Pemkot Makassar pun terlibat dalam tim gabungan investigasi. “Tim ini bukan pertama kali bekerja di kepolisian. Dan kita akan tetap kedepankan independensi dan profesionalitas,” kata Kapolda Anton Charliyan.
           Kapolda mengharapkan semua pihak bisa menahan diri hingga proses penanganan tim gabungan investigasi selesai. “Sikap dewasa dan tidak melakukan tindakan main hakim sendiri harus dilakukan. Proses investigasi harus dilakukan secara adil, tidak memihak dan professional. Jadi kalau ada anggota bersalah kita akan tindak tegas, bagitu juga dengan oknum pemda kalau ada kita tindak juga. Saya juga periksa jangan sampai terjadi pemukulan pada anggota satpol PP yang diperiksa dan memang tidak ada yang seperti itu,” kata jenderal polisi bintang dua ini.
Anton enggan menyebutkan kronologis bentrokan hingga penyerangan ke kantor Balai Kota, dan juga menolak menanggapi isu-isu soal pemicu bentrokan. “Semua isu itu akan dibuktikan dengan investigasi yang tengah berjalan”.
Empat Anggota Satpol PP Diculik ?
Empat anggota Satpol PP belum diketahui keberadaannya. Kasatpol PP Kota Makassar, Iman Hud, yang dikonfirmasi membenarkan informasi tersebut setelah menerima laporan dari pihak keluarga Sultan yang merupakan anggota Satpol PP yang diculik. “Benar informasi itu, saya menerima laporan keluarga korban bernama Hasbiati yang mengaku jika Sultan diculik pada pukul 02.00 Wita Senin dini hari,” kata Iman.
Menurutnya, saat itu pihaknya telah mendapat laporan keluarga korban, lalu menceritakan kejadian itu. Kejadian berawal saat korban tertidur pulas, kemudian datanglah orang tak dikenal (OTK) dan langsung saja membawa Sultan. “Atas informasi itu, kami tindak lanjuti dan melakukan koordinasi dengan pihak kepolisian,” ujar Iman.
Sampai saat ini pihaknya belum mengetahui keberadaan empat anggotanya, yakni Sultan, Supardi, Reza dan Lukman Buang. Belakangan diketahui jika Lukman Buang dan Supardi diamankan di Resmob. Sementara keberadaan Sultan dan Reza belum diketahui. Dari keterangan keluarga Sultan, tak diketahui identitas orang yang membawa Sultan dan Reza. “Kami juga belum bisa banyak berkomentar, sebab hal itu bisa saja bagian dari proses pengembangan yang dilakukan aparat kepolisian. Namun sejauh ini kami berupaya mendalami. Kami belum juga mendapat informasi dari Polda dan Polres apakah anggota kami itu masuk dalam lima orang yang terlibat”.
Sementara itu, Kabid Humas Polda Sulselbar, Kombes Pol Frans Barung Mangera, mengaku belum menerima informasi tersebut dan di Polda Sulsel tak ada hal itu. “Saya belum terima informasi itu dan di Polda tak ada pihak Satpol PP yang diculik”. (F.998) web majalah fakta / majalah fakta online / mdsnacks

No comments:

Post a Comment