Monday, January 9, 2017

INFO JATIM

DPRD Jatim Siap Bantu Cegah Penyakit Thalassaemia

Drs H Agus Dono W MHum, Anggota Komisi E DPRD Provinsi Jatim.
DRS H Agus Dono Wibawanto MHum, Anggota Komisi E, ditemui usai menerima kunjungan pengurus Yayasan Thalassaemia di DPRD Provinsi Jatim mengatakan, dengan adanya sosialisasi yang intensif dari dinas kesehatan diharapkan penyakit Thalassaemia bisa dicegah secara dini dan masyarakat dapat mengetahui apa penyakit thalassaemia dan bagaimana pencegahannya.
“Pada prinsipnya pihak DPRD siap membantu penuh persoalan ini agar penyakit ini bisa mendapat perhatian dari pemerintah provinsi yaitu memasukkan dalam program dinas kesehatan, sehingga dapat dianggarkan pada APBD 2017 di Dinkes Provinsi Jatim,” kata Agus Dono, Senin (15/8).
Mantan Ketua Komisi B DPRD Jatim ini juga meminta kepada rumah sakit milik pemerintah atau tipe A dan kabupaten/kota agar menyediakan ruangan khusus bagi penderita Thalassaemia.
“Kami berharap rumah sakit seperti Saiful Anwar di Malang untuk menyediakan ruang khusus agar penderita penyakit tersebut dapat tertangani dengan cepat,” tegasnya.
Ditambahkan Agus Dono bahwa selama ini pelayanan untuk penderita Thalassaemia di Malang terutama di rumah sakit milik pemprov masih dicampur atau ngantri dengan masyarakat umum. Oleh karena itu pihaknya meminta kepada pemerintah untuk menyediakan ruang khusus bagi penderita Thalassaemia yang akan berobat. Kurang tahunya pengetahuan masyarakat terhadap penyakit yang disebabkan faktor turunan dan sangat berbahaya ini membuat Komisi E DPRD Provinsi Jatim yang membidangi tentang Kesehatan untuk mendorong dan meminta kepada Pemerintah Provinsi dan Dinas Kesehatan agar mensosialisasikan atau mengintensifkan penanganan penyakit Thalassaemia kepada masyarakat di Jatim. Saat ini jumlah penderita Thalassaemia di Malang sebanyak 350 penderita.
“Kami berharap pemerintah terutama Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur memperhatikan penderita Thalassaemia yaitu dengan sosialisasi dan menyediakan ruang khusus bagi penderita Thalassaemia di rumah sakit milik pemprov dan kabupaten/kota. Karena tidak menutup kemungkinan banyak penderita Thalassaemia di daerah lainnya selain di Malang,” tegas Agus Dono penuh keprihatinan.
Seperti diketahui, Thalassemia adalah penyakit keturunan dengan gejala utama pucat, perut tampak membesar karena pembengkakan limpa dan hati, dan apabila tidak diobati dengan baik akan terjadi perubahan bentuk tulang muka dan warna kulit menjadi menghitam. Penyebab penyakit ini adalah kekurangan salah satu zat pembentuk hemoglobin (Hb) sehingga produksi hemoglobin berkurang. Hemoglobin adalah suatu zat di dalam sel darah merah yang berfungsi mengangkut zat asam dari paru-paru ke seluruh tubuh, selain itu yang memberikan warna merah pada sel darah merah. Hemoglobin terdiri dari 4 molekul zat besi (heme), 2 molekul rantai globin alpha dan 2 molekul rantai globin beta. Rantai globin alpha dan beta adalah protein yang produksinya disandi oleh gen globin alpha dan beta.
Penyakti Thalassemia disebabkan oleh adanya kelainan/perubahan/ mutasi pada gen globin alpha atau gen globin beta sehingga produksi rantai globin tersebut berkurang dan sel darah merah mudah sekali rusak atau umurnya lebih pendek dari sel darah normal (120 hari). Bila kelainan pada gen globin alpha maka penyakitnya disebut thalassemia alpha, sedangkan kelainan pada gen globin beta akan menyebabkan penyakit thalassemia beta.


Di Indonesia, thalassemia beta lebih sering didapati. Penyakit ini diturunkan melalui gen yang disebut sebagai gen globin beta yang terletak pada kromosom 11. Pada manusia kromosom selalu ditemukan berpasangan. Gen globin beta ini yang mengatur pembentukan salah satu komponen pembentuk hemoglobin. Bila hanya sebelah gen globin beta yang mengalami kelainan disebut pembawa sifat thalassemia beta. Seorang pembawa sifat thalassemia tampak normal/sehat, sebab masih mempunyai 1 belah gen dalam keadaan normal (dapat berfungsi dengan baik).
Seorang pembawa sifat thalassemia jarang memerlukan pengobatan. Bila kelainan gen globin terjadi pada kedua kromosom, dinamakan penderita thalassemia (homosigot/mayor). Kedua belah gen yang sakit tersebut berasal dari kedua orangtua yang masing-masing membawa sifat thalassemia. Pada proses pembuahan, anak hanya mendapat sebelah gen globin beta dari ibunya dan sebelah lagi dari ayahnya. Bila kedua orangtuanya masing-masing pembawa sifat thalassemia maka pada setiap pembuahan akan terdapat beberapa kemungkinan. Kemungkinan pertama, si anak mendapat gen globin yang berubah (gen thalassemia) dari bapak dan ibunya, maka anak akan menderita thalassemia. Sedangkan bila anak hanya mendapat sebelah gen thalassemia dari ibu atau ayah, maka anak hanya membawa penyakit ini.
Kemungkinan lain adalah anak mendapatkan gen globin normal dari kedua orangtuanya. Kelahiran penderita thalassemia dapat dicegah dengan 2 cara. Pertama adalah mencegah perkawinan antara 2 orang pembawa sifat thalassemia. Kedua adalah memeriksa janin yang dikandung oleh pasangan pembawa sifat, dan menghentikan kehamilan bila janin dinyatakan sebagai penderita thalassemia (mendapat kedua gen thalassemia dari ayah dan ibunya).
Sebaiknya semua orang di Indonesia dalam masa usia subur diperiksa kemungkinan membawa sifat thalassemia beta. Karena frekuensi pembawa sifat thalassemia di Indonesia berkisar antara 6 – 10%. Artinya, setiap 100 orang ada 6 sampai 10 orang pembawa sifat thalassemia beta. Tetapi bila ada riwayat seperti di bawah ini, pemeriksaan pembawa sifat thalassemia sangat dianjurkan:
1. Ada saudara sedarah menderita thalassemia.
2. Kadar hemoglobin relatif rendah antara 10-12 g/dl, walaupun sudah minum
    obat penambah darah seperti zat besi.
3. Ukuran sel darah merah lebih kecil dari normal walaupun keadaan Hb normal. (F.809web majalah fakta / majalah fakta online / mdsnacks

No comments:

Post a Comment