Thursday, January 5, 2017

OPINI

Ritual Yadnya Kasada Suku Tengger

Destinasi Wisata Tingkat Dunia


PERAYAAN Yadnya Kasada 1936 Saka di tahun 2016 Masehi oleh suku Tengger yang tinggal di sekitar Gunung Bromo, Probolinggo, Jawa Timur, dilaksanakan pada hari Kamis, 21 Juli 2016. Acara suku Tengger yang menjadi agenda rutin setiap tahun ini selalu dibanjiri ribuan wisatawan baik dari warga Probolinggo, Jawa Timur, maupun wisatawan dari luar daerah dan wisatawan mancanegara.
Bukan hanya warga Tengger saja yang hadir, ribuan pengunjung juga memenuhi bibir kawah Gunung Bromo yang masih mengeluarkan asap putih kelabu. Padahal, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PUMBG) dan Otirotas Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) telah melarang wisatawan untuk naik ke kawah. Dengan status Bromo yang masih waspada (level II setingkat di atas normal), pengunjung dilarang memasuki kawasan radius 1 km dari bibir kawah. Otoritas TNBTS hanya mengijinkan warga Tengger naik untuk melakukan tradisi larung sesaji sebagai puncak peringatan Yadnya Kasada.
Seperti biasanya, sebelum ritual Kasada di Pendopo Desa Ngadijati, Kecamatan Sukapura, terlebih dahulu digelar resepsi. Dalam kesempatan ini Kepala Dinas Pariwisata Pemprov Jawa Timur menyatakan bahwa Bromo selalu menjadi ikon pariwisata Jawa Timur. Selain keindahan Gunung Bromo sendiri, upacara ritual Yadnya Kasada juga menjadi perhatian tersendiri bagi wisatawan.  Karena suku Tengger memiliki daya tarik yang luar biasa, sebab mereka sangat berpegang teguh pada adat-istiadat dan budaya yang menjadi pedoman hidupnya. Kasada ini memang sangat menarik, bahkan satu-satunya di Jawa Timur.
Dalam acara ritual malam itu dimeriahkan dengan sendratari yang mengisahkan sejarah keberadaan suku Tengger. Selanjutnya pengukuhan warga kehormatan suku Tengger yang diberikan kepada 3 pejabat di Kabupaten Probolinggo. Pengukuhan warga kehormatan ini sekaligus ditandai dengan penyematan kain kuning khas suku Tengger.
Kemudian dilakukan upacara Kasada yang digelar di Pura Luhur Paten, tepat di kaki Gunung Bromo pada tengah malam hingga dini hari. Upacara adat suku Tengger ini bertujuan untuk mengangkat dukun atau tabib di setiap desa di sekitar Gunung Bromo. Dalam festival ini suku Tengger akan melepaskan sesajen berupa sayuran, ayam dan bahkan uang ke kawah gunung tersebut.
Upacara Yadnya Kasada merupakan agenda tahunan yang sudah diakui dan terdaftar dalam kalender budaya Provinsi Jawa Timur. Sebagaimana diketahui bahwa Yadnya Kasada ini dilatarbelakangi kisah legenda Rara Anteng yang merupakan salah satu putri Majapahit dan suaminya, Jaka Seger, yang merupakan putra Brahmana. Rara Anteng dan Jaka Seger yang memimpin pemukiman di kawasan Tengger sempat mempunyai 25 anak dan tidak tega mengorbankan anaknya. Saat itu juga anak yang ke-25 bernama Kusuma tiba-tiba lenyap masuk ke kawah Gunung Bromo, terletak di selatan lautan pasir putih.
Pada saat itu juga terdengar suara gaib yang diduga dari Kusuma. Ia mengatakan jika dirinya telah dikorbankan dan semua desanya telah diselamatkan oleh Tuhan. Lalu ia mengingatkan agar setiap bulan Kasada pada hari ke-14 saudara-saudaranya mengadakan larung sesaji ke kawah Gunung Bromo. Karena itulah nama Tengger merupakan akronim dari Rara Anteng dan Jaka Segerweb majalah fakta / majalah fakta online / mdsnacks

Oleh :
Nursyam B Sudharsono SH MH.
Pengamat



No comments:

Post a Comment