Wednesday, October 21, 2015

OPINI

SELAMAT HUT RI KE-70, MERDEKAAAA..!! Benarkah ?

Salah satu lomba Agustusan di kampung
SUDAH biasa mendengar pekikan MERDEKAAA… !!! sambil batuk-batuk dan kepalkan tangan, regangkan siku dan mengangkatnya hingga ke langit kemudian turunkan dan gandengkan dengan teman yang lain supaya terlihat bersatu.
Teks pernyataan kemenangan bagi bangsa Indonesia yang dibacakan oleh presiden pertama republik ini terus mengiang di kuping meskipun hanya setiap tahun sekali dibacakan dalam acara Hari Peringatan Detik-Detik Kemerdekaan.
Teks yang berbunyi nyaring tiap tahun pada tiap tanggal 17 Agustus ini selalu terngiang di kuping. Singkat sekali dalam pemindahan kekuasaan dari pemerintah asing ke pemerintah Republik Indonesia.
Presiden Soekarno yang ketika itu berjuang bersama seluruh rakyat untuk kemerdekaan bangsa ini, sambil sesekali ditangkap penjajah Belanda, dipenjara, diasingkan bahkan mungkin disiksa, harus berakhir kekuasaannya dengan SUPERSEMAR-nya yang diberikan kepada Kolonel Soeharto yang memindahkan   pula kekuasaan Soekarno dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Pemerintahan baru yang dipimpin Kolonel Soeharto ini pun melenggang dengan seksama karena para jenderalnya sudah dijebak isu PKI. Yang kemudian Kolonel Soeharto dengan waktu singkat pula diangkat rakyat  menjadi jenderal bintang empat dan kemudian dengan mudah pula diangkat oleh rakyat Indonesia sebagai Jenderal Besar. Selanjutnya diangkat lagi menjadi Bapak Pembangunan Republik Indonesia.
Wajar saja, arsitek pembangunan bangsa Indonesia selama 30 tahun ini memang terlihat nyata, tidak banyak uang yang tercecer meskipun terlihat seperti anarkis. Pejabat yang korup juga masih tergolong sedikit di jamannya. Anggota DPRD saja masih terlihat berangkat kerja masih numpang angkot. Bahkan untuk ongkos pergi reses, misalnya, masih minta subsidi orangtuanya. ADA JUGA yang setjara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya juga pejabat dan kroni-kroninya presiden baru ini memindahkan harta benda bangsanya ke saku masing-masing dengan mengatasnamakan pembangunan sehingga terlihat berubah drastis dari serba kekurangan menjadi lebih mentereng dan terkesan “APA YANG GUE MAU GUE BISA BELI”. Ingat lagu BENTO dan Belalalang Tua-nya Iwan Fals.
Sehingga pada beberapa lama Presiden Soeharto berkuasa paling tidak “belum memenuhi syarat  keseragaman dalam pemerataan pembagian pendapatan bangsa kepada rakyat, meskipun terasa bagi ekonomi dasar rakyat terasa masih ada enaknya dibanding dengan presiden-presiden setelah Presiden Soeharto”. Wajar kalau sekarang ada slogan pada stiker-stiker yang bergambar Presiden Soeharto bertuliskan,“ISIH ENAK JAMANKU TO ?!” (MASIH ENAK JAMANKU KAN ?!).
Karena, memang belum dikatakan seragam pendapatan dari awal ORBA, ORREF hingga ORKER,  ada yang akhirnya membudayakan meminta-minta di jalan, baik dengan cara ortodoks (sendiri-sendiri dengan alat batok kelapa untuk wadahnya), modern (dengan pengeras suara dan mobil beserta rombongan dan dengan karung sebagai wadahnya), para veteran pejuang menjadi gelandangan, eks atlet tenar menjadi gelandangan, perempuan-perempuan melacurkan diri dengan alasan ekonominya lemah. Mungkin malah saat ini yang akan menjadi panggilan Paduka Yang Mulia adalah bisnisman yang dekat dengan penguasa, para penghibur yang biasa disebut artis, yang koruptor berjamaah, yang mengerti di mana kumpulan uang rakyat di simpan, yang bisa membobol bank bekerja sama dengan pejabat bank itu, yang bisa membuat kuitansi double (satu isi satu kosong tapi bertanda tangan supaya bisa diisi seenak perutnya), yang bisa memanipulasi pajak, yang ada kekuatan merampok kapal tanker di tengah laut, dan paling tidak yang bisa mengambil uang biru dan emas batangan sisa perjuangan kemerdekaan yang dipegang oleh pejabat Bung Karno dan seribu satu lagi cara mengambil uang-uang ini.
Bangsa Indonesia yang menurut orang luar negeri sana adalah bangsa yang kaya raya, yang jika dihitung sudah bisa memberi usaha, kerja bahkan jika uangnya tidak diambil secara bathil bisa mengentaskan Social Securitry penduduk hingga berjumlah 500 juta lebih, saking kayanya..!!!
Jika anda ingin berbisnis ya ke Indonesia (yah, bisa dengan kotor, bisa dengan bersih), jika ingin bekerja pergilah ke negara-negara maju,” kata salah seorang turis.
Era setelah turunnya Presiden Soeharto, memang menjadi berbeda. Tingkat korupsi menjulang tinggi, dari Lurah/Kepala Desa hingga para pejabat tinggi Negara jadi tersangka korupsi. Tidak ada lagi pejabat yang disubsidi oleh orangtuanya jika pergi kerja, apartemen-apartemen laku keras, properti-properti mahal laku keras, Mc D, KFC (wartegnya di negara maju, elitnya di Indonesia) juga Dunkin Donat berdesakan antri untuk menikmatinya. Setiap hari libur pusat hiburan penuh, seputar bumi sudah dipenuhi turis Indonesia, kursi pesawat FULL meskipun harga High Season tinggi DIBAYARNYA tanpa menawar.
Presiden Jokowi, sang penyelamat bangsa, satrio piningit, sederhana, merakyat (masih mau makan di WARTEG), meskipun kerempeng (kata mantan Presiden Megawati), tapi lugas, tegas, berani jika benar, jujur dan bertanggung jawab, tapi sepertinya masih ketakutan dihina sehingga merasa perlu mengaktifkan lagi pasal anti penghinaan untuk presiden di RUU KUHP, meskipun masih dalam penggodokan lagi.
Apa yang rakyat inginkan?
Lihat pada sepatu, celana, baju, yang berharga murah pada presiden kita, Bapak Jokowi, supaya terlihat adil oleh anda sendiri, waspada musuh dalam selimut yang dengki, iri dan dendam, ratakan di tanah pada yang tidak jujur, ratakan pendapatan dari rakyat untuk rakyat, gunakan kekuatan air, angin, tanah dan api dan delapan penjuru angin untuk menindak pejabat yang iri, dengki, tak jujur, koruptor tak perlu dipenjara cukup dimiskinkan, sita termasuk baju yang dipakai, lepaskan ke masyarakat tak perlu ditemani dan ditegur.
Yang paling segera adalah hilangkan image negara miskin, ciptakan usaha dan kerja di desa, bebaskan biaya rumah sakit, pertahankan bebas uang pendidikan hinnga SLTA, bayar pensiun meskipun karyawan swasta, tegakkan gaji UMK, tumpas pengusaha yang melecehkan UU ketenagakerjaan, rapikan dan tertibkan lalu lintas.
Ternyata tulisan sedikit kalau dipraktekkan banyak juga, Pak. Mohon maaf jika ada tulisan-tulisan yang sensitif dan dianggap menghina presiden maupun mantan-mantan presiden kita. Karena hanya tulisan di ataslah yang bisa penulis sumbangkan. Terima kasih. web majalah fakta / majalah fakta online
Oleh :
Budi Slamet Riyadi
Kepala Perwakilan Majalah FAKTA Jakarta

No comments:

Post a Comment