Pemkot Ajak Koordinasi TNI-Polri Amankan Surabaya
Pj Walikota Surabaya, Nurwiyatno, ajak TNI-Polri amankan Surabaya |
MENGHILANGNYA pegawai negeri sipil (PNS) di jajaran Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur
(Jatim) cukup mengejutkan banyak kalangan. Pj Walikota Surabaya, Nurwiyatno, pun langsung merespon hilangnya PNS
yang bernama Faradina
Ilma, 25, itu dengan menyiagakan personel satuan Bakesbang Linmas dan Satpol PP.
“Apel ini untuk melihat sejauh mana kesiapan dalam
mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan di Surabaya. Kami juga akan berkoordinasi
dengan TNI dan kepolisian untuk meminimalkan hal-hal yang bisa mencederai keamanan Kota
Surabaya,” kata Nurwiyatno.
Nurwiyatno secara khusus mengimbau agar dilakukan
pemantauan terhadap gerakan-gerakan organisasi yang tidak
berijin dan tempat-tempat strategis. “Saya harap ada pemantauan khusus dan
penjagaan secara bergiliran yang dilakukan secara berkala. Itu tugas kita,” tegasnya.
Seperti
diketahui, kabar menghilangnya 2 warga Surabaya diduga terkait ormas Gerakan
Fajar Nusantara (Gafatar) mendapat perhatian serius dari pemkot. Berbagai upaya
telah dilakukan demi menemukan keberadaan kedua orang tersebut. Sebagaimana
diberitakan, 2 warga Surabaya yang hilang itu adalah Erri Indra Kautsar, 20,
mahasiswa semester V jurusan elektronika PENS ITS, dan Faradina Ilma, 25, PNS
Pemprov Jatim.
Kepala
Bakesbangpol & Linmas Kota Surabaya, Soemarno, menuturkan, pihaknya
menerima surat dari orangtua Erri, Suharijono, tanggal 15 September 2015, yang
ditujukan kepada Walikota Surabaya. Inti surat tersebut menyampaikan permohonan
kepada walikota untuk membantu upaya pencarian Erri. Menindaklanjuti permohonan
itu, pemkot telah menempuh sejumlah upaya. Di antaranya, berkoordinasi dengan
jajaran samping, dalam hal ini pihak kepolisian. Selain itu, pemkot juga telah
membangun komunikasi dengan kedutaan besar Indonesia di Kucing, Malaysia.
Pasalnya, dari hasil pelacakan terakhir, Erri sempat teridentifikasi berada di
Pontianak, Kalbar, dan dikabarkan ada kemungkinan menyeberang ke wilayah
Malaysia.
Terkait
Gafatar, Soemarno mengatakan, sejatinya ormas tersebut sudah eksis di Kota
Pahlawan sekitar 2012-2013-an. Berdasarkan pantauan Bakesbangpol & Linmas,
aktivitas Gafatar sejauh ini lebih banyak berupa kegiatan berkelompok, seperti
kerja bakti, pembagian sembako, jalan sehat dan sebagainya.
“Secara
fisik sangat sulit mengidentifikasi anggota Gafatar. Tapi, ciri-ciri mereka saat
melaksanakan kegiatan formal dapat diketahui dengan seragam khas berwarna
oranye disertai lambang Gafatar matahari terbit,” terang pejabat kelahiran
Nganjuk, Jatim, ini saat dijumpai di kantornya, Rabu (13/1).
Menurut
Soemarno, keberadaan Gafatar jelas-jelas ilegal karena tidak terdata di
Kementerian Dalam Negeri. Dengan demikian, sesuai aturan, ormas yang tidak
terdaftar tidak mendapat pelayanan dari pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah.
Menyikapi
hal tersebut, pemkot mengeluarkan surat edaran tanggal 1 April 2015 yang
ditandatangani Asisten Pemerintahan, Yayuk Eko Agustin. Isinya menekankan
kepada seluruh camat dan lurah agar tidak memberikan fasilitas serta tidak
melibatkan ormas Gafatar dalam kegiatan-kegiatan apa pun di lingkup pemkot.
Seiring
booming-nya pemberitaan terkait Gafatar di media massa, Soemarno meminta warga
tetap tenang dan tidak resah. Dia menghimbau masyarakat lebih waspada saat
bergabung pada suatu kelompok. Pria berkumis tebal ini juga berharap para orangtua
mengawasi aktivitas anak-anaknya, sebab tidak jarang rekrutmen organisasi yang
menyimpang menyasar individu usia muda. "Pahami dulu ideologi suatu
organisasi. Pastikan tidak menyimpang dari ajaran agama yang diakui di
Indonesia. Di sisi lain, kami akan memaksimalkan peran camat, lurah hingga RT
dan RW untuk mengawasi masing-masing wilayah. Bilamana ada penyimpangan atau indikasi
pelanggaran aturan agar segera dilaporkan,” pungkasnya. (F.809) web majalah fakta / majalah fakta online
No comments:
Post a Comment