JADIKAN
TSUNAMI MOMENTUM INTROSPEKSI DIRI
SABTU, 26 Desember 2015, Bupati
Aceh Barat, Dr (HC) H T Alaidinsyah, mengajak warga Aceh Barat untuk introspeksi
diri atas musibah besar yang melanda Aceh sebelas tahun lalu.
"Musibah yang datang dari Allah itu
hendaknya menjadi iktibar bagi kita untuk introspeksi diri atas segala hal yang
telah dilakukan agar lebih baik lagi ke depannya,” kata Bupati Tito (panggilan
Dr (HC) H T Alaidinsyah) dalam sambutannya pada acara mengenang sebelas tahun
Tsunami Aceh Barat yang dipusatkan di makam masal Beuregang, Kecamatan Kaway
XVI.
Sementara di sisi lain, Bupati Tito
mengatakan, bencana yang melanda daerah harus dijadikan sebuah program
kesiapsiagaan bencana. "Tsunami memang sudah terjadi, tapi bencana lain
seperti gempa, banjir, longsor, kebakaran dan bahkan tsunami itu pun bisa
terjadi kembali. Maka semua kita harus selalu waspada dan tanamkan rasa
kepedulian sesama yang dimulai dari diri sendiri dan lingkungan sekitar dengan
berbagai upaya mitigasi bencana," papar Tito.
Dalam rangkaian sebelas tahun tsunami, Pemkab
Aceh Barat memberikan santunan kepada 250 orang anak yatim dan keunduri kepada
masyarakat. Sebelumnya, ribuan warga yang hadir dari berbagai penjuru terlihat
khidmat dan khusuk mengikuti zikir dan doa yang dipimpin Ketua MPU Aceh Barat,
Tgk Abdurani Adian, sedangkan tausiah disampaikan oleh Tgk Umar Ismail dari
Banda Aceh.
Di samping itu, Pemkab melalui Bappeda Aceh
Barat meluncurkan buku Refleksi 11 Tahun Gempa dan Tsunami Aceh Barat hasil
karya T A Dadek bersama kawan-kawan yang dibagikan secara gratis kepada
pengunjung di lokasi kegiatan.
Seyogyanya, peringatan suatu kejadian bencana
harus diisi dengan dua hal. Pertama, evaluasi mengenai hal-hal yang telah
dilakukan dalam rekonstruksi paska bencana dan (yang terpenting) sejauh mana
kondisi paska bencana tersebut lebih baik dalam konteks mitigasi bencana
dibandingkan dengan kondisi sebelum bencana. Yang kedua adalah bagaimana
melanjutkan dan menyampaikan pembelajaran dari kejadian bencana tersebut kepada
generasi selanjutnya.
Indonesia memiliki cerita sukses evakuasi
tsunami yang berakar pada pengetahuan yang diturunkan lintas generasi yakni
smong. Meskipun berada pada lokasi yang sangat dekat dengan pusat gempa dan
dihantam tsunami dalam waktu kurang dari setengah jam, hanya 6 orang yang tewas
di Pulau Simeulue dari total sekitar 8.000 orang penduduk yang sebenarnya
berpotensi terkena dampak tsunami.
Oleh karenanya tentu tidak berlebihan jika tanggal
26 Desember ditetapkan sebagai hari kesiapsiagaan bencana/tsunami nasional.
Tentunya bukan sekedar untuk seremonial saja tetapi untuk dimaknai esensinya
dalam menyampaikan pesan kesiapsiagaan untuk generasi sekarang dan masa depan. (F.984) web majalah fakta / majalah fakta online
No comments:
Post a Comment