LAGI,
BENTROKAN ORMAS DI LAPAS KEROBOKAN
Kapolda
Bali, Irjen Pol Sugeng Priyanto,
menunjukkan barang bukti hasil sweeping di Lapas Kerobokan |
SITUASI Kota Denpasar,
Provinsi Bali, mencekam. Bentrok antara dua ormas, yakni Laskar Bali dan
Baladika kembali pecah, Kamis (17/12). Bentrokan yang awalnya dipicu di Lapas
Kerobokan itu mengakibatkan empat orang tewas yang dua orang di antaranya
merupakan narapidana.
Informasi yang dihimpun FAKTA,
bentrokan dipicu dari Lapas Kerobokan, sekitar pukul 16.00 Wita. Awalnya,
seorang napi Blok D yang akrab disapa Robot bersama beberapa temannya dari
Baladika diserang menggunakan pedang oleh napi Blok C yang merupakan ormas
Laskar Bali. Petugas sipir langsung melerai perkelahian tersebut.
“Akibat serangan itu, Robot
bersama tiga temannya, yakni Putu Semal, Doglet dan Dore mengalami luka-luka
dan dilarikan ke RSUP Sanglah,” kata sumber.
Belum sempat mendapat perawatan,
Robot dan Dore tewas akibat mengalami luka tusuk di perut. Sedangkan Putu Semal
masih dirawat meskipun hanya kena pukulan. Begitu juga Doglet yang mengalami
luka senjata tajam di bawah ketiak kiri.
Pasca bentrok, ratusan petugas
Sabhara dan Brimob Polda Bali bersenjata lengkap diterjunkan dan bersiaga di
dalam maupun depan pintu masuk Lapas Kerobokan. Selain itu, kendaraan water canon dan mobil pemadam kebakaran
disiagakan. Arus lalu lintas pun lumpuh total. Suasana semakin mencekam ketika
puluhan ormas kedua kubu sama-sama mendatangi Lapas Kerobokan dengan membawa
senjata tajam dan siap perang. Mereka berhasil diredam Kapolresta Denpasar,
Kombes AA Made Sudana.
“Yang pasti kondisi di dalam LP
sudah kondusif. Para korban juga telah dibawa ke rumah sakit," ujar Kapolresta
Sudana kepada wartawan.
Suasana di Lapas Kerobokan ternyata
merembet ke luar penjara sekitar pukul 18.00 Wita. Kedua ormas yang
sama-sama bertemu di Jalan Teuku Umar kembali bentrok. Kabarnya, peristiwa ini
kembali mengakibatkan dua orang tewas. Korban ada yang dibantai di depan salah
satu bank dan ada juga yang mati bersimbah darah di jembatan sekitar lokasi
kejadian.
Informasi sementara terkait
pelaku penyerangan di Lapas Kerobokan, berinisial BP (napi kasus
curanmor), DS (kasus penggelapan), GM (kasus penusukan), KLJ (kasus penggelapan)
serta DS. Polisi masih bersiaga di Lapas Kerobokan serta di beberapa titik yang
dianggap rawan, termasuk di markas kedua ormas. Bahkan, polisi menetapkan
status siaga.
Polisi
Amankan Ratusan Sajam Di LP Kerobokan
Aparat
kepolisian saat mengamankan Lapas Kerobokan dan berbagai barang bukti yang ditemukan di Lapas Kerobokan |
Pasca bentrok ormas Baladika dan
Laskar Bali, personel Brimob Polda Bali melakukan penyisiran di Lapas
Kerobokan. Hasilnya, petugas menemukan dan mengamankan ratusan senjata tajam
berbagai jenis serta satu air softgun.
Temuan tersebut membuat Kapolda
Bali, Irjen Pol Sugeng Priyanto, heran. “Banyak sekali ditemukan senjata tajam
seperti pedang, parang, golok dan sebagainya. Bahkan ada juga ditemukan pistol
air softgun. Kenapa barang- barang seperti ini bisa masuk lapas ?” ujar Irjen Pol
Sugeng penuh tanda tanya ketika ditemui wartawan di Polda Bali, Jumat (18/12).
Terkait temuan-temuan sajam dari kedua
kelompok ormas itu, Kapolda Irjen Pol Sugeng meminta kepada seluruh anggota
ormas yang bertikai agar sesegera mungkin menyerahkan senjata tajam ke Polda
Bali. Sebaliknya, tindakan tegas akan dilakukan apabila kepolisian menemukan
masih adanya senjata di markas kedua ormas. "Kalau kami yang dapat, akan
ditindak tegas karena merupakan pelanggaran hukum. Tapi kami masih mentolerir
apabila ada itikad baik menyerahkan ke Polda Bali," pintanya.
Terkait proses hukum dalam penanganan
bentrokan yang mengakibatkan empat orang tewas dan lima orang luka-luka,
Kapolda Bali menegaskan bahwa kasusnya ditangani Polres Badung dan Polresta
Denpasar. Hanya saja belum seorang pun yang ditetapkan statusnya sebagai
tersangka. “Polres Badung melakukan pemeriksaan terhadap 15 orang narapidana
yang diduga menjadi pemicu keributan. Sedangkan di Polresta Denpasar ada 8
orang yang diperiksa. Penyidik masih mendalami pemeriksaan terkait keterlibatan
mereka dan tidak menutup kemungkinan akan ditetapkan sebagai tersangka,"
tegasnya.
Sementara, dalam mediasi di
Polda Bali, Sekjen Laskar Bali, I Ketut Putra Ismaya Jaya, meminta maaf yang sebesar-besarnya
terhadap masyarakat Bali atas insiden tersebut. Ismaya siap diproses secara
hukum apabila kejadian serupa terulang.
Ia menceritakan kedatangan
anggotanya ke Lapas Kerobokan membawa senjata karena awalnya ada salah seorang
anggotanya yang menerima telepon jika ratusan anggota Baladika menyerang LP
Kerobokan. Di saat bersamaan, ada salah seorang anggota Laskar Bali sedang
menjenguk anaknya di LP Kerobokan.
“Kami datang untuk mengevakuasi
teman kami yang informasinya terjebak di dalam LP. Namun saya sendiri menjamin
kejadian serupa tak akan terulang lagi. Saya sangat prihatin dan menyesali apa
yang terjadi di lapangan. Untuk proses hukum, saya menyerahkan sepenuhnya pada
polisi,” katanya saat pernyataan damai di Polda Bali.
Sementara Sekretaris Umum DPD
Baladika, I Ketut Sukarta, juga mempercayakan penanganan kasus tersebut pada polisi.
“Saya mewakili anggota Baladika meminta maaf pada masyarakat. Dengan kejadian
ini kita semua bisa mengambil hikmahnya,” ujarnya.
Kapolda
Ancam Ambil Paksa Senjata Ormas
Penandatanganan perdamaian di Polda Bali. Tidak akan mengulangi lagi |
Tiga hari setelah penandatanganan
kesepakatan damai ormas Laskar Bali dan Baladika, belum ada penyerahan senjata
ke Polda Bali. Kapolda Irjen Pol Sugeng Priyanto pun mengancam melakukan sweeping apabila tidak ada kesadaran
menyerahkan senjata.
“Memang tidak ada batas waktu
tapi saya meminta sesegera mungkin (penyerahan senjata) supaya tidak ada lagi
kejadian seperti kemarin,” ujar Kapolda Sugeng Priyanto kepada wartawan, Senin
(21/12).
Mantan Kadiv Hubinter Mabes Polri
itu pun mengancam mengambil paksa senjata-senjata itu apabila tidak diserahkan
ke Polda Bali. “Bagi anggota ormas yang kedapatan dan terbukti menyimpan atau
memiliki senjata, maka akan kita kenakan undang-undang darurat,” ungkapnya didampingi
Danrem 163/Wirasatya, Kolonel Infantri I Nyoman Cantiasa.
Terkait perkembangan penyidikan,
ada penambahan tersangka berinisial T dari sebelumnya empat orang yang sudah
ditetapkan sebagai tersangka masing-masing berinisial MA (19), GPD (24), WS
(28), IWS (23). “Sedangkan penyelidikan bentrokan di Jalan Teuku Umar masih
dalam proses. Memang sudah ada tiga orang yang menyerahkan diri tapi belum
ditetapkan sebagai tersangka karena masih dimintai keterangan," tegas
kapolda.
Selain itu, pemeriksaan rekaman
CCTV di seputar TKP (Jalan Teuku Umar) yang memungkinkan bisa merekam
detik-detik bentrokan yang terjadi juga masih ditelusuri. Sementara, dari
hasil sweeping yang dibeberkan di
Polda Bali berupa 7 pucuk senjata api beserta 252 butir peluru, 320
senjata tajam, 68 benda tumpul, 6 dus miras, 200,23 gram sabu-sabu, 5 butir
ekstasi beserta 12 alat hisap alias bong, 133 handphone, 12 rompi
anti peluru, pohon ganja, serta enam kendaraan roda dua.
Ormas
Bawa Ratusan Sajam Datangi Polresta Denpasar
Setelah sempat diancam
oleh Kapolda Bali, Irjen Pol Sugeng Priyanto, ormas Baladika dan Laskar Bali
akhirnya menyerahkan ratusan senjata tajam ke Polresta Denpasar, Selasa
(22/12). Kedatangan para laki-laki berbadan gempal itu dikawal ketat
puluhan anggota Sabhara.
Penyerahan senjata tajam itu
sesuai kesepakatan damai di Polda Bali pasca bentrok kedua kubu ormas di Lapas
Kerobokan dan di Jalan Teuku Umar, Denpasar. "Ini sesuai kesepakatan
di Polda Bali. Saya minta ini yang terakhir dan tidak ada lagi
pertikaian," pinta Kapolresta Denpasar, Kombes Pol A A Made Sudana, di hadapan
kedua ormas.
Sudana berharap kedua ormas
tidak lagi melakukan pelanggaran hukum yang dapat merusak citra pariwisata
Bali secara keseluruhan. “Banyak wisatawan yang batal datang ke Bali karena
kondisi kemarin,” tegasnya.
Kombes Pol Sudana mengatakan,
perkelahian ormas yang terjadi Kamis (17/12) lberdampak psikis terhadap
masyarakat Bali pada khususnya dan turis wisatawan pada umumnya. Seluruh
jalanan sepi dan mencekam, tidak ada yang berani keluar rumah.
“Kalau begini terus, apalagi
yang bisa kita banggakan ? Saya mati-matian mengamankan wilayah dari ujung ke
ujung, tidur hanya setengah jam. Jadi, apa yang menjadi ranah kesepakatan
kemarin, saya sudah tahu. Kedua belah pihak juga sudah memegang kesepakatan.
Bagaimana, bisa dilaksanakan ?” tanya Sudana yang dijawab bisa oleh kedua kubu
ormas secara kompak.
Belum cukup sampai di situ.
Perwira melati tiga di pundak itu kembali meminta jangan sampai orang Bali
hanya bisa berucap tapi dalam pelaksanaannya tidak bisa. Kedua belah pihak
diharapkan tidak sungkan-sungkan berkoordinasi dengan aparat kepolisian. “Apa
yang terjadi di Laskar Bali dan Baladika, kami siap mewadahi. Artinya, kami
akan mencarikan solusinya. Apa yang menjadi titik permasalahan, mari kita
selesaikan bersama. Jangan hanya terjadi di puncaknya saja, tapi di bawah juga
kita harus saling koordinasi. Mari bersama-sama mengamankan Pulau Dewata ini,” pintanya.
Kalapas Dan KPLP Kerobokan Dicopot
Sunarto Bondan dicopot dari jabatannya
sebagai Kalapas Kelas II A Denpasar, menyusul bentrok ormas Baladika dan Laskar
Bali. Tidak hanya Sunarto, Kepala Pengamanan LP (KPLP), Wayan Agus Miarta, juga
bernasib sama.
Keduanya dinilai lalai menjalankan tugas
hingga terjadi kericuhan yang mengakibatkan dua orang narapidana tewas. Selanjutnya
Sunarto dan Wayan Agus Miarta berkantor di Kanwil Kemenkumham Bali sekaligus
untuk memperlancar proses pemeriksaannya.
Pencopotan Kalapas Kerobokan itu dibenarkan
Kepala Divisi Pemasyarakatan Kemenkumham Kanwil Bali, Nyoman Putra Surya
Atmaja. "Kalapas Kerobokan, Sunarto, sudah kita lepas dari jabatannya
dan penggantinya Kalapas Karangasem, Kusbiyantoro,"
ucapnya.
Sekadar diketahui, Sunarto baru sekitar dua
bulan menjabat Kalapas Kerobokan menggantikan Sudjonggo. Sunarto akan pensiun
pada Maret 2016 mendatang. Sunarto kepada wartawan menyatakan siap
menghadapai proses pemeriksaan. “Ya, saya memang diganti dan bagi saya sebagai
bawahan wajib mengamankan kebijakan atasan. Ini resiko tugas,” ujarnya.
Giliran Kakanwil Kemenhum dan HAM Bali Terancam Dicopot
Sekretaris
Komisi I DPRD Provinsi Bali, Dewa Nyoman Rai, mengapresiasi pencopotan Kalapas
Kelas II A Kerobokan, Sunarto Bondan, dari jabatannya.
Pencopotan
Sunarto dpada Minggu (20/12) itu merupakan buntut dari kerusuhan yang terjadi 17
Desember 2015. Dua narapidana tewas dan dua lainnya terluka. Selain itu, juga
ditemukan berbagai jenis senjata tajam, senjata api dan pohon ganja di LP
terbesar di Bali tersebut. "Sudah tepat Kalapas Kerobokan itu
dicopot," tegas Dewa Rai di Denpasar, Selasa (22/12).
Kendati
demikian, Dewa Rai menilai pihak yang bertanggung jawab atas persoalan di Lapas
Kerobokan tak hanya kalapas-nya. Anggota Fraksi PDIP ini menegaskan, Kepala
Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM (Kakanwil Kemenhum dan HAM) Bali,
Sulistiono, dan Kepala Divisi Pemasyarakatan Kanwil Kementerian Hukum dan HAM
Bali Bali, Nyoman Putra Surya Atmaja, juga harus bertanggung jawab.
Ia bahkan
mendesak kedua pejabat itu pun dicopot dari jabatannya. "Mereka itu juga
harus dicopot dari jabatannya. Mereka tak bisa 'cuci tangan' dari berbagai
persoalan lapas di Bali," tegasnya.
Politisi vokal
asal Buleleng ini melanjutkan, temuan senjata tajam tak hanya ada di Lapas
Kerobokan. "Di lapas lain di Bali juga ditemukan senjata tajam. Seharusnya
itu tak boleh terjadi. Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Provinsi Bali gagal
membenahi lapas di Bali. Tak bisa kesalahan itu dibebankan kepada kalapasnya
saja. Mereka juga harus bertanggung jawab," ujarnya.
Lebih lanjut
Dewa Rai berharap tak ada lagi kerusuhan di lapas. Ia juga berharap, petugas lapas
bekerja dengan baik untuk mencegah masuknya senjata tajam, senjata api maupun
narkoba ke lapas. Karena itu, ia mendorong petugas lapas menggandeng aparat
kepolisian untuk melakukan razia rutin di lapas.
"Misalnya
razia sekali sebulan. Itu rutin dilakukan. Itu sebagai tindakan preventif
mencegah masuknya barang-barang berbahaya tersebut ke lapas. Saya yakin, jika
itu rutin dilakukan maka tidak akan ditemukan lagi senjata tajam, senjata api
dan narkoba di lapas," pungkas Dewa Rai.
Dewan Usulkan Relokasi Lapas Kerobokan Ke Tianyar
Wacana untuk
merelokasi Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kerobokan terus bergulir beberapa
tahun terakhir, terutama setiap terjadi bentrokan antara narapidana di lapas
terbesar di Pulau Dewata itu. Wacana ini diangkat lantaran Lapas Kerobokan dinilai
sudah over kapasitas. Pasca bentrokan antara penghuni Lapas Kerobokan
beberapa waktu lalu, wacana ini pun kembali muncul. Hanya saja sama seperti
pengalaman sebelumnya, setiap kali wacana ini digulirkan justru pada akhirnya
sulit direalisasikan. Kalaupun ada tindak lanjut, rata-rata hanya sebatas
merenovasi bangunan yang ada.
Menariknya, di
tengah pesimisme akan terealisasinya relokasi Lapas Kerobokan ini, DPRD
Provinsi Bali justru memberikan dukungan atas wacana tersebut. Bahkan, Ketua
Komisi III DPRD Provinsi Bali, Nengah Tamba, mengusulkan agar lapas baru
dibangun di wilayah Karangasem.
"Komisi III
DPRD Provinsi Bali yang membidangi pembangunan, mendukung rencana relokasi
Lapas Kerobokan dan kami mengusulkan agar lapas penggantinya dibangun di
Kabupaten Karangasem dan bisa memilih daerah yang paling tertinggal seperti
Tianyar, yang kering dan tandus,” kata Tamba di Denpasar, Rabu (23/12).
Karangasem
dipilih sebagai lokasi pembangunan lapas, karena selama ini daerah Bali timur
ini selalu disebut jauh tertinggal, dengan tingkat kemiskinan yang tinggi.
Menurut Tamba, jika lapas dibangun di Tianyar, Karangasem, maka akan membawa multiplayer efek. "Itu akan
berpengaruh pada geliat ekonomi masyarakat setempat," tandas politisi asal
Jembrana itu.
Tianyar, kata
dia, merupakan daerah yang kering dan tandus. Bahkan selama ini, Desa Tianyar
disebut-sebut sebagai pemasok gelandangan dan pengemis (gepeng) ke Kota
Denpasar. "Dengan dibangunnya lapas di sana, kami yakin akan memberikan
dampak pada pembangunan masyarakatnya, termasuk perputaran ekonominya akan
lebih hidup," tandasnya.
Selain hal itu,
disebutnya Karangasem memiliki aura magis yang sangat tinggi. Dengan aura magis
tersebut diharapkan akan membawa pengaruh positif terhadap para narapidana
untuk bisa lebih sadar, misalnya menjalani hukumannya dengan baik termasuk bisa
membaca kitab-kitab suci sesuai keyakinannya di tengah-tengah menjalani
hukuman.
"Para napi
bisa mengikuti latihan dan bimbingan, jauh dari kebisingan, jauh dari pengaruh
ibu kota, apalagi pengaruh glamornya pariwisata di Badung dan Denpasar. Selesai
dari pembinaan, para napi ke luar dari lapas bisa kembali bermasyarakat dan
bisa berubah menjadi lebih baik dan berguna bagi masyarakat,” kata Tamba.
Terkait besarnya
biaya yang dibutuhkan untuk relokasi lapas, Tamba mengaku, hal tersebut bisa
diperjuangkan ke pusat. "APBN yang ribuan triliun jumlahnya, tidaklah
mungkin tidak bisa membangun lapas yang representatif. Dan, buktinya, Lapas
Kerobokan sudah tidak memenuhi syarat untuk menampung ribuan napi," kata Anggota
Fraksi Partai Demokrat DPRD Provinsi Bali ini.
Idealnya, kata
dia, Lapas Kerobokan hanya menampung 300 narapidana. Sementara saat ini sekitar
1.000 narapidana yang menghuni lapas tersebut. "Dengan kondisi ini diharapkan
pembangunan lapas yang baru secepatnya bisa terealisasi dan bukan jadi wacana
dan wacana saja," ujar Tamba.
Tak
jauh berbeda dilontarkan Anggota Komisi III DPRD Provinsi Bali, Ketut Kariyasa
Adnyana. Menurutnya, wacana pembangunan lapas baru itu sudah bergulir sejak
lama. Bahkan pernah mengemuka usulan agar lapas baru ini dibangun di Nusa
Penida atau di Bangli. Sayangnya, wacana ini tak direspon masyarakat Nusa
Penida. Padahal, Kabupaten Klungkung sendiri sudah memiliki rencana untuk pengembangan
Nusa Penida sebagai kawasan wisata, khususnya wisata spiritual. "Nusa
Penida adalah telur emasnya Klungkung, dan sewaktu-waktu akan menetas yang bisa
mensejahterakan masyarakat Klungkung,” pungkasnya. (Rie) web majalah fakta / majalah fakta online
No comments:
Post a Comment