Jelang Munaslub, Golkar Bali Kembali Terbelah
Dewa Made Widiasa Nida |
PERBEDAAN sikap dua kubu Partai Golkar di Provinsi Bali kembali menyeruak
menjelang perhelatan Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) Partai Golkar yang
akan digelar beberapa bulan mendatang.
Penyebabnya adalah soal siapa yang sah menjadi
peserta Munaslub. Meski hasil rapat pleno DPP Partai Golkar hasil Munas Riau,
Sabtu (20/2), memutuskan bahwa peserta Munaslub Partai Golkar adalah para
perwakilan ketua dan sekretaris DPD I dan DPD II Partai Golkar hasil Munas Riau
se-Indonesia. Namun, di internal Partai Golkar Provinsi Bali ada perbedaan dalam
menafsirkan keputusan tersebut.
Kader Golkar asal Klungkung, Dewa Made Widiasa
Nida, mengakui bahwa peserta Munaslub adalah para pengurus DPD I dan DPD II
hasil Munas Riau se-Indonesia. Hanya saja, untuk peserta Munaslub yang mewakili
DPD I dan DPD II Partai Golkar di Provinsi Bali, loyalis Agung Laksono ini
berpandangan lain. Menurut dia, pengurus DPD I Golkar Bali yang baru saja
dilantik Aburizal Bakrie pada 14 Februari lalu tak bisa menjadi peserta
Munaslub.
"Para peserta adalah ketua dan sekretaris
DPD I dan DPD II hasil Munas Riau. Bukan pengurus yang dilantik hasil Musda
Sanur lalu. Itu adalah kepengurusan Partai Golkar hasil Munas Bali, dan kami
tidak pernah mengakuinya. Walaupun yang melantik adalah langsung ketua umum
Aburizal Bakrie yang notabene ketua umum hasil Munas Riau dan Bali. Jadi, kalau
mengacu pada Riau, maka untuk di Bali, ketuanya Pak Sudikerta dan sekretarisnya
Bu Sriwigunawati, bukan Pak Nyoman Sugawa Korry. Pak Sugawa Korry dalam hal ini
memiliki kapasitas sebagai Ketua DPD II Golkar Buleleng," tegas Dewa Nida
belum lama ini.
Ia melanjutkan, pada Munaslub mendatang dirinya
hadir sebagai peserta dalam kapasitas sebagai Ketua DPD II Partai Golkar Kabupaten
Klungkung, bukan sebagai Sekretaris DPD I Partai Golkar Provinsi Bali hasil
Munas Ancol. Dewa Nida sebelumnya telah dipecat dari jabatannya karena
mendukung Munas Ancol.
"Jadi, dengan begitu sangat jelas, bukan
nanti aturannya peserta hasil Munas Riau tapi yang datang peserta hasil Munas
Bali atau Munas Ancol. Kalau itu terjadi, maka induknya kambing anaknya itik.
Ini akan jadi aneh," katanya.
Dewa Nida menghimbau semua pihak menghormati
hasil keputusan rapat dan tidak menggunakan aturan main sendiri. "Tujuan
perpanjangan Munas Riau oleh Menkumham sendiri adalah untuk mempersiapkan Munas
dan menyelenggarakan Munas, dan bukan untuk menyalahgunakan SK perpanjangan itu
dengan menjabarkan SK sesuai kehendak sendiri-sendiri," tegasnya.
Ia menambahkan, dengan tetap mengacu pada aturan
itu, Munaslub pasti akan berjalan kondusif dan demokratis.
Dikonfirmasi terpisah, Sekretaris DPD I Partai
Golkar Provinsi Bali, I Nyoman Sugawa Korry, menegaskan, peserta Munaslub
adalah perwakilan pengurus DPD I dan DPD II Partai Golkar se-Bali hasil Musda
Golkar Bali yang beberapa pekan lalu telah dilantik langsung oleh Aburizal
Bakrie.
"Kepengurusan Riau itu adalah yang kemarin
(14 Februari 2016) dilantik. Jadi, mereka yang nantinya sah mengikuti karena
yang melantik langsung adalah Pak ARB selaku Ketum dan Pak Idrus Marham selaku
Sekjen," katanya.
Sugawa Korry tak sependapat jika pengurus DPD I
Golkar Bali yang baru dilantik itu disebut sebagai pengurus hasil Musda yang
mengacu pada Munas Bali. "Kami sudah tidak lagi mengenal Munas Bali maupun
Munas Ancol, sehingga Musda kemarin adalah produk Munas Riau dan dilantik oleh
ketum hasil Munas Riau, dan itu sudah diakui," tegasnya.
Sugawa Korry melanjutkan, jika masih ada
pihak-pihak yang merasa kecewa karena tidak diakomodir dalam
kepengurusan, persoalan itu akan dibahas usai Munaslub. "Sekali lagi kalau ada yang masih
merasa belum terakomodir, maka nanti selesai Munaslub akan kami carikan waktu
untuk bertemu dan membahas rekonsiliasi. Kami sendiri sampai sekarang belum
menerima seperti apa mekanisme rekonsiliasi dari DPP," ujarnya.
Karena itu, agar tidak lagi memicu polemik,
Sugawa Korry menghimbau semua pihak untuk sama-sama bersabar. "Kami
menghimbau kawan-kawan untuk bersabar dan berhenti dulu. Jangan memicu polemik,
dan kalaupun soal rekonsiliasi, mari sama-sama untuk merujuk pada mekanisme
dari DPP," pungkas Sugawa Korry. (Tim) web majalah fakta / majalah fakta online
No comments:
Post a Comment