Demi Masa Depan,
“Nanda” Rela Jalan Kaki 4 Km
Nanda Pratama saat
jalan kaki 4 km lewat hutan yang sepi ke sekolah.
|
NASIB siswa yang bernama Nanda Pratama (11), putra
dari Hermawanto yang sekarang duduk di bangku Kelas IV Sekolah Dasar Filial
Kelas Jauh Dusun VI Sridamai SD Negeri
Induk Penuduan Desa Suka Damai, Kecamatan Tungkal Jaya, perlu perhatian dari
pemerintah. Karena anak seusia Nanda yang sanggup bersekolah dengan jalan kaki
melalui hutan kurang lebih 4 km, bahkan dengan biaya sendiri hasil dari menjual
sayur-sayuran, ini memang wajib dibantu.
Setiap
harinya Nanda menuju sekolah tak kenal lelah, padahal jalan yang ditempuh
mencapai kurang lebih 4 kilometer dari kediamannya. Di samping menempuh jalan
berlumpur, jalan tersebut jarang dilalui penduduk alias sepi. Meskipun nasibnya
kurang beruntung seperti anak-anak lain yang kedua orangtuanya mampu
menyekolakan, namun Nanada dengan sepatu bututnya dijinjing tetap nekad
berjalan kaki demi mengejar cita-citanya sebagai anak bangsa. Bahkan yang lebih memprihatinkan lagi,
anak usia 11 tahun ini mampu membantu orangtuanya sambil sekolah, yaitu
berjualan sayur-mayur hasil dari tanamannya sendiri.
Orangtuanya
hidup dari hasil bertani yang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari pun tidak
cukup, apalagi untuk menyekolahkan Nanda jelas tidak mampu. Dengan demikian Nanda
terpaksa sekolah dengan biaya sendiri.
Hasil
tim investigasi Aliansi LSM & Ormas Bersatu Sumsel Kabupaten Musi Banyuasin,
Sujarnik didampingi Malaka di lapangan beberapa waktu lalu, membenarkan adanya
anak usia 11 tahun mampu bersekolah dengan kondisi yang memprihatinkan
tersebut. Saat berbincang dengan Nanda di sekolahnya, Nanda membenarkan kalau
dia sekolah berjalan kaki dengan jarak tempuh setiap hari kurang lebih 4 km. Itu
pun berjalan kaki, tidak jarang pada saat berangkat sekolah kehujanan, untuk mengatasi
itu Nanda membukus pakaiannya dengan katong plastik (asoy).
“Ini
tidak boleh dibiarkan, kita harus prihatin terutama pemerintah daerah harus
turun tangan, apalagi undang-undang sudah mengatur tentang para fakir-miskin
dan anak telatar. Dan ini juga menjadi tanggung jawab pihak sekolah karena
program pemerintah sudah ada dana untuk membantu anak-anak yang seperti ini. Jika
ini dibiarkan jelas menyalahi aturan dan peraturan, artinya kepala sekolah
tidak pernah melihat dan mengetahui muridnya masing-masing. Kan sudah ada dana
Bantuan Operasional Sekolah (BOS), di situ jelas kalau anak-anak seperti Nanda
ini bisa dibantu dengan dana itu,” ungkapnya.
Dari
keterangan salah seorang guru SD Filial Kelas Jauh Desa Suka Damai, Kecamatan
Tungkal Jaya, Kabupaten Muba, yang enggan namanya disebutkan bahwa Nanda
Pratama, siswa kelas 4 SD ini, selalu datang terlambat. Kalau waktu ujian
pernah datangnya sampai jam 09.00 Wib. “Namun masih kami persilakan ikut
belajar. Meski demikian siswa ini tidak pernah tidak masuk sekolah (rajin). Karena
itu kami dapat memaklumi keadaanya setiap hari berangkat bersekolah dengan
berjalan kaki sepanjang kurang lebih 4 km, tidak pernah diantar oleh orangtuanya.
Terkadang di waktu panen sayur ia pun berangkat sekolah sambil berjualan sayur
untuk membantu orangtuanya. Sebenarnya kami guru-guru di sini prihatin terhadap
siswa ini,” ungkapnya.
Di tempat terpisah, Gunawan (38), warga setempat
mengatakan, sebenarnya banyak juga anak murid SD di sini jarak rumahnya ke
sekolah jauh. “Namun sering kita bantu untuk mengantarnya dengan motor. Tapi
kalau yang paling jauh seperti Nanda itu kurang lebih 4 km selalu berjalan kaki
sendirian, bahkan jalan yang dilalui itu melewati hutan yang sepi. Kita juga
merasa kagum karena dia tetap sekolah dan rajin meskipun keadaannya sulit,” ujarnya. (F.972) web majalah fakta / majalah fakta online
No comments:
Post a Comment