Ajak Warga Surabaya Stop “Nyampah” Plastik
Walikota Surabaya, Tri Rismaharini, saat teleconference
dengan Menteri LH, Siti Nurbaya.
|
WARGA Kota Surabaya
diimbau untuk mengurangi dan menghindari penggunaan plastik semaksimal mungkin.
Salah satu cara adalah dengan membawa tas kantong sendiri (reusable bag) ketika berbelanja. Ini karena penggunaan plastik
sekarang ini sudah sangat tinggi sementara sampah plastik sangat sulit terurai.
Dibutuhkan waktu 100 tahunan agar sampah plastik terurai.
Imbauan tersebut disampaikan Walikota
Surabaya, Tri Rismaharini, di Taman Bungkul, Minggu (21/2) sesuai melakukan teleconference dengan Menteri Lingkungan
Hidup, Siti Nurbaya, bertepatan dengan launching
Gerakan Indonesia Bersih Sampah 2020. Selain dengan Walikota Surabaya, Menteri
LH juga melakukan teleconference
dengan Walikota Bandung, Walikota Balikpapan dan Walikota Makassar.
Walikota Tri Rismaharini didampingi Wawali
Whisnu Sakti Buana, Kepala Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya, Musdiq Ali
Suhudi, dan Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya, Chalid Buchari,
juga beberapa masyarakat dan pelajar yang peduli sampah serta komunitas Tunas
Hijau.
Dalam teleconference
bersama Menteri Lingkungan Hidup, Siti Nurbaya, tersebut Walikota Tri
Rismaharini menyampaikan bahwa warga di Surabaya, termasuk anak-anak sekolah,
selama ini sudah melakukan pengelolaan lingkungan dan daur ulang sampah. “Oleh
anak-anak, sampah plastik didaur ulang, digunakan sebagai aksesori dan baju
daur ulang yang dipakai pagi ini,” ujar walikota.
Mendengar hal itu, Menteri LH, Siti Nurbaya,
mengatakan, Surabaya dan Walikota Tri Rismaharini selama ini telah memiliki
reputasi bagus dalam hal pengelolaan lingkungan. Karenanya, ia meyakini,
Surabaya akan mampu menjadi kota terdepan dalam hal pengelolaan lingkungan.
“Kita semua tahu, Bu Risma adalah ibunya lingkungan. Kita percaya Surabaya
dengan inovasi dari Bu Risma dan kerja keras warganya serta kreativitas
anak-anaknya, akan bisa bersih dari sampah,” ujar Menteri LH.
Batasi Plastik Lewat
“Plastik Berbayar”, Belanja Bawa Tas Sendiri
Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, jelas Walikota Tri Rismaharini, sebenarnya sudah
mulai tahun lalu melakukan kampanye antiplastik. Melalui Badan Lingkungan Hidup
(BLH) Kota Surabaya, kampanye tersebut rutin digelar di Car Free Day.
“Saya minta BLH kampanye antiplastik karena
saya lihat penggunaan plastik sudah luar biasa. Kalau tidak ada gerakan yang
masif, maka kita akan kesulitan mengendalikan karena plastik terurainya 100
tahun. Kita semua harus bergerak. Kita sepakat mengurangi plastik semaksimal
mungkin,” jelas walikota yang pernah menjabat Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan
(DKP) Surabaya ini.
Nah, mulai hari Minggu (21/2/2016), Surabaya
menjadi satu dari 22 kota di Indonesia yang akan menerapkan “plastik berbayar”.
Artinya, jika kita membeli barang di supermarket atau minimarket, maka kita
harus mengeluarkan uang lagi jika ingin memakai kantong plastik. Tujuannya
adalah untuk memunculkan kesadaran agar tidak terus-terusan “nyampah” plastik.
Agar kita berbelanja membawa kantong sendiri dari rumah. Untuk di Surabaya,
harga per plastik adalah Rp 200.
Menurut
Bu Risma - sapaan Walikota Tri Rismaharini, poin pentingnya sebenarnya
bukan pada murah atau mahal. Tetapi untuk melatih disiplin warga agar tidak
memakai kantong plastik. Bu Risma meyakini gerakan masif untuk mengurangi sampah plastik itu akan berhasil di Surabaya.
“Sebetulnya yang penting adalah pesannya. Bukan soal murah atau mahal. Saya
yakin warga Surabaya cerdas. Kalau nggak, kotanya nggak bisa seperti ini. Saya
kalau beli (belanja), nggak mau plastik. Saya lepas saya kasihkan lagi ke dia. Saya
bawa tas sendiri. Minimal kan pemakaian plastik berkurang di saya. Dan saya
yakin, masyarakat Surabaya pasti bisa,” jelas Bu Risma.
Walikota menambahkan, pemkot juga gencar
melakukan sosialisasi ke pasar dan pedagang kaki lima (PKL) yang selama ini
masih menggunakan bahan plastik dalam berjualan, seperti penjual cilok (pentol),
penjual es dan juga penjual gorengan. Sementara untuk sampah di pasar, di
beberapa pasar volume sampahnya sudah turun. “Di Surabaya, sampah yang masuk ke
TPA relatif turun. Sampahnya tidak naik meski pertumbuhan ekonominya naik. Ini
karena jumlah sampah kita kelola dari sumbernya. Untuk sampah plastik didaur
ulang,” jelas walikota yang semasa SMA pernah menjadi atlet lari ini.
Kepala BLH Kota Surabaya, Musdiq Ali Suhudi,
mengatakan, untuk plastik berbayar Rp 200 di Surabaya, akan terus dipantau
bagaimana efektivitasnya hingga 5 Juni mendatang. Apalagi, jelas Musdiq, dasar
program ini baru mengacu pada Surat Edaran (SE) menteri, belum Peraturan
Menteri (Permen). “Selama itu, dari pemkot maupun kementerian pusat ada feed back dan evaluasi. Kalau Permen keluar,
aturannya lebih rinci. Tapi yang penting sambil jalan, gaungnya dulu,
masyarakat tahu,” jelas Musdiq.
Menurut Musdiq, yang terpenting sebenarnya
bukan masalah plastik berbayar atau tidak bayar. Dia berharap ke depan tidak
ada lagi penggunaan plastik tetapi semua sudah memakai kertas atau kain.
Kalaupun plastik, harus yang ramah lingkungan. Termasuk penggunaan paper bag di supermarket dan juga minimarket.
“Sekarang ini karena plastik produksinya luar biasa banyak, maka harganya
murah. Sementara paper bag kan masih
sedikit. Kalau nanti volume produksinya besar, otomatis ongkos produksinya pun
akan turun,” jelas Musdiq. (Rilis) web majalah fakta / majalah fakta online
No comments:
Post a Comment