Tak Beli Hasil
Listrik PLTS Di Bali, PLN Dinilai Diskriminatif
Nyoman Gede Suweta |
FORUM Paguyuban Merah Putih Bali (FPMPB) menuding
kebijakan PT PLN diskriminatif terhadap Bali karena tak mau membeli hasil
listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Bali. Ini sangat berbeda
dengan listrik sebesar 5 MWp yang dihasilkan PLTS Desa Oelpuah, Kupang, Nusa
Tenggara Timur. Proyek PLTS yang dibangun PT Len Industri dan pengoperasiannya
diresmikan oleh Presiden Joko Widodo itu bahkan dibeli PT PLN dengan harga US
25 sen per KWh.
“Kami
di Bali mempertanyakan kebijakan PLN ini. Kami sesalkan, karena ada kesan PLN
justru diskriminatif," kata tokoh FPMPB, Nyoman Gede Suweta, di sela-sela
diskusi energi yang digelar FPMPB di Denpasar, Selasa (15/3).
Ironisnya,
lanjut Suweta, belum lama ini, Bali menjadi tuan rumah pelaksanaan Bali Clean Energy Forum (BCEF). Dalam
forum yang dibuka secara resmi oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla itu juga
diluncurkan Bali sebagai Clean Energy
Center of Excellence (CoE) atau Pusat Keunggulan Energi Bersih Indonesia
kepada masyarakat internasional.
Namun,
pelaksanaan BCEF 2016 serta peluncuran CoE ini, justru tak dibarengi dengan
kebijakan energi yang memihak Pulau Dewata. Pasalnya, bersamaan dengan
peluncuran Bali sebagai Pusat Keunggulan Energi Bersih Indonesia, kebijakan PT
PLN di bidang kelistrikan malah terkesan diskriminatif bagi Bali.
Ketua
Gerakan Pemantapan Pancasila (GPP) Bali ini bahkan mengaku sangat kecewa,
karena harga jual yang disodorkan di Bali justru hanya US 20 sen per KWh.
"Kita jual dengan US 20 sen, PLN tidak mau. Giliran di Kupang dijual US 25
sen, PLN justru mau. Ada apa ini ?" berang Suweta.
Ia
pun mendesak Gubernur Bali, Made Mangku Pastika, untuk segera berkomunikasi
dengan PT PLN terkait kebijakan yang diskriminatif ini. "BCEF 2016 digelar
di Bali. CoE juga diluncurkan di Bali. Tetapi kebijakan PLN malah seperti ini
kepada Bali. Ini jelas sangat kontradiktif,” tegas Suweta, yang juga mantan
Wakapolda Bali.
Hal
tak jauh berbeda juga dilontarkan Pembina FPMPB, Putera Astaman, di sela-sela
diskusi tersebut. Ia mendorong agar PT PLN bisa bersikap adil terkait kebijakan
di bidang kelistrikan. Putera Astaman juga menyampaikan bahwa berangkat dari
peristiwa ini FPMPB ingin menjadi yang terdepan dalam membangkitkan bisnis PLTS
di desa-desa di Pulau Dewata. “Bali sudah didaulat sebagai Pusat Keunggulan
Energi Bersih Indonesia. Merespon ini kami coba galakkan Gerakan 1.000 PLTS di
Bali,” ucapnya.
Dengan
gerakan ini, FPMPB menginginkan minimal 250 MW dihasilkan PLTS dari desa-desa
di Bali. “Kita ingin agar listrik dari PLTS itu dibeli PLN. Itu diharapkan
membantu upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat kita di desa,"
pungkas Putera Astaman. (Tim) web majalah fakta / majalah fakta online
No comments:
Post a Comment