PEMKOT SURABAYA APRESIASI SISWA PENDIDIKAN
KHUSUS
“Anak-anak
ini luar biasa. Karena itu ibu-ibu jangan berkecil hati”
|
PEMERINTAH Kota (Pemkot) Surabaya memiliki
perhatian besar terhadap anak-anak dengan pendidikan khusus yang ada di Kota
Pahlawan. Adanya perhatian besar itu terbaca dari rencana Pemkot Surabaya untuk
menaikkan anggaran pendidikan khusus/pendidikan inklusi bagi anak-anak khusus
tersebut. Rencana tersebut disampaikan Walikota Surabaya, Tri Rismaharini,
ketika menghadiri acara apresiasi siswa pendidikan khusus di Balai Pemuda pada
Minggu (23/8).
Di
hadapan para orangtua yang memiliki anak-anak berpendidikan khusus juga para
guru yang sehari-hari bekerja penuh dedikasi di sekolah inklusi, Walikota Tri
Rismaharini menyebut akan mengajukan usulan di Perubahan Anggaran Khusus (PAK)
untuk pendidikan anak-anak tersebut.
Acara
tersebut juga dihadiri Sekretaris Kota (Sekkota) Surabaya, Hendro Gunawan,
Asisten IV Sekkota Surabaya, Eko Haryanto, Kepala Dinas Pendidikan Kota
Surabaya, Ikhsan, Ketua Komisi D DPRD Surabaya, Agustin Poliana, juga Ketua
Dewan Pendidikan Surabaya, Martadi.
“Saya
ajukan usulan di PAK untuk pendidikan anak-anak inklusi ini, juga untuk
menambah pendapatan guru inklusi. Karena tugas mereka (guru-guru sekolah inklusi)
lebih berat,” tegas walikota yang lantas disambut tepuk tangan orangtua dan
guru yang hadir.
Walikota
juga berpesan agar para orangtua yang memiliki anak berkebutuhan khusus agar tidak
berkecil hati. Menurut walikota, anak-anak tersebut sempurna. Kalaupun ada yang
melihat mereka berbeda, anak-anak itu pun juga menganggap orang lain berbeda.
“Anak-anak ini luar biasa. Karena itu ibu-ibu jangan berkecil hati. Kita
mendidik mereka seolah mereka biasa saja. Kita harus merasa tidak ada yang
beda. Mari bersama merawat anak-anak kita,” sambung salah satu walikota terbaik
dunia versi World Mayor Prize (WMP) ini.
Sementara
Ketua Dewan Pendidikan Kota Surabaya, Martadi, mengapresiasi positif rencana
Pemkot Surabaya untuk memberikan perhatian kepada pendidikan anak-anak inklusi
di kota yang telah berusia 722 tahun ini. Menurut Martadi, kebutuhan pendidikan
anak-anak berkebutuhan khusus memang berbeda dengan anak-anak lainnya.
“Kalau
untuk anak biasa, 30 anak bisa ditangani satu guru. Tapi kalau untuk anak
inklusi, satu guru bisanya menangani lima anak. Dari sisi itu, jelas kebutuhan
anggaran pendidikan anak-anak ini lebih besar. Itu belum kebutuhan alat peraga
dan media peraga pengembangan minat khusus seperti kesenian atau elektro.
Memang mahal, tapi harus mulai dialokasikan,” jelas Martadi.
Yang
masih menjadi pekerjaan rumah, sambung Martadi, di Surabaya belum ada banyak
guru yang memiliki latar belakang menangani anak-anak inklusi. Sementara, untuk
menjadi guru di sekolah inklusi, dibutuhkan tingkat ketelatenan yang berbeda
dibanding sekolah pada umumnya. “Karena itu, gurunya kadang merasa kewalahan.
Solusinya adalah dengan memberikan pelatihan kepada guru-guru di sekolah biasa.
Karena mengajar di sekolah inklusi itu sangat berbeda. Selain butuh
ketelatenan, juga diperlukan strategi belajar yang berbeda. Guru-gurunya harus
lebih kreatif,” ujarnya.
Martadi
menambahkan, untuk pencapaian pendidikan inklusi di Surabaya, ada kecenderungan
setiap tahunnya naik. Hal itu bisa mengacu pada bertambahnya jumlah anak-anak
inklusi yang disekolahkan. Maknanya, sambung Martadi, orangtua yang sebelumnya
bila memiliki anak berkebutuhan khusus cenderung disembunyikan, kini lebih
terbuka.
“Ke
depan, kita perlu lebih mendorong supaya orangtua memiliki kesadaran agar
anak-anak berkebutuhan khusus ini disekolahkan. Ini penting. Bila orangtua kini
sudah memiliki kesadaran, pemkot tinggal menyiapkan fasilitas dan sarana untuk
mengakomodir kepentingan anak-anak ini,” sambung pakar pendidikan dari
Univesitas Negeri Surabaya ini.
Seusai
menyanyikan beberapa lagu bersama puluhan anak-anak di atas panggung dengan
iringan “suara emas” dan juga permainan keyboard menawan dari Kiki - salah satu
anak inklusi beprestasi, walikota lantas mendatangi beberapa stan yang menampilkan
kreasi siswa berpendidikan khusus. (Rilis) web majalah fakta / majalah fakta online
No comments:
Post a Comment