Simeulue :
Kodim 0115 Simeulue Gelar Siraturahmi Toleransi Umat Beragama
PARA tokoh lintas agama bersama unsur muspida dan sejumlah
unsur organisasi masyarakat (ormas) keagamaan di Kabupaten Simeulue sepakat
menjaga kondusifitas wilayah di Kabupaten Simeulue. Diharapkan kesepakatan itu
bisa mengantisipasi kemungkinan terjadinya konflik di tengah masyarakat,
terutama konflik yang menyangkut SARA. Acara yang digelar bertepatan dengan Hari
Raya Idul Fitri 1436 Hijriyah dan diprakarsai oleh TNI - Polri dan Pemda Kabupaten
Simeulue tersebut merupakan momentum untuk menggugah toleransi antarumat
beragama.
Komandan
Komando Distrik Militer (Dandim) 0115 Simeulue, Letkol Kav Muhammad Syarifudin,
dalam sambutan acara silaturahmi yang digelar di Makodim 0115 Simeulue Desa Amiteng,
Kecamatan Simeulue Timur, Kabupaten Simeulue, mengharapkan toleransi umat
beragama dapat ditingkatkan, menyusul keprihatinan atas peristiwa yang terjadi
di Tolikara, Papua.
"Melalui
silaturahmi kita tingkatkan toleransi dan kerukunan antarumat beragama di Kabupaten
Simeulue agar semua umat beragama merasa nyaman dan aman dalam melaksanakan
ibadahnya masing-masing," pinta Syarifudin.
Turut
hadir dalam acara tersebut Wakil Bupati Simeulue, Hasrul Edya SSos, MAP, Ketua
DPRK Simeulue, Murniati SE, Dan Lanal Simeulue, Letkol Elfandi, Kapolres
Simeulue, AKBP Edi Bastari, perwakilan Kajari Simeulue, Kakanmenag, Hj Mirati
AM, Kepala Kesbangpolinmas, Drs Kusmayadi MM, Ketua Forum Komunikasi Umat
Beragama (FKUB) Simeulue, Azharuddin Agur SPd.
Selain
itu turut juga hadir sejumlah tokoh ulama, masyarakat, organisasi sosial dan
tokoh agama Islam hadir Ustadz Tarjri Lubis, Mucsin Raf SAg, Ustadz Sabunasir,
Heriansya LC dan sejumlah ustadz lainnya serta dari perwakilan pendeta
Protestan di Simeulue, Anderson, Rum Royan Siagian, Agustinus Nainggolan Yan
Saragih, dan Robert Saragih. Serta tokoh muda Simeulue, Rahmad SH, Jumari ST,
Dodi, dan Herman Hidayat.
Kapolres
Simeulue, AKBP Edi Bastari, menghimbau agar mempererat tali silaturahim
antarumat beragama. Terkait peristiwa yang terjadi di Tolikara, Papua, adalah
perbuatan yang sangat menyayat hati umat muslim dan melanggar hukum. Menurutnya,
hubungan baik, saling menghormati dan menghargai di Kabupaten Simeulue agar
tetap terus terjaga dan lebih ditingkatkan. Maka dari itu dia menegaskan
terkait peristiwa yang telah terjadi di daerah lain agar disikapi dengan kepala
dingin dan lapang dada, tidak dengan emosi. Hal ini merupakan upaya untuk mengantisipasi
kemungkinan munculnya kesalahpahaman dan konflik antarumat beragama.
Wakil
Bupati Simeulue, Hasrul Edyar SSos MAP, yang juga hadir dalam kesempatan
tersebut mengatakan, konflik berbau SARA yang terjadi di daerah lain diharapkan
tidak terjadi di Kabupaten Simeulue. Menurutnya, keberagaman agama dan etnis
justru harus menjadi kekuatan besar. Toleransi antarumat beragama harus tetap
dijaga.
Menurut
Ketua Forum Komunitas Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Simeulue, Azharudin Agur SPd,
selama ini toleransi antarumat beragama di Simeulue berjalan dengan baik dan
tidak ada konflik apa pun. Terkait peristiwa konflik di daerah lain, ia juga
berharap ke depan toleransi antarumat beragama lebih ditingkatkan lagi.
Senada
dituturkan oleh Ustadz Tarjri Lubis, Mucsin Raf SAg, Heriansya LC. Sementara
perwakilan jemaat Protestan Simeulue, Anderson, sangat menyesalkan peristiwa di
Tolikara. Dia berharap hubungan antarumat beragama yang selama sudah terjalin
dengan baik agar tetap terus dijaga. Sedangkan Rahmad SH meminta kepada
Kapolres, Dandim dan Danlanal serta kejaksaan yang memiliki struktur di pusat
agar menyampaikan pesan untuk mengusut tuntas dan menghukum para pelaku di
Tolikara serta membuka masalah ini secara terang kepada publik.
Demikan
halnya yang disampaikan Ustadz Sabunasir. Menurutnya, peristiwa tersebut adalah
kejahatan serius yang tidak bisa ditolerir. Namun ia meminta semua pihak menyepakati
bahwa di Simeulue tidak akan ada unsur balas dendam oleh umat muslim kepada umat
non muslim, mereka tidak akan diusik untuk hidup berdampingan di Kabupaten
Simeulue.
Danlanal Simeulue, Letkol Elfanda, juga berharap
peristiwa di Tolikara tidak terjadi di Simeulue. Pihak asing ingin memecah-belah persatuan yang sudah
terbina dengan rukun antarumat beragama di Indonesia hingga akhirnya Indonesia
hancur. “Karena itu sesama anak bangsa jangan mau diobok-obok," pungkas Elfanda.
Usai
acara silaturahmi dilanjutkan dengan makan bersama dan sholat Dzuhur bagi umat
muslim di mushola Makodim 0115 Simeulue. (Mohd
Azis) web majalah fakta / majalah fakta online
No comments:
Post a Comment