H Junaedi SE, Wakil Ketua Komisi D DPRD Kota Surabaya. (Foto: Ist) |
TERKAIT Ujian Nasional (UNAS) berbasis komputer, Komisi D akan tetap konsisten mendorong seluruh sekolah di Surabaya agar
siap dengan penyelenggaraan UNAS On Line melalui Diknas Kota Surabaya.
“Pasca pelaksanaan, nanti kami juga akan melakukan evaluasi
hasil UNAS On Line tersebut. Jika program ini bisa dianggap jangka panjang maka
Komisi D akan siap memback up
pengadaan sejumlah perangkat yang dibutuhkan seperti genset, laptop atau server
agar semakin membantu kenyamanan siswa,” kata Wakil Ketua Komisi D
DPRD Surabaya, H Junaedi SE, (7/4).
Seperti diketahui,
carut-marutnya
rencana UNAS On Line pada beberapa sekolah di Surabaya telah disikapi Komisi
D DPRD Surabaya. Komisi D meminta agar sekolah di Surabaya tidak memaksakan
diri untuk turut menyelenggarakan UNAS On Line atau CBT (Computer Base Test),
tetapi lebih berkonsentrasi kepada hasil UNAS para siswanya.
Hasil sidak yang dilakukan, Komisi D meminta agar Diknas
Surabaya membentuk tim khusus yang tugasnya memverifikasi kesiapan dan
persiapan sekolah terkait penyelenggraan UNAS On Line.
Sesuai laporan yang masuk di Komisi D, sebanyak 54 sekolah di
Surabaya mengaku siap untuk menyelenggarakan UNAS sistem on line atau lebih
lazim dengan istilah CBT (Computer Base Test). Adapun kriteria sekolah yang
bisa menyelenggarakan UNAS On Line harus mempunyai perangkat
yang sesuai dengan ketentuan. Di antaranya, CPU/prosesor minimal dual core dengan
speed 2,4 GHz, RAM minimal 4 giga, HDD SATA minimal 40 GB, 2 port ethernet
card. Sementara untuk server software, menggunakan sistem operasi Edubuntu
14.04, LTSP Enable dan tanpa root password. Serta harus memiliki konektivitas
internet yang baik.
Junaedi mengaku masih khawatir dengan kesiapan beberapa
sekolah, karena hasil sidak yang dilakukan memberikan kesan bahwa beberapa
sekolah masih memaksakan diri untuk menyelenggarakannya, sementara kesiapan
perangkat penunjangnya masih perlu dipertanyakan. “Persoalan ini memang
menimbulkan dikotomi di antara sekolah, saya hanya khawatir, ada beberapa
sekolah yang memaksakan diri untuk turut menyelenggarakan UNAS On Line hanya
karena faktor gengsi sekolah, sementara persiapan dan kesiapan penunjangnya
belum memadai. Karena saya juga mendapatkan info jika ada sekolah di Bandung yang
akhirnya mengundurkan diri lantaran merasa tidak benar-benar siap,” jelasnya.
Lebih lanjut, Junaedi berharap bahwa sekolah tidak
hanya disibukkan soal kesiapan dan persiapan penyelenggaraan UNAS On Line,
dan melupakan target hasil UNAS para siswanya. “Untuk apa hanya
disibukkan oleh persiapan dan kesiapan penyelenggaraan UNAS On Line, jika
ternyata hasil UNAS para siswanya jeblok. Karena sesuatu yang dipaksakan tentu
akan berakibat tidak baik dalam segala hal”.
Tidak hanya itu, Junaidi juga meminta kepada Diknas Kota
Surabaya sebagai stake holder untuk
membentuk tim verifikasi yang memberikan penilaian atas kesiapan masing-masing
sekolah terkait penyelengaraan UNAS On Line. “Harusnya diknas
membentuk tim khusus verifikasi terkait kesiapan sekolah terhadap
penyelenggaraan UNAS On Line, karena di samping hal ini merupakan hal yang baru
dan pertama kali dilaksanakan, juga akan bisa mengantisipasi secara dini
terhadap kemungkinan terjadinya insiden saat pelaksanaannya. Karena, jika
tidak, maka saya menangkap adanya kesan lempar tanggung jawab. Pasalnya, jika
terjadi sesuatu akan menjadi tanggung jawab sekolah masing-masing, lantas di
mana peran diknas ?” tegasnya. (Tim) web majalah fakta / majalah fakta online
No comments:
Post a Comment