Tuesday, June 16, 2015

ADVETORIAL : 1.000 Lampion, Pawai Budaya Sampai Mobil Hias Warnai HUT Surabaya Ke-722

Festival Sungai Kalimas dan Festival Rujak Uleg 
Hari Jadi Kota Surabaya Ke-722. (Foto: Ist)
TAK mau kalah dengan peringatan hari besar di China, Walikota Surabaya, Tri Rismaharini, menyulap Sungai Kalimas dengan 1.000 lampion. Hal ini dilakukan dalam rangka memperingati hari jadi Kota Surabaya ke-722. Bu Risma, sebutan akrab Walikota Surabaya, memaksimalkan potensi Sungai Kalimas menjadi ikon wisata.
Pada acara Festival Kalimas, 1.000 lampion menghiasi sungai yang membelah Surabaya sepanjang 19 kilometer itu.  Selain dihiasi 1.000 lampion, dalam Festival Kalimas pada 11-12 Mei, kata Risma, juga ada lomba perahu dayung yang pesertanya mengenakan seragam pakaian unik, yang akan lalu-lalang di sepanjang Sungai Kalimas. 
"Di titik-titik tertentu juga ditempatkan kelompok band yang bermain musik secara live," ujarnya, Selasa (5/5).  Ia sengaja memaksimalkan potensi wisata Sungai Kalimas. Alasannya, selama ini pemerintah kurang menggali potensi sungai itu.  "Setelah ini mungkin akan dicari cara bagaimana agar Sungai Kalimas dapat melayani masyarakat yang ingin berwisata sungai sambil melihat suasana kota malam hari ?" tambahnya. 
Festival Kalimas adalah salah satu rangkaian acara memperingati Hari Jadi Kota Surabaya Ke-722 yang digelar sejak awal Mei lalu. Selain itu juga ada festival mainan khas Surabaya, Surabaya Health Season, parade bunga, dan Surabaya Shopping Festival. Ada pula parade budaya dan pawai bunga, dan Festival Rujak Uleg, Festival Kuliner Tunjungan, dan Surabaya Great Expo.  "Semua rangkaian acara diharapkan menarik wisatawan untuk berkunjung ke Surabaya sebagai agenda wisata tahunan," pungkas Risma.
Sementara itu, proyek pembangunan angkutan masal cepat (AMC) berupa trem yang dikerjakan Pemerintah Kota Surabaya bekerja sama dengan PT KAI dimulai pada Mei 2015. Bu Risma memastikan proyek menghidupkan kembali jalur trem lama di Surabaya itu menjadi kado istimewa ulang tahun ke-722 Kota Surabaya. "Terus jalan. Insya Allah bulan Mei 2015 dimulai. Saya berharap itu sebagai titik balik HUT Kota Surabaya," ujar Bu Risma kepada wartawan usai memberi sambutan dalam acara 29-th Asean Transport Facilitation Working Group and 5-th Expert Group Meeting on Cross Border Transport of Passengers di Surabaya, Rabu, 22 April 2015.
Di hadapan perwakilan lima negara Asean itu, Bu Risma juga menyinggung betapa penting koordinasi untuk mewujudkan transportasi masal di kota besar. Dia mencontohkan untuk pembangunan trem di Kota Surabaaya, pemkot harus berkoordinasi dengan pemerintah pusat dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur. Pemerintah pusat meliputi Kementerian Perhubungan, Kementerian Keuangan, dan Bappenas.
“Bayangkan, kita ngomong antardepartemen saja susah, ini ngomongnya transportasi antarnegara, tentunya lebih sulit lagi. Tetapi memang transportasi dibutuhkan. Kita memang harus bisa tekan ego masing-masing, dibutuhkan rasa legowo untuk memberi dan menerima karena masyarakat sudah menunggu. Sebab kalau mau ekonomi tumbuh, harus di-support (didukung) transportasi yang baik,” ujar Bu Risma.
Walikota penerima gelar doktor kehormatan dalam bidang manajemen pembangunan kota dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya ini juga menekankan bahwa dalam penerapan sistem tranportasi, perlu diperhatikan bahwa setiap kota memiliki karakteristik berbeda dan jumlah penduduk tak sama. “Sistem perencanaan wilayah kota juga harus disesuaikan. Misalnya, di Surabaya, nggak bisa direncanakan hanya satu koridor, tetapi harus dipikirkan akses transportasi keseluruhan. Sebab, kalau sulit dapat akses, orang akan kembali ke angkutan pribadi. Konektivitas itu sangat perlu karena sangat menentukan cost (ongkos) yang kita bayar,” jelasnya.
Upaya menghidupkan kembali lintasan trem di Surabaya dirancang untuk koridor utara-selatan Surabaya, termasuk akan membelah Jalan Raya Wonokromo sepanjang 17,14 kilometer dari Wonokromo-Kalimas. Untuk mewujudkan proyek itu, sejumlah tahap awal sudah dilalui Pemkot Surabaya dan PT KAI. Salah satunya adalah menelusuri jalur trem lama yang melewati jalan-jalan protokol. Untuk mendeteksi trem itu mereka menggunakan teknologi ground penetrating radar (GPR). Kementerian Perhubungan memperkirakan pembangunan proyek itu selesai tahun 2017 dan menelan dana lebih dari Rp 2 triliun. Operator trem itu direncanakan dikendalikan PT Kereta Api Indonesia.
Tak ketinggalan, dalam rangka memeriahkan hari jadinya yang jatuh pada 31 Mei, Pemerintah Kota Surabaya menyelenggarakan Parade Budaya dan Pawai Bunga. Puluhan peserta berangkat dari Tugu Pahlawan dan finish di Balai Kota Surabaya. Adapun untuk kendaraan pawai berlanjut ke Taman Bungkul. “Jumlah peserta sebanyak 87 kelompok. Ini naik 100 persen dibanding tahun sebelumnya,” kata Walikota Surabaya kepada wartawan di sela-sela pawai, Minggu, 3 Mei 2015. Parade budaya yang disaksikan ribuan pasang mata itu sangat unik dan beraneka ragam. Aneka mobil berhias rangkaian bunga dimeriahkan oleh SKPD Pemkot Surabaya, BUMD Pemkot Surabaya, perguruan tinggi, dan perusahaan. Selain itu, duta dari kota tetangga maupun luar provinsi juga ikut memeriahkan parade budaya itu.
Peserta dari Surabaya di antaranya Dinas Pertanian Kota Surabaya yang memajang hasil buah dan sayur-mayur Kota Surabaya yang dikemas dengan cantik dan kreatif. Ada pula mobil bunga berbentuk kran air raksasa dari PDAM Surya Sembada serta topeng badut raksasa dari Surabaya Carnival, mobil hias dari perusahaan pasar, serta peserta dari Pemerintah Kota Surabaya sendiri. Sedangkan peserta yang berasal dari luar di antaranya Pemerintah Kabupaten Maluku Tenggara Barat dengan tarian dan mobil hiasnya serta peserta dari Sleman yang mengusung tampilan miniatur Candi Borobudur.
Bu Risma mengatakan bahwa parade budaya dan pawai bunga tahun 2015 lebih semarak dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal itu sesuai dengan tema yang diusung yaitu "Semarak Surabaya Dalam Keberagaman Budaya". Parameter keberhasilannya adalah jumlah peserta yang meningkat drastis dibanding penyelenggaraan sebelumnya. Kali ini peserta datang tidak hanya dari dalam kota, tetapi juga dari luar Kota Surabaya.  Ribuan warga Surabaya yang menyaksikan parade itu antusias menonton pertunjukan. Mereka tak menghiraukan meski rintik hujan turun. Mereka mengakui bahwa parade kali ini sangat menarik dan lebih kreatif dibanding tahun lalu. “Saya hanya berharap parade budaya tahun-tahun berikutnya tidak kalah dengan kota lain,” ujar Makrus, warga Benowo, yang menyaksikan parade beserta anak dan istrinya itu.
Hidupkan Jalan Tunjungan Dengan Festival Kuliner
Festival Kuliner Tunjungan yang diselenggarakan pada Minggu (24/5) benar-benar dimanfaatkan warga untuk berwisata kuliner. Pasalnya, even yang digelar setahun sekali dalam rangka peringatan Hari Jadi Kota Surabaya (HJKS) itu menawarkan berbagai pilihan menu makanan dan minuman khas Kota Pahlawan.
Sebut saja lontong balap, semanggi suroboyo, rujak cingur, rawon dan berbagai ragam kuliner lainnya memang mampu menjadi daya tarik tersendiri bagi penghobi wisata kuliner. Apalagi, menyantap hidangan favorit dengan suasana Jl Tunjungan yang cukup ikonik teramat sayang bila dilewatkan begitu saja.
Sembari menikmati makanan, pengunjung dihibur oleh tampilan musik band, keroncong, hingga sajian ludruk dari Kartolo cs. Tak ketinggalan, seniman Taufik Monyong juga turut menyumbangkan suaranya melalui alunan lagu “Mlaku-mlaku Nang Tunjungan”. Panggung seni disebar di tiga titik sepanjang area festival.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Surabaya, Wiwiek Widayati, mengatakan, tak kurang dari 150 stan kuliner dilibatkan dalam even ini. Peserta festival merupakan kolaborasi dari usaha kecil menengah (UKM) binaan pemkot dan asosiasi pengusaha kafe dan restoran di Surabaya.
Berdasar pantauan di lokasi, pengunjung dari berbagai lapisan masyarakat terlihat tumplek-blek di sepanjang Jl Tunjungan yang pada saat itu memang disterilkan dari lalu-lalang kendaraan bermotor. Bahkan, tidak sedikit penikmat kuliner yang hadir dari luar Surabaya.
Mudjiono (45), misalnya. Pria yang mengajak istri dan dua anaknya ini rela jauh-jauh datang dari Lamongan. Menurut dia, even tahunan ini sayang jika dilewatkan. “Saya sengaja ingin mengajak keluarga untuk refreshing. Di sini (Jl Tunjungan) kami bisa makan sembari menikmati suasana yang asyik,” terangnya.
Festival Kuliner Tunjungan tampaknya juga mampu menarik perhatian turis mancanegara. Seperti Russell Burne beserta istri Janet yang merupakan wisatawan asal Selandia Baru. Kebetulan keduanya tengah menginap di Hotel Majapahit di Jl Tunjungan. Ketika mengetahui ada festival tersebut, tanpa pikir panjang Russell langsung mencoba beberapa makanan favorit. Russell dan Janet sangat menikmati nuansa festival kuliner. “Festival ini sangat bagus. Kami tadi mencoba makanan yang kami sendiri tidak tahu itu apa. Belum pernah mencoba sebelumnya tapi yang pasti sangat enak,” ujar Russell dalam bahasa Inggris.
Selain momen “berburu” makanan, Festival Kuliner Tunjungan juga dimanfaatkan pengunjung sebagai ajang selfie bersama Walikota Surabaya, Tri Rismaharini. Bu Risma meladeni satu per satu permintaan foto dari para pengunjung.
Terkait festival, Bu Risma menyatakan dari tahun ke tahun peserta maupun pengunjungnya semakin meningkat. Hal tersebut sejalan dengan niatan pemkot menghidupkan kembali konsep ‘Mlaku-mlaku Nang Tunjungan’. Sebab, Jalan Tunjungan memang cukup kental nuansa historis sejak zaman dahulu. Nuansa itulah yang kini coba dieksiskan kembali.

Ke depan, Bu Risma menuturkan pemkot akan mencoba menata kawasan Jl Tunjungan menjadi lebih baik lagi. Konkretnya, kawasan tersebut akan difokuskan untuk area pejalan kaki. Caranya, dengan memperlebar jalur pedestrian. “Konsepnya sudah ada. Jalan Simpang Dukuh nanti akan dilebarkan sehingga ketika Jalan Tunjungan dijadikan area pejalan kaki, arus lalu lintas tidak akan terganggu,” ungkap mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya itu. (Tim) web majalah fakta / majalah fakta online

No comments:

Post a Comment