PENEMUAN
SITUS PERADABAN DI TEMPAT KELAHIRAN JOKOWI
Lokasi ditemukannya bangunan candi. |
BERAWAL dari Jl
Pulanggeni, Kemasan, Tipes, Serengan, Kota Surakarta, tepatnya pada hari Rabu, 24
Februari 2016, pukul 13.00 WIB, di rumah Nino Sutrisno, salah satu Penasehat
Ormas Projo Kota Surakarta. Pada saat itu berkumpul 4 orang di antaranya Tego
Widarti (Ketua DPC Ormas Projo Kota Surakarta), Untung Wibawa (Sekretaris DPC),
Kondang (Ketua PAC Projo Banjarsasi) dan Nino Sutrisno (Penasehat Projo
Surakarta). Dalam pembicaraan dan sharing
spiritual dengan konteks memayu hayuning
negara, berkembang pada kesepakatan untuk mengunjungi makam Almarhum Wijiatmo
Notomiharjo, ayahanda Ir Joko Widodo (Jokowi).
Dengan situasi hujan, mereka tiba di makam
sekitar pukul 15.00 WIB. Setelah dari makam, perjalanan mereka dilanjutkan melihat
rumah tempat kelahiran Ir Joko Widodo di Gumuk Rejo, Desa Giriroto, Kecamatan Ngemplak,
Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah. Lanjut perjalanan mereka menemui Rusmanto
selaku Bayan Giriroto dan meminta tolong untuk diantarkan ke salah satu tempat
yang dianggap keramat di wilayah tersebut. Akhirnya, mereka diantarkan ke
lokasi persawahan yang ada batu candi (linggayoni)-nya yang sudah
terpecah-pecah tidak terurus, terbengkalai, tidak ada yang mempedulikan.
Pecahan batu candi |
Setelah diperhatikan dengan seksama
dapat dikatakan bahwa batu candi yang terpecah-pecah itu adalah batu linggayoni
yang merupakan kepercayaan jaman Hindu Jawa Kuno. Dengan adanya penemuan situs
Hindu Jawa Kuno itu DPC Projo Kota Surakarta berniat nguri-uri, memelihara, karena situs tersebut merupakan kearifan lokal
yang mengandung nilai-nilai luhur dan budi pekerti yang tinggi dan sesuai
dengan garis-garis revolusi mental yang sekarang sedang dijalankan Presiden
Jokowi.
Dalam waktu singkat, DPC Projo Kota
Surakarta berkoordinasi dengan Kepala Desa Giriroto dan para tokoh lintas agama,
penduduk setempat serta Sumarno, salah satu masyarakat setempat, untuk
mengadakan acara doa bersama dan slametan
(kendurian) dibukanya tempat situs tersebut pada hari Selasa malam Rabu Pon, tanggal
8 Maret 2016, sekaligus menyambut Tahun Baru Saka dan gerhana matahari total (GMT)
pada tanggal 9 Maret 2016.
Pada hari Selasa malam Rabu Pon, tanggal
8 Maret 2016, tepatnya pukul 20.00 WIB, dimulailah acara slametan dengan sesaji 7
tumpeng Jawa untuk membuka situs penemuan Batu Linggayoni di Desa Giriroto,
Gunung Wijil. Acara tersebut dihadiri oleh Kepala Desa Giriroto, Purwanto SH, Kismoyoso,
para tokoh lintas agama, tokoh masyarakat, DPC Projo Kota Surakarta dan masyarakat
setempat.
Dalam sambutannya, Kepala Desa
Giriroto, Purwanto SH, memaparkan bahwa Desa Giriroto sudah punya master plan untuk wilayah tersebut di mana
dalam perencanaannya akan dibuat taman wisata, desa wisata seperti area
bermain, embung, olahraga, sampai ke Gunung
Wijil, yang tentunya untuk kesejahteraan masyarakat Giriroto pada khususnya dan
untuk masyarakat yang lebih luas.
Sedangkan Ketua DPC Projo Kota
Surakarta, Tego Widarti, mengatakan bahwa situs ini harus dipelihara
bersama-sama karena merupakan kearifan lokal yang terkandung budi pekerti para
leluhur yang sesuai dengan kepribadian kita khususnya sebagai orang Jawa wajib nguri-uri kepribadian di bidang
kebudayaan.
Tanggal 22 Maret 2016 atas instruksi Purwanto
SH selaku Kepala Desa Giriroto dilakukan penggalian dengan dasar apabila ditemukan
sesuatu bisa dipamerkan pada waktu acara di Desa Gumukrejo, Gunung Wijil,
sebagai desa percontohan KB. Dan, ternyata dalam penggalian yang dilakukan Sumarno
dan masyarakat ditemukan 2 arca dengan nama Nandeswara dan yang satunya lagi
pihak Dinas Purbakala belum berani menentukan namanya.
Rabu, 23 Maret 2016, Desa Gumukrejo menjadi
desa percontohan KB dan pada hari itu juga dipamerkan 2 arca tersebut. Bersamaan
dengan itu juga dari pihak Dinas Purbakala Prambanan datang ke lokasi situs untuk
menindaklanjuti surat permohoan penelitian yang dikirimkan pada tanggal 14
Maret 2016 dengan contoh pecahan batu candi linggayoni dan batu bata merah
besar oleh Kepala Desa Giriroto.
Setelah acara percontohan desa KB, 2
arca yang dipamerkan itu langsung dibawa ke Dinas Purbakala Prambanan. Tiga
orang yang membawanya antara lain Ketua DPC Projo Surakarta (Tego Widarti),
Nino Sutrisno dan Sumarno. Dan dari situlah muncul berita acara peminjaman
temuan yang diduga benda cagar budaya tersebut yang dikeluarkan oleh Balai
Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jateng yang beralamatkan di Jl Manisrenggo Km 1
Prambanan 57454.
Senin, 4 April 2016, datang Tim BPCB
Jateng untuk melakukan penggalian situs tersebut selama 4 hari sampai 8 April
2016. Pada 6 April 2016 (penggalian hari kedua) ditemukan satu arca denga nama
Mahakala dan hari Jumat, 8 April 2016, dari pihak Tim BPCB Jateng memberikan
keterangan yang bersifat sementara yang dilakukan di Kelurahan Giriroto.
Hasil penelitian dan observasi yang
dilakukan oleh BPCB Jateng itu masih bersifat sementara dan masih dibutuhkan
konfirmasi lebih lanjut tentang penyebab runtuhnya candi yang dikarenakan gempa
letusan gunung berapi dan posisi tengkurap dari arca saat ditemukan serta lapisan
tanah 40 sampai dengan 50 cm di lahan persawahan.
Bangunan candi itu merupakan awal
peradaban di abad 10 dengan perbandingan data prasasti dari Jawa Barat pindah
ke Jawa Timur abad 10. Dan fungsi bangunan candi itu buat sembahyangan dengan
Siwaisme dan Yoni (Parwati, istri Siwa). Sedangkan Alu itu lingga. Arca
Nandeswara dan Mahakala merupakan penjaga pintu (Siwa 48 Wujud). Bangunan candi
itu diperkirakan berukuran 5 x 5 m x 1,5 m dan tinggi sekitar 15 meter. Pihak
BPCB Jateng berjanji akan memberikan keterangan resmi lebih lanjut secepatnya. (F.894) web majalah fakta / majalah fakta online
No comments:
Post a Comment