Pemkot Surabaya Gunakan Drone Untuk Permudah Pemetaan Kota
Pesawat tanpa awak ini akan difungsikan oleh
semua kedinasan yang ada di lingkungan Pemkot Surabaya |
PEMETAAN kota melalui medium
foto udara, kini tak menjadi hal yang susah. Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya
telah memiliki dua buah pesawat tanpa awak atau yang biasa dikenal dengan
sebutan drone. Penggunaan drone
untuk pemetaan wilayah, dokumentasi foto dan video, hingga monitoring progress
pembangunan infrastruktur dapat dilakukan dengan mudah dan akurat.
Kepala Bagian Hubungan
Masyarakat Kota Surabaya, Muhamad Fikser, menjelaskan, dengan adanya pesawat
tanpa awak ini, angle foto dan video untuk dokumentasi Pemkot Surabaya akan
lebih beragam.
Fikser mencontohkan,
Kota Surabaya dikenal memiliki banyak taman, sangat disayangkan jika
dokumentasi foto taman hanya diambil dari darat. Selain itu, penggunaan drone dipastikan akan sangat beragam,
dikarenakan drone akan digunakan oleh
seluruh jajaran SKPD di lingkungan Pemkot Surabaya.
“Untuk dokumentasi foto
taman, pedestrian dan pembangunan infrastruktur biasanya menggunakan
bantuan crane dari Dinas Kebakaran. Nantinya, hasil foto dan
video pesawat tanpa awak ini akan digunakan di beragam media promosi milik
semua dinas yang ada di lingkungan Pemkot Surabaya. Tujuannya untuk promosi
Kota Surabaya ke dunia luar yang lebih efisien dan menarik,” imbuh Fikser.
Nantinya, pesawat tanpa
awak ini akan difungsikan oleh semua kedinasan yang ada di lingkungan Pemkot
Surabaya, baik untuk monitoring pembangunan, dokumentasi taman/pedestrian,
hingga dokumentasi di kawasan yang susah dijangkau dengan tenaga manusia
seperti di kawasan mangrove Wonorejo.
“Hari ini (17/12) drone sudah digunakan untuk dokumentasi
di kawasan mangrove Wonorejo, tujuannya untuk pemenuhan stok foto oleh bagian
humas sekaligus dijadikan bahan monitoring untuk SKPD terkait,” tegas Fikser.
Sanubari Barata selaku
tim dokumentasi dari bagian humas yang juga menjadi pilot pesawat tanpa awak
ini menyatakan bahwa dengan adanya drone,
dipastikan ke depan kinerja tim dokumentasi akan lebih maksimal untuk pemenuhan
foto dan video sebagai media publikasi. Jika tim dokumentasi umumnya hanya bisa
menjangkau hingga 10-15 meter dari atas tanah, maka dengan bantuan drone, obyek dapat diambil dari dari
ketinggian 50-500 meter dari atas tanah.
“Seperti pada hari ini, drone digunakan secara maksimal untuk
dokumentasi jogging track pada
kawasan mangrove Wonorejo, karena foto yang dihasilkan cakupannya lebih luas
dan menarik karena diambil dari udara. Drone
yang dimiliki pemkot memiliki daya terbang hingga ketinggian 500 meter, dengan
waktu terbang hingga 15 menit dengan satu baterai,” imbuh pria yang akrab
disapa Ari ini. (Rilis) web majalah fakta / majalah fakta online
No comments:
Post a Comment