Monday, April 11, 2016

LINTAS ACEH

JADIKAN TSUNAMI MOMENTUM INTROSPEKSI DIRI

Bupati Aceh Barat saat menyerahkan bantuan kepada korban bencana Gempa dan Tsunami dan bersama anggota zikir serta ibu yang terharu berdoa dengan penuh kekhusyu'an tak sanggup menahan tetesan air mata
SABTU, 26 Desember 2015, Bupati Aceh Barat, Dr (HC) H T Alaidinsyah, mengajak warga Aceh Barat untuk introspeksi diri atas musibah besar yang melanda Aceh sebelas tahun lalu.
"Musibah yang datang dari Allah itu hendaknya menjadi iktibar bagi kita untuk introspeksi diri atas segala hal yang telah dilakukan agar lebih baik lagi ke depannya,” kata Bupati Tito (panggilan Dr (HC) H T Alaidinsyah) dalam sambutannya pada acara mengenang sebelas tahun Tsunami Aceh Barat yang dipusatkan di makam masal Beuregang, Kecamatan Kaway XVI.
Sementara di sisi lain, Bupati Tito mengatakan, bencana yang melanda daerah harus dijadikan sebuah program kesiapsiagaan bencana. "Tsunami memang sudah terjadi, tapi bencana lain seperti gempa, banjir, longsor, kebakaran dan bahkan tsunami itu pun bisa terjadi kembali. Maka semua kita harus selalu waspada dan tanamkan rasa kepedulian sesama yang dimulai dari diri sendiri dan lingkungan sekitar dengan berbagai upaya mitigasi bencana," papar Tito.
Dalam rangkaian sebelas tahun tsunami, Pemkab Aceh Barat memberikan santunan kepada 250 orang anak yatim dan keunduri kepada masyarakat. Sebelumnya, ribuan warga yang hadir dari berbagai penjuru terlihat khidmat dan khusuk mengikuti zikir dan doa yang dipimpin Ketua MPU Aceh Barat, Tgk Abdurani Adian, sedangkan tausiah disampaikan oleh Tgk Umar Ismail dari Banda Aceh.
Di samping itu, Pemkab melalui Bappeda Aceh Barat meluncurkan buku Refleksi 11 Tahun Gempa dan Tsunami Aceh Barat hasil karya T A Dadek bersama kawan-kawan yang dibagikan secara gratis kepada pengunjung di lokasi kegiatan.
Seyogyanya, peringatan suatu kejadian bencana harus diisi dengan dua hal. Pertama, evaluasi mengenai hal-hal yang telah dilakukan dalam rekonstruksi paska bencana dan (yang terpenting) sejauh mana kondisi paska bencana tersebut lebih baik dalam konteks mitigasi bencana dibandingkan dengan kondisi sebelum bencana. Yang kedua adalah bagaimana melanjutkan dan menyampaikan pembelajaran dari kejadian bencana tersebut kepada generasi selanjutnya.
Indonesia memiliki cerita sukses evakuasi tsunami yang berakar pada pengetahuan yang diturunkan lintas generasi yakni smong. Meskipun berada pada lokasi yang sangat dekat dengan pusat gempa dan dihantam tsunami dalam waktu kurang dari setengah jam, hanya 6 orang yang tewas di Pulau Simeulue dari total sekitar 8.000 orang penduduk yang sebenarnya berpotensi terkena dampak tsunami.

Oleh karenanya tentu tidak berlebihan jika tanggal 26 Desember ditetapkan sebagai hari kesiapsiagaan bencana/tsunami nasional. Tentunya bukan sekedar untuk seremonial saja tetapi untuk dimaknai esensinya dalam menyampaikan pesan kesiapsiagaan untuk generasi sekarang dan masa depan. (F.984) web majalah fakta / majalah fakta online

No comments:

Post a Comment