Wednesday, April 6, 2016

PERISTIWA PROBOLINGGO

PELABUHAN PROBOLINGGO TINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT

Menhub Ignasius Jonan saat meresmikan pengoperasian
Terminal Baru Pelabuhan Probolinggo
MENTERI Perhubungan RI, Ignasius Jonan, telah meresmikan pengoperasian Terminal Baru Pelabuhan Probolinggo yang terletak di Kota Probolinggo, Provinsi Jawa Timur, Sabtu (12/12). Dengan adanya fasilitas tersebut kini pelaku usaha – khususnya di wilayah timur Jatim – memiliki alternatif pelabuhan selain di Tanjung Perak.
            Menhub Ignasius Jonan mengatakan, pelabuhan baru tersebut dibangun juga untuk mengantisipasi pertumbuhan perekonomian ke depan. Kalau perekonomian meningkat, sarana transportasi tidak bisa mengandalkan darat, melainkan laut.
            Khusus di Jawa Timur (Jatim), selama ini sarana pelabuhan terkonsentrasi di Tanjung Perak. Padahal, pengusaha pengguna jasa pelabuhan tersebar di seluruh Jatim. “Fasilitas pelabuhan baru ini sejalan dengan pengembangan ekonomi di wilayah sekitar pelabuhan. Yakni, mulai Probolinggo, Pasuruan, Situbondo, Jember, hingga Lumajang. Jadi, tidak bergantung dengan pelabuhan di Surabaya,” ujar menhub di sela-sela peresmian Pelabuhan Probolinggo.
            Selain itu, pelaku usaha di sekitar wilayah tersebut bisa menghemat biaya logistik yang besar. Sebab, Surabaya lebih jauh ketimbang Probolinggo. Misalnya, di dekat Banyuwangi.
Menhub mengungkapkan, pengoperasian fasilitas pelabuhan ini mampu meningkatkan kapasitas dan pelayanan jasa kapal di Pelabuhan Probolinggo, sebagaimana fokus kerja Kementerian Perhubungan pada kabinet kerja untuk terus meningkatkan kapasitas fasilitas transportasi baik darat, laut, udara maupun kereta api.
Menhub Ignasius Jonan saat meninjau area Terminal Baru Pelabuhan Probolinggo 
Pengembangan Pelabuhan Probolinggo direncanakan akan berlangsung selama 20 tahun dan dibagi dalam tiga tahapan, yakni jangka pendek untuk kurun waktu 2013 hingga 2017, jangka menengah untuk kurun waktu 2018 hingga 2022, dan jangka panjang untuk kurun waktu 2023 hingga 2033.
Tiga tahapan tersebut untuk membangun dan mengembangkan fasilitas-fasilitas di berbagai zona pelabuhan yaitu zona peti kemas, zona curah kering, zona kargo, zona perkantoran, zona fasilitas umum, zona fasilitas pendukung seperti pengolahan limbah, bunker BBM, dan pemadam kebakaran, serta pembangunan jalan akses ke pelabuhan.
Sementara untuk pengelolaan pelabuhan tersebut Kemenhub menyerahkannya kepada Badan Usaha Pelabuhan (BUP) PT Delta Artha Bahri Nusantara yang merupakan anak usaha BUMD PT Jatim Nusa Usaha. Izin yang diberikan tersebut bersifat sementara dengan evaluasi kelayakan dalam waktu setahun sejak 8 Desember 2015.
Dengan pengelolaan pelabuhan diserahkan ke BUP, maka pengoperasian fasilitas yang dibangun dengan dana APBN nantinya berdasarkan asas kerja sama pemanfaatan sesuai PP No.27/2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.
Di sisi lain, pengoperasian fasilitas yang dibangun dengan dana APBD berdasarkan pada izin konsesi. Untuk tarif terhadap jasa kepelabuhanan dari kegiatan uji coba pengoperasian mengacu pada tarif BUP terdekat yang berlaku di Pelabuhan Probolinggo.
 Hasil pungutan akan disetorkan ke negara sesuai PP No.11/2015 Tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kemenhub. Hasil lebih yang diperoleh setelah memenuhi kewajiban PP No.11/2015 akan menjadi pendapatan BUP.
            “Ini pelabuhan pertama yang diberikan kepada BUMD. Kami belum tentukan konsesi yang diberikan nanti berapa tahun. Kami masih hitung dengan melibatkan berbagai pihak, antara lain Pemprov Jatim, BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan), dan ITS (Institut Teknologi Sepuluh November) Surabaya,” jelas menhub.
            Direktur Pelabuhan dan Pengerukan Kemenhub RI, Mauritz Sibarani, menambahkan, Pelabuhan Probolinggo dibangun sebagai pelabuhan alternatif selain Tanjung Perak. Pembangunan terminal baru tersebut adalah komitmen Ditjen Perhubungan Laut Kementrian Perhubungan RI dan Pemprov Jatim. Pendanaan pembangunan dari dua sumber, yakni APBD yang mendanai pembangunan sisi laut dan APBN untuk sisi darat. Nilainya, APBD sekitar Rp 251 milyar dan APBN Rp 285,4 miliar.
            Seperti diketahui, Pelabuhan Tanjung Tembaga adalah nama pelabuhan sebelum Terminal Baru Pelabuhan Probolinggo. Sebagai pelabuhan pantai, Tanjung Tembaga hanya melayani kegiatan pelayaran antarpulau dengan menggunakan kapal-kapal kayu kecil. Karena itu, kedalamannya hanya sekitar 3 meter LWS (low water spring atau kedalaman air surut terendah). Tanjung Tembaga dikelola PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III.
Kegiatan pembangunan dimulai pada 2009 dengan rentang waktu hingga 2014. Mulai reklamasi dan pembangunan trestle, causeway, hingga dermaga. Untuk dermaga, ada dua jetty, yaknio jetty 1 93 x 18,5 meter persegi dan jetty 2 151 x 31 m,eter persegi.
“Kedalaman kolam pelabuhan 10 meter LWS sehingga bisa untuk kapal berkapasitas 20.000 DWT (deadweight tonnage),urainya.
Tidak Untuk Bersaing Dengan Tanjung Perak
Gubernur Jatim, Soekarwo, menegaskan, kehadiran Terminal Baru Pelabuhan Probolinggo tidak untuk bersaing dengan Tanjung Perak. Pelabuhan tersebut diyakini bisa membantu Pelindo III memfasilitasi kebutuhan industri di wilayah sekitar.
Maket Terminal Baru Pelabuhan Probolinggo
“Justru kehadiran pelabuhan ini akan membantu Pelindo III. Misal, ada hambatan di Teluk Lamong dan Tanjung Perak, bisa lari ke sini saja. Kami juga sudah berkoordinasi dengan PT Pelni. Jadi, ada jaringan Pelni yang melalui pelabuhan ini. Bahkan, sebelum ini, sudah ada kapal pesiar yang berlabuh ke sini,” jelasnya.
Menurut gubernur, pengelolaan pelabuhan oleh BUMD bukan tanpa alasan. Sebab, Badan Usaha Pelabuhan (BUP) PT Delta Artha Bahari Nusantara sudah berpengalaman mengelola pelabuhan di Gresik. Oleh karena itu, ke depan Pelabuhan Terminal Baru Probolinggo diyakini bisa berkembang mengikuti pertumbuhan perekonomian. Bukan hanya di Jatim, melainkan juga wilayah lain di Indonesia timur.
“Karena Jatim ini menjadi perhubungan bagi Indonesia timur plus Kalimantan. Selama ini, Pontianak membeli beras dari Lamongan yakni melalui Pelabuhan Brondong. Jadi, transportasi laut berperan penting dalam pengiriman bahan pokok ke luar pulau. Nanti pelabuhan ini melayani berbagai kepentingan,” jelas gubernur.
“Hingga sekarang Terminal Baru Pelabuhan Probolinggo melayani sejumlah industri di sekitarnya. Belum lama ini, karena pelabuhan di Gresik tidak bisa beroperasi maksimal, Cheil Jedang dan Tjiwi Kimia memilih mendatangkan batu bara melalui Terminal Baru Pelabuhan Probolinggo. Kemudian, masih banyak potensi yang bisa digali. Misalnya, pengiriman berbagai komoditas seperti tepung, jagung, kayu, dan semen.

Dirut PT Jatim Nusa Usaha, Leo Herlambang, menambahkan, perusahaannya tidak memprioritaskan mencari sumber pendanaan untuk pengembangan pelabuhan tersebut. Tetapi, perusahaannya mendorong kerja sama dengan pihak ketiga. “Jadi, kami terbuka terhadap berbagai kerja sama. Misal, ada pelaku usaha yang ingin bekerja sama dalam penyediaan alat bongkar muat,” jelasnya. (Tim) web majalah fakta / majalah fakta online

No comments:

Post a Comment