PELABUHAN PROBOLINGGO TINGKATKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT
Menhub Ignasius Jonan
saat meresmikan pengoperasian Terminal Baru Pelabuhan Probolinggo |
MENTERI Perhubungan RI, Ignasius
Jonan, telah meresmikan pengoperasian Terminal Baru
Pelabuhan Probolinggo yang terletak di Kota Probolinggo, Provinsi Jawa Timur, Sabtu (12/12). Dengan adanya fasilitas
tersebut kini pelaku usaha – khususnya di wilayah timur Jatim – memiliki
alternatif pelabuhan selain di Tanjung Perak.
Menhub Ignasius
Jonan mengatakan, pelabuhan baru tersebut dibangun juga untuk mengantisipasi
pertumbuhan perekonomian ke depan. Kalau perekonomian meningkat, sarana
transportasi tidak bisa mengandalkan darat, melainkan laut.
Khusus di Jawa Timur (Jatim), selama
ini sarana pelabuhan terkonsentrasi di Tanjung Perak. Padahal, pengusaha
pengguna jasa pelabuhan tersebar di seluruh Jatim. “Fasilitas pelabuhan baru
ini sejalan dengan pengembangan ekonomi di wilayah sekitar pelabuhan. Yakni,
mulai Probolinggo, Pasuruan, Situbondo, Jember, hingga Lumajang. Jadi, tidak
bergantung dengan pelabuhan di Surabaya,” ujar menhub
di sela-sela peresmian Pelabuhan Probolinggo.
Selain itu, pelaku usaha di sekitar
wilayah tersebut bisa menghemat biaya logistik yang besar. Sebab, Surabaya
lebih jauh ketimbang Probolinggo. Misalnya, di dekat Banyuwangi.
Menhub mengungkapkan, pengoperasian fasilitas
pelabuhan ini mampu meningkatkan kapasitas dan pelayanan jasa kapal di
Pelabuhan Probolinggo, sebagaimana fokus kerja Kementerian Perhubungan pada
kabinet kerja untuk terus meningkatkan kapasitas fasilitas transportasi baik
darat, laut, udara maupun kereta api.
Menhub Ignasius Jonan saat meninjau area Terminal Baru Pelabuhan Probolinggo |
Pengembangan Pelabuhan Probolinggo direncanakan akan
berlangsung selama 20 tahun dan dibagi dalam tiga tahapan, yakni jangka pendek
untuk kurun waktu 2013 hingga 2017, jangka menengah untuk kurun waktu 2018
hingga 2022, dan jangka panjang untuk kurun waktu 2023 hingga 2033.
Tiga tahapan tersebut untuk membangun dan
mengembangkan fasilitas-fasilitas di berbagai zona pelabuhan yaitu zona peti
kemas, zona curah kering, zona kargo, zona perkantoran, zona fasilitas umum,
zona fasilitas pendukung seperti pengolahan limbah, bunker BBM, dan pemadam
kebakaran, serta pembangunan jalan akses ke pelabuhan.
Sementara untuk pengelolaan pelabuhan tersebut Kemenhub
menyerahkannya kepada Badan
Usaha Pelabuhan
(BUP) PT Delta Artha Bahri Nusantara yang merupakan anak usaha BUMD PT Jatim
Nusa Usaha. Izin yang diberikan tersebut bersifat sementara dengan evaluasi
kelayakan dalam waktu setahun sejak 8 Desember 2015.
Dengan pengelolaan pelabuhan diserahkan ke BUP, maka
pengoperasian fasilitas yang dibangun dengan dana APBN nantinya berdasarkan
asas kerja sama pemanfaatan sesuai PP No.27/2014 Tentang Pengelolaan Barang
Milik Negara/Daerah.
Di sisi lain, pengoperasian fasilitas yang dibangun
dengan dana APBD berdasarkan pada izin konsesi. Untuk tarif terhadap jasa kepelabuhanan
dari kegiatan uji coba pengoperasian mengacu pada tarif BUP terdekat yang
berlaku di Pelabuhan Probolinggo.
Hasil pungutan akan disetorkan ke negara sesuai PP
No.11/2015 Tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak
yang berlaku pada Kemenhub. Hasil lebih yang diperoleh setelah memenuhi
kewajiban PP No.11/2015 akan menjadi pendapatan BUP.
“Ini pelabuhan pertama yang
diberikan kepada BUMD. Kami belum tentukan konsesi yang diberikan nanti berapa
tahun. Kami masih hitung dengan melibatkan berbagai pihak, antara lain Pemprov
Jatim, BPKP (Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan), dan ITS (Institut
Teknologi Sepuluh November) Surabaya,” jelas menhub.
Direktur Pelabuhan dan Pengerukan
Kemenhub RI, Mauritz Sibarani,
menambahkan, Pelabuhan Probolinggo dibangun sebagai pelabuhan alternatif selain
Tanjung Perak. Pembangunan terminal baru tersebut adalah komitmen Ditjen
Perhubungan Laut Kementrian Perhubungan RI dan Pemprov
Jatim. Pendanaan pembangunan dari dua sumber, yakni APBD yang mendanai
pembangunan sisi laut dan APBN untuk sisi darat. Nilainya, APBD sekitar Rp 251
milyar dan APBN Rp 285,4 miliar.
Seperti diketahui, Pelabuhan Tanjung
Tembaga adalah nama pelabuhan sebelum Terminal Baru Pelabuhan Probolinggo.
Sebagai pelabuhan pantai, Tanjung Tembaga
hanya melayani kegiatan pelayaran antarpulau dengan menggunakan kapal-kapal
kayu kecil. Karena itu, kedalamannya hanya sekitar 3 meter LWS (low water spring atau kedalaman air
surut terendah). Tanjung Tembaga dikelola PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) III.
Kegiatan pembangunan dimulai
pada 2009 dengan rentang waktu hingga 2014. Mulai reklamasi
dan pembangunan trestle, causeway, hingga dermaga. Untuk dermaga, ada dua jetty, yaknio jetty 1 93 x 18,5 meter persegi dan jetty 2 151 x 31 m,eter persegi.
“Kedalaman kolam pelabuhan 10 meter LWS sehingga bisa
untuk kapal berkapasitas 20.000 DWT (deadweight tonnage),”
urainya.
Tidak Untuk Bersaing
Dengan Tanjung Perak
Gubernur Jatim, Soekarwo,
menegaskan, kehadiran Terminal Baru Pelabuhan Probolinggo tidak untuk bersaing
dengan Tanjung Perak. Pelabuhan tersebut diyakini bisa membantu Pelindo III
memfasilitasi kebutuhan industri di wilayah sekitar.
Maket Terminal Baru Pelabuhan Probolinggo |
“Justru kehadiran pelabuhan ini akan membantu Pelindo
III. Misal, ada hambatan di Teluk Lamong dan Tanjung Perak,
bisa lari ke sini saja. Kami juga sudah berkoordinasi
dengan PT Pelni. Jadi, ada jaringan Pelni yang melalui pelabuhan ini. Bahkan,
sebelum ini, sudah ada kapal pesiar yang berlabuh ke sini,” jelasnya.
Menurut gubernur, pengelolaan
pelabuhan oleh BUMD bukan tanpa alasan. Sebab, Badan Usaha Pelabuhan (BUP) PT
Delta Artha Bahari Nusantara sudah berpengalaman mengelola pelabuhan di Gresik.
Oleh karena itu, ke depan Pelabuhan Terminal Baru Probolinggo diyakini bisa
berkembang mengikuti pertumbuhan perekonomian. Bukan hanya di Jatim, melainkan juga
wilayah lain di Indonesia timur.
“Karena Jatim ini menjadi perhubungan bagi Indonesia timur
plus Kalimantan. Selama ini,
Pontianak membeli beras dari Lamongan yakni melalui Pelabuhan Brondong. Jadi,
transportasi laut berperan penting dalam pengiriman bahan pokok ke luar pulau.
Nanti pelabuhan ini melayani berbagai kepentingan,” jelas gubernur.
“Hingga sekarang Terminal Baru Pelabuhan Probolinggo
melayani sejumlah industri di sekitarnya. Belum lama ini, karena pelabuhan di
Gresik tidak bisa beroperasi maksimal, Cheil Jedang dan Tjiwi Kimia memilih mendatangkan
batu bara melalui Terminal Baru Pelabuhan Probolinggo. Kemudian, masih banyak
potensi yang bisa digali. Misalnya, pengiriman berbagai komoditas seperti tepung,
jagung, kayu, dan semen”.
Dirut PT Jatim Nusa Usaha, Leo
Herlambang, menambahkan, perusahaannya tidak
memprioritaskan mencari sumber pendanaan untuk pengembangan pelabuhan tersebut.
Tetapi, perusahaannya mendorong kerja sama dengan pihak ketiga. “Jadi,
kami terbuka terhadap berbagai kerja sama. Misal,
ada pelaku usaha yang ingin bekerja sama dalam
penyediaan alat bongkar muat,” jelasnya. (Tim) web majalah fakta / majalah fakta online
No comments:
Post a Comment