Saturday, April 9, 2016

DRESTA BALI

LAGI, BENTROKAN ORMAS DI LAPAS KEROBOKAN

Kapolda Bali, Irjen Pol Sugeng Priyanto, menunjukkan
barang bukti hasil sweeping di Lapas Kerobokan
SITUASI Kota Denpasar, Provinsi Bali, mencekam. Bentrok antara dua ormas, yakni Laskar Bali dan Baladika kembali pecah, Kamis (17/12). Bentrokan yang awalnya dipicu di Lapas Kerobokan itu mengakibatkan empat orang tewas yang dua orang di antaranya merupakan narapidana.   
Informasi yang dihimpun FAKTA, bentrokan dipicu dari Lapas Kerobokan, sekitar pukul 16.00 Wita. Awalnya, seorang napi Blok D yang akrab disapa Robot bersama beberapa temannya dari Baladika diserang menggunakan pedang oleh napi Blok C yang merupakan ormas Laskar Bali. Petugas sipir langsung melerai perkelahian tersebut.
“Akibat serangan itu, Robot bersama tiga temannya, yakni Putu Semal, Doglet dan Dore mengalami luka-luka dan dilarikan ke RSUP Sanglah,” kata sumber.     
Belum sempat mendapat perawatan, Robot dan Dore tewas akibat mengalami luka tusuk di perut. Sedangkan Putu Semal masih dirawat meskipun hanya kena pukulan. Begitu juga Doglet yang mengalami luka senjata tajam di bawah ketiak kiri.
Pasca bentrok, ratusan petugas Sabhara dan Brimob Polda Bali bersenjata lengkap diterjunkan dan bersiaga di dalam maupun depan pintu masuk Lapas Kerobokan. Selain itu, kendaraan water canon dan mobil pemadam kebakaran disiagakan. Arus lalu lintas pun lumpuh total. Suasana semakin mencekam ketika puluhan ormas kedua kubu sama-sama mendatangi Lapas Kerobokan dengan membawa senjata tajam dan siap perang. Mereka berhasil diredam Kapolresta Denpasar, Kombes AA Made Sudana.  
“Yang pasti kondisi di dalam LP sudah kondusif. Para korban juga telah dibawa ke rumah sakit," ujar Kapolresta Sudana kepada wartawan.
Suasana di Lapas Kerobokan ternyata merembet ke luar penjara sekitar pukul 18.00 Wita. Kedua ormas yang sama-sama bertemu di Jalan Teuku Umar kembali bentrok. Kabarnya, peristiwa ini kembali mengakibatkan dua orang tewas. Korban ada yang dibantai di depan salah satu bank dan ada juga yang mati bersimbah darah di jembatan sekitar lokasi kejadian.  
Informasi sementara terkait pelaku penyerangan di Lapas Kerobokan, berinisial BP (napi kasus curanmor), DS (kasus penggelapan), GM (kasus penusukan), KLJ (kasus penggelapan) serta DS. Polisi masih bersiaga di Lapas Kerobokan serta di beberapa titik yang dianggap rawan, termasuk di markas kedua ormas. Bahkan, polisi menetapkan status siaga.
Polisi Amankan Ratusan Sajam Di LP Kerobokan

Aparat kepolisian saat mengamankan Lapas Kerobokan
dan berbagai barang bukti yang ditemukan di Lapas Kerobokan
Pasca bentrok ormas Baladika dan Laskar Bali, personel Brimob Polda Bali melakukan penyisiran di Lapas Kerobokan. Hasilnya, petugas menemukan dan mengamankan ratusan senjata tajam berbagai jenis serta satu air softgun.  
Temuan tersebut membuat Kapolda Bali, Irjen Pol Sugeng Priyanto, heran. “Banyak sekali ditemukan senjata tajam seperti pedang, parang, golok dan sebagainya. Bahkan ada juga ditemukan pistol air softgun. Kenapa barang- barang seperti ini bisa masuk lapas ?” ujar Irjen Pol Sugeng penuh tanda tanya ketika ditemui wartawan di Polda Bali, Jumat (18/12).
Terkait temuan-temuan sajam dari kedua kelompok ormas itu, Kapolda Irjen Pol Sugeng meminta kepada seluruh anggota ormas yang bertikai agar sesegera mungkin menyerahkan senjata tajam ke Polda Bali. Sebaliknya, tindakan tegas akan dilakukan apabila kepolisian menemukan masih adanya senjata di markas kedua ormas. "Kalau kami yang dapat, akan ditindak tegas karena merupakan pelanggaran hukum. Tapi kami masih mentolerir apabila ada itikad baik menyerahkan ke Polda Bali," pintanya.
Terkait proses hukum dalam penanganan bentrokan yang mengakibatkan empat orang tewas dan lima orang luka-luka, Kapolda Bali menegaskan bahwa kasusnya ditangani Polres Badung dan Polresta Denpasar. Hanya saja belum seorang pun yang ditetapkan statusnya sebagai tersangka. “Polres Badung melakukan pemeriksaan terhadap 15 orang narapidana yang diduga menjadi pemicu keributan. Sedangkan di Polresta Denpasar ada 8 orang yang diperiksa. Penyidik masih mendalami pemeriksaan terkait keterlibatan mereka dan tidak menutup kemungkinan akan ditetapkan sebagai tersangka," tegasnya.
Sementara, dalam mediasi di Polda Bali, Sekjen Laskar Bali, I Ketut Putra Ismaya Jaya, meminta maaf yang sebesar-besarnya terhadap masyarakat Bali atas insiden tersebut. Ismaya siap diproses secara hukum apabila kejadian serupa terulang.
Ia menceritakan kedatangan anggotanya ke Lapas Kerobokan membawa senjata karena awalnya ada salah seorang anggotanya yang menerima telepon jika ratusan anggota Baladika menyerang LP Kerobokan. Di saat bersamaan, ada salah seorang anggota Laskar Bali sedang menjenguk anaknya di LP Kerobokan.
“Kami datang untuk mengevakuasi teman kami yang informasinya terjebak di dalam LP. Namun saya sendiri menjamin kejadian serupa tak akan terulang lagi. Saya sangat prihatin dan menyesali apa yang terjadi di lapangan. Untuk proses hukum, saya menyerahkan sepenuhnya pada polisi,” katanya saat pernyataan damai di Polda Bali.
Sementara Sekretaris Umum DPD Baladika, I Ketut Sukarta, juga mempercayakan penanganan kasus tersebut pada polisi. “Saya mewakili anggota Baladika meminta maaf pada masyarakat. Dengan kejadian ini kita semua bisa mengambil hikmahnya,” ujarnya.
Kapolda Ancam Ambil Paksa Senjata Ormas

Penandatanganan perdamaian di Polda Bali. Tidak akan mengulangi lagi
Tiga hari setelah penandatanganan kesepakatan damai ormas Laskar Bali dan Baladika, belum ada penyerahan senjata ke Polda Bali. Kapolda Irjen Pol Sugeng Priyanto pun mengancam melakukan sweeping apabila tidak ada kesadaran menyerahkan senjata.   
“Memang tidak ada batas waktu tapi saya meminta sesegera mungkin (penyerahan senjata) supaya tidak ada lagi kejadian seperti kemarin,” ujar Kapolda Sugeng Priyanto kepada wartawan, Senin (21/12).
Mantan Kadiv Hubinter Mabes Polri itu pun mengancam mengambil paksa senjata-senjata itu apabila tidak diserahkan ke Polda Bali. “Bagi anggota ormas yang kedapatan dan terbukti menyimpan atau memiliki senjata, maka akan kita kenakan undang-undang darurat,” ungkapnya didampingi Danrem 163/Wirasatya, Kolonel Infantri I Nyoman Cantiasa.
Terkait perkembangan penyidikan, ada penambahan tersangka berinisial T dari sebelumnya empat orang yang sudah ditetapkan sebagai tersangka masing-masing berinisial MA (19), GPD (24), WS (28), IWS (23). “Sedangkan penyelidikan bentrokan di Jalan Teuku Umar masih dalam proses. Memang sudah ada tiga orang yang menyerahkan diri tapi belum ditetapkan sebagai tersangka karena masih dimintai keterangan," tegas kapolda.  
Selain itu, pemeriksaan rekaman CCTV di seputar TKP (Jalan Teuku Umar) yang memungkinkan bisa merekam detik-detik bentrokan yang terjadi juga masih ditelusuri. Sementara, dari hasil sweeping yang dibeberkan di Polda Bali berupa 7 pucuk senjata api beserta 252 butir peluru, 320 senjata tajam, 68 benda tumpul, 6 dus miras, 200,23 gram sabu-sabu, 5 butir ekstasi beserta 12 alat hisap alias bong, 133 handphone, 12 rompi anti peluru, pohon ganja, serta enam kendaraan roda dua.
Ormas Bawa Ratusan Sajam Datangi Polresta Denpasar
Setelah sempat diancam oleh Kapolda Bali, Irjen Pol Sugeng Priyanto, ormas Baladika dan Laskar Bali akhirnya menyerahkan ratusan senjata tajam ke Polresta Denpasar, Selasa (22/12). Kedatangan para laki-laki berbadan gempal itu dikawal ketat puluhan anggota Sabhara.
Penyerahan senjata tajam itu sesuai kesepakatan damai di Polda Bali pasca bentrok kedua kubu ormas di Lapas Kerobokan dan di Jalan Teuku Umar, Denpasar. "Ini sesuai kesepakatan di Polda Bali. Saya minta ini yang terakhir dan tidak ada lagi pertikaian," pinta Kapolresta Denpasar, Kombes Pol A A Made Sudana, di hadapan kedua ormas.
Sudana berharap kedua ormas tidak lagi melakukan pelanggaran hukum yang dapat merusak citra pariwisata Bali secara keseluruhan. “Banyak wisatawan yang batal datang ke Bali karena kondisi kemarin,” tegasnya.
Kombes Pol Sudana mengatakan, perkelahian ormas yang terjadi Kamis (17/12) lberdampak psikis terhadap masyarakat Bali pada khususnya dan turis wisatawan pada umumnya. Seluruh jalanan sepi dan mencekam, tidak ada yang berani keluar rumah.
“Kalau begini terus, apalagi yang bisa kita banggakan ? Saya mati-matian mengamankan wilayah dari ujung ke ujung, tidur hanya setengah jam. Jadi, apa yang menjadi ranah kesepakatan kemarin, saya sudah tahu. Kedua belah pihak juga sudah memegang kesepakatan. Bagaimana, bisa dilaksanakan ?” tanya Sudana yang dijawab bisa oleh kedua kubu ormas secara kompak.
Belum cukup sampai di situ. Perwira melati tiga di pundak itu kembali meminta jangan sampai orang Bali hanya bisa berucap tapi dalam pelaksanaannya tidak bisa. Kedua belah pihak diharapkan tidak sungkan-sungkan berkoordinasi dengan aparat kepolisian. “Apa yang terjadi di Laskar Bali dan Baladika, kami siap mewadahi. Artinya, kami akan mencarikan solusinya. Apa yang menjadi titik permasalahan, mari kita selesaikan bersama. Jangan hanya terjadi di puncaknya saja, tapi di bawah juga kita harus saling koordinasi. Mari bersama-sama mengamankan Pulau Dewata ini,” pintanya.
Kalapas Dan KPLP Kerobokan Dicopot
Sunarto Bondan dicopot dari jabatannya sebagai Kalapas Kelas II A Denpasar, menyusul bentrok ormas Baladika dan Laskar Bali. Tidak hanya Sunarto, Kepala Pengamanan LP (KPLP), Wayan Agus Miarta, juga bernasib sama.     
Keduanya dinilai lalai menjalankan tugas hingga terjadi kericuhan yang mengakibatkan dua orang narapidana tewas. Selanjutnya Sunarto dan Wayan Agus Miarta berkantor di Kanwil Kemenkumham Bali sekaligus untuk memperlancar proses pemeriksaannya.
Pencopotan Kalapas Kerobokan itu dibenarkan Kepala Divisi Pemasyarakatan Kemenkumham Kanwil Bali, Nyoman Putra Surya Atmaja. "Kalapas Kerobokan, Sunarto, sudah kita lepas dari jabatannya dan penggantinya Kalapas Karangasem, Kusbiyantoro," ucapnya.  
Sekadar diketahui, Sunarto baru sekitar dua bulan menjabat Kalapas Kerobokan menggantikan Sudjonggo. Sunarto akan pensiun pada Maret 2016 mendatang. Sunarto kepada wartawan menyatakan siap menghadapai proses pemeriksaan. “Ya, saya memang diganti dan bagi saya sebagai bawahan wajib mengamankan kebijakan atasan. Ini resiko tugas,” ujarnya.
Giliran Kakanwil Kemenhum dan HAM Bali Terancam Dicopot
Sekretaris Komisi I DPRD Provinsi Bali, Dewa Nyoman Rai, mengapresiasi pencopotan Kalapas Kelas II A Kerobokan, Sunarto Bondan, dari jabatannya. 
Pencopotan Sunarto dpada Minggu (20/12) itu merupakan buntut dari kerusuhan yang terjadi 17 Desember 2015. Dua narapidana tewas dan dua lainnya terluka. Selain itu, juga ditemukan berbagai jenis senjata tajam, senjata api dan pohon ganja di LP terbesar di Bali tersebut. "Sudah tepat Kalapas Kerobokan itu dicopot," tegas Dewa Rai di Denpasar, Selasa (22/12).
Kendati demikian, Dewa Rai menilai pihak yang bertanggung jawab atas persoalan di Lapas Kerobokan tak hanya kalapas-nya. Anggota Fraksi PDIP ini menegaskan, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM (Kakanwil Kemenhum dan HAM) Bali, Sulistiono, dan Kepala Divisi Pemasyarakatan Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Bali Bali, Nyoman Putra Surya Atmaja, juga harus bertanggung jawab. 
Ia bahkan mendesak kedua pejabat itu pun dicopot dari jabatannya. "Mereka itu juga harus dicopot dari jabatannya. Mereka tak bisa 'cuci tangan' dari berbagai persoalan lapas di Bali," tegasnya.
Politisi vokal asal Buleleng ini melanjutkan, temuan senjata tajam tak hanya ada di Lapas Kerobokan. "Di lapas lain di Bali juga ditemukan senjata tajam. Seharusnya itu tak boleh terjadi. Kanwil Kementerian Hukum dan HAM Provinsi Bali gagal membenahi lapas di Bali. Tak bisa kesalahan itu dibebankan kepada kalapasnya saja. Mereka juga harus bertanggung jawab," ujarnya.
Lebih lanjut Dewa Rai berharap tak ada lagi kerusuhan di lapas. Ia juga berharap, petugas lapas bekerja dengan baik untuk mencegah masuknya senjata tajam, senjata api maupun narkoba ke lapas. Karena itu, ia mendorong petugas lapas menggandeng aparat kepolisian untuk melakukan razia rutin di lapas.
"Misalnya razia sekali sebulan. Itu rutin dilakukan. Itu sebagai tindakan preventif mencegah masuknya barang-barang berbahaya tersebut ke lapas. Saya yakin, jika itu rutin dilakukan maka tidak akan ditemukan lagi senjata tajam, senjata api dan narkoba di lapas," pungkas Dewa Rai.
Dewan Usulkan Relokasi Lapas Kerobokan Ke Tianyar
Wacana untuk merelokasi Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kerobokan terus bergulir beberapa tahun terakhir, terutama setiap terjadi bentrokan antara narapidana di lapas terbesar di Pulau Dewata itu. Wacana ini diangkat lantaran Lapas Kerobokan dinilai sudah over kapasitas. Pasca bentrokan antara penghuni Lapas Kerobokan beberapa waktu lalu, wacana ini pun kembali muncul. Hanya saja sama seperti pengalaman sebelumnya, setiap kali wacana ini digulirkan justru pada akhirnya sulit direalisasikan. Kalaupun ada tindak lanjut, rata-rata hanya sebatas merenovasi bangunan yang ada. 
Menariknya, di tengah pesimisme akan terealisasinya relokasi Lapas Kerobokan ini, DPRD Provinsi Bali justru memberikan dukungan atas wacana tersebut. Bahkan, Ketua Komisi III DPRD Provinsi Bali, Nengah Tamba, mengusulkan agar lapas baru dibangun di wilayah Karangasem. 
"Komisi III DPRD Provinsi Bali yang membidangi pembangunan, mendukung rencana relokasi Lapas Kerobokan dan kami mengusulkan agar lapas penggantinya dibangun di Kabupaten Karangasem dan bisa memilih daerah yang paling tertinggal seperti Tianyar, yang kering dan tandus,” kata Tamba di Denpasar, Rabu (23/12). 
Karangasem dipilih sebagai lokasi pembangunan lapas, karena selama ini daerah Bali timur ini selalu disebut jauh tertinggal, dengan tingkat kemiskinan yang tinggi. Menurut Tamba, jika lapas dibangun di Tianyar, Karangasem, maka akan membawa multiplayer efek. "Itu akan berpengaruh pada geliat ekonomi masyarakat setempat," tandas politisi asal Jembrana itu.
Tianyar, kata dia, merupakan daerah yang kering dan tandus. Bahkan selama ini, Desa Tianyar disebut-sebut sebagai pemasok gelandangan dan pengemis (gepeng) ke Kota Denpasar. "Dengan dibangunnya lapas di sana, kami yakin akan memberikan dampak pada pembangunan masyarakatnya, termasuk perputaran ekonominya akan lebih hidup," tandasnya. 
Selain hal itu, disebutnya Karangasem memiliki aura magis yang sangat tinggi. Dengan aura magis tersebut diharapkan akan membawa pengaruh positif terhadap para narapidana untuk bisa lebih sadar, misalnya menjalani hukumannya dengan baik termasuk bisa membaca kitab-kitab suci sesuai keyakinannya di tengah-tengah menjalani hukuman. 
"Para napi bisa mengikuti latihan dan bimbingan, jauh dari kebisingan, jauh dari pengaruh ibu kota, apalagi pengaruh glamornya pariwisata di Badung dan Denpasar. Selesai dari pembinaan, para napi ke luar dari lapas bisa kembali bermasyarakat dan bisa berubah menjadi lebih baik dan berguna bagi masyarakat,” kata Tamba.
Terkait besarnya biaya yang dibutuhkan untuk relokasi lapas, Tamba mengaku, hal tersebut bisa diperjuangkan ke pusat. "APBN yang ribuan triliun jumlahnya, tidaklah mungkin tidak bisa membangun lapas yang representatif. Dan, buktinya, Lapas Kerobokan sudah tidak memenuhi syarat untuk menampung ribuan napi," kata Anggota Fraksi Partai Demokrat DPRD Provinsi Bali ini. 
Idealnya, kata dia, Lapas Kerobokan hanya menampung 300 narapidana. Sementara saat ini sekitar 1.000 narapidana yang menghuni lapas tersebut. "Dengan kondisi ini diharapkan pembangunan lapas yang baru secepatnya bisa terealisasi dan bukan jadi wacana dan wacana saja," ujar Tamba.
Tak jauh berbeda dilontarkan Anggota Komisi III DPRD Provinsi Bali, Ketut Kariyasa Adnyana. Menurutnya, wacana pembangunan lapas baru itu sudah bergulir sejak lama. Bahkan pernah mengemuka usulan agar lapas baru ini dibangun di Nusa Penida atau di Bangli. Sayangnya, wacana ini tak direspon masyarakat Nusa Penida. Padahal, Kabupaten Klungkung sendiri sudah memiliki rencana untuk pengembangan Nusa Penida sebagai kawasan wisata, khususnya wisata spiritual. "Nusa Penida adalah telur emasnya Klungkung, dan sewaktu-waktu akan menetas yang bisa mensejahterakan masyarakat Klungkung,” pungkasnya. (Rie) web majalah fakta / majalah fakta online

No comments:

Post a Comment