POLRI DIMINTA BERTINDAK PROFESIONAL
“Ini sepenuhnya
adalah kesalahpahaman individu-individu yang masih berjiwa muda, jadi mudah
terprovokasi”.
KANTOR Satuan Polisi Pamong
Praja (Satpol PP) Kota Makassar di Jalan Balaikota, pasca bentrok antara
anggota Satpol PP dan anggota Polrestabes Makassar, Minggu dini hari (7/8), sederet
kaca jendelanya pecah akibat lemparan batu dan gas air mata yang diarahkan ke
dalam Kantor Satpol PP. Tak hanya jendela, 10 mobil dan 86 motor yang terparkir
di halaman kantor juga jadi korban. Setibanya di kantor Satpol PP, Walikota
Makassar, Mohammad Ramdhan Pomanto, mengaku prihatin dengan kerusakan yang
diderita Pemerintah Kota Makassar tersebut. Untuk itu pihaknya pun akan
menempuh jalur hukum terkait pengrusakan.
Walikota Makassar, Mohammad Ramdhan Pomanto.
|
Pihak pemkot kabarnya akan membentuk tim
hukum. Saat itu terlihat tim dari Dinas Perumahan dan Gedung Kota Makassar
menghitung kerugian yang ditimbulkan pasca bentrok, sesuai berita acara kerusakan
gedung dengan hasil investigasi. “Kami masih memberikan kesempatan pada
penyidik kepolisian untuk memeriksa kerusakan, jika sudah selesai baru kita
akan benahi,” ungkapnya.
Walikota juga sempat mendatangi ruangan
Kepala Satpol PP, Iman Hud, yang dipakai tim Indonesia Automatic Fingerprint
Identification System (Inafis) Kepolisian Daerah (Polda) Sulselbar untuk
melakukan penyelidikan terhadap rekaman CCTV dari proses bentrok yang terjadi.
Belum diketahui pasti, apakah penyelidikan terhadap CCTV yang dilakukan Tim Inafis
sudah melalui prosedur. Pasalnya, hasil rekaman CCTV itu merupakan akses
terbatas (limited access) milik Pemkot Makassar dan untuk mengakses pihak
kepolisian harus menyurati secara resmi terlebih dahulu, sesuai prosedur yang
berlaku. Tapi mereka mengaku sudah menyampaikan secara lisan untuk melakukan penyelidikan
pada rekaman CCTV kamera milik Satpol PP tersebut. “Saya yakin kepolisian bisa
bertindak secara profesional”.
Dalam bentrok yang terjadi dini hari itu tercatat
11 personel Satpol PP yang terluka, salah satunya sempat kritis akibat luka
tikam di bagian pinggang kiri dan pundak kanan.
Dalam konferensi pers yang diadakan di
halaman Balai Kota Makassar, Wakil Kepala Kepolisian Resort Kota Besar
(Wakapolrestabes) Makassar, AKBP C F Hotman Sirait, mengatakan, pertikaian yang
terjadi akibat kesalahpahaman antara oknum anggota kepolisian dan satpol PP
yang masing-masing masih berjiwa muda dan mudah terpancing.
“Saya mewakili Kapolrestabes Makassar sangat
menyayangkan kejadian ini. Kami juga telah mendalami, ini sepenuhnya adalah
kesalahpahaman individu-individu yang masih berjiwa muda, jadi mudah
terprovokasi”.
Sementara Komandan Komando Distrik Militer
(Kodim) 1408/BS, Letnan Kolonel (Kav) Otto Sollu, menghimbau, jangan menyeret
institusi untuk tidak membesarkan permasalahan dan menekan isu-isu simpang-siur
yang beredar. Ia mengakui jika sesungguhnya unsur Forum Komunikasi Pimpinan
Daerah (Forkopimda) di Kota Makassar cukup solid, sehingga kejadian itu bisa
cepat dikoordinasikan, bahkan seluruh unsur forkopimda turun langsung ke
lapangan.
Dandim meminta agar anggota polri tetap tenang
dan tidak melakukan balas dendam. “Kita juga berduka karena insiden ini
mengakibatkan salah satu anggota polisi tewas”. Dandim juga berpesan agar semua
pihak menahan diri dan tidak mudah terpancing.
Kabid Humas Polda Sulselbar, Kombes Pol Frans
Barung Mangera, mengatakan, kasus penyerangan Balai Kota Makassar itu akan
dituntaskan ke depan. Barung juga mengatakan bahwa tidak ada perpecahan antara
Pemerintahan Kota Makassar dan aparat kepolisian, sehingga kasus ini akan
dituntaskan. “Biarlah penyidik menjalankan tugasnya dengan baik. Saat ini
penyidik telah mengumpulkan barang buktinya, yakni rekaman CCTV di Balai Kota
Makassar. Saya katakan kejadian itu memang individu, seseorang, dan tidak ada
perintah dari atasan,” katanya.
Seperti diberitakan bahwa aksi penyerangan
yang melibatkan 2 institusi itu terjadi Sabtu malam. Dilaporkan sekitar 50
orang oknum polisi dari Satuan Sabhara diduga melakukan penyerangan sekaligus
pengrusakan di markas Satpol PP Makassar di Balai Kota Makassar, Jalan Ahmad
Yani. Aksi penyerangan tersebut sebagai buntut keributan antara seorang oknum
Satpol PP Makassar dengan dua oknum anggota Sabhara di Anjungan Losari (6/8).
Dalam laporan polisi disebutkan bahwa sebelum
penyerangan terjadi perkelahian antara Hadryatno (Anggota Satpol PP Makassar)
dengan dua orang Anggota Sabhara, yakni Bripda Hendrik dan Bripda Asmat.
Berdasarkan keterangan Handryatno yang saat itu tengah melaksanakan pengamanan
acara nikah masal di area parkir Anjungan Pantai Losari, ia menegur dua anggota
polisi berboncengan sepeda motor dinas melaju kencang masuk ke areal parkir
Anjungan Pantai Losari.
“Mereka masuk naik motor trail dinas melaju
kencang masuk ke Anjungan Pantai Losari. Kemudian saya tegur. Namun mereka
tidak menghiraukan. Tidak lama kemudian mereka memarkir motornya dan langsung
menuju ke saya dan berkata,’Ada apa ? Saya ini aparat”. Ia menjawab,”Saya tahu
bapak aparat tapi pelan-pelan”.
Handryanto melanjutkan, saat itu salah satu
dari polisi tersebut menarik kerah bajunya dan menendang bagian perutnya.
Merasa tidak terima atas perlakuan itu, Handryanto membalas dengan pukulan ke
arah polisi tersebut. “Dia tarik kerah baju saya terus menendang perut saya.
Saya kemudian membalas memukul. Itu hanya bela diri saja karena saya merasa
terdesak dua lawan satu”.
Kasat Pol PP Makassar, Iman Hud, yang
menerima informasi kemudian menuju ke lokasi dan langsung melerai perkelahian
tersebut. Kedua polisi tersebut kemudian meninggalkan lokasi, namun sambil mengeluarkan
kalimat mengancam,“Tunggu saya di sini saya panggil teman-teman saya”.
Guna menghindari keributan, 1 Kompi Anggota
Satpol PP yang saat itu sedang melaksanakan pengamanan diminta meninggalkan Anjungan
Pantai Losari menuju ke markas di kantor Balai Kota. Tak lama berada di markas,
sekitar 50 orang yang diduga oknum anggota Sabhara melakukan penyerangan ke
dalam kantor Balai Kota.
Akibatnya, tercatat 14 korban dari kubu
Satpol PP Makassar. Dua anggota Satpol PP dan 1 warga sipil dirujuk ke RS
Bhayangkara karena mengalami luka. Sementara korban lainnya diamankan ke
Mapolrestabes Makassar. Sejumlah sepeda motor yang terparkir di markas Satpol
PP pun ikut rusak. Satu anggota polisi meninggal dunia bernama Bripda Michael
Abraham Rieuwpassa. Bripda Michael sempat dilarikan ke RS Akademis Jaury Jusuf
Putra oleh rekannya setelah mengalami pendarahan hebat. Tapi nyawanya tidak
tertolong dan meninggal dunia di rumah sakit. Tak hanya itu, satu anggota polisi
bernama Bripka Nelson terluka di bagian tangan dan dirawat di RS Bhayangkara.
Saat berita ini dibuat situasi sudah kondusif
setelah Kapolrestabes Makassar, Kombes Rusdi Hartanto, melakukan apel pemeriksaan
personil. Apel pemeriksaan dilakukan untuk menghindari aksi ini kembali
terulang.
Kapolda Sulselbar, Irjen Pol Anton Charliyan.
|
Pasca kejadian itu, Polda Sulselbar
membentuk tim Investigasi yang melibatkan Mabes Polri maupun Pemerintah Kota
Makassar. Kapolda Sulselbar, Irjen Pol Anton Charliyan, mengatakan, keterlibatan
tim Mabes Polri itu dilakukan berdasarkan instruksi langsung Kapolri Jenderal
Tito Karnavian. Katanya, selain melibatkan pusat, untuk mengungkap insiden
penyerangan itu, pihak Pemkot Makassar pun terlibat dalam tim gabungan
investigasi. “Tim ini bukan pertama kali bekerja di kepolisian. Dan kita akan
tetap kedepankan independensi dan profesionalitas,” kata Kapolda Anton
Charliyan.
Kapolda mengharapkan semua pihak bisa
menahan diri hingga proses penanganan tim gabungan investigasi selesai. “Sikap
dewasa dan tidak melakukan tindakan main hakim sendiri harus dilakukan. Proses
investigasi harus dilakukan secara adil, tidak memihak dan professional. Jadi
kalau ada anggota bersalah kita akan tindak tegas, bagitu juga dengan oknum pemda
kalau ada kita tindak juga. Saya juga periksa jangan sampai terjadi pemukulan pada
anggota satpol PP yang diperiksa dan memang tidak ada yang seperti itu,” kata
jenderal polisi bintang dua ini.
Anton
enggan menyebutkan kronologis bentrokan hingga penyerangan ke kantor Balai
Kota, dan juga menolak menanggapi isu-isu soal pemicu bentrokan. “Semua isu itu
akan dibuktikan dengan investigasi yang tengah berjalan”.
Empat Anggota Satpol PP Diculik ?
Empat
anggota Satpol PP belum diketahui keberadaannya. Kasatpol PP Kota Makassar,
Iman Hud, yang dikonfirmasi membenarkan informasi tersebut setelah menerima
laporan dari pihak keluarga Sultan yang merupakan anggota Satpol PP yang
diculik. “Benar informasi itu, saya menerima laporan keluarga korban bernama
Hasbiati yang mengaku jika Sultan diculik pada pukul 02.00 Wita Senin dini
hari,” kata Iman.
Menurutnya,
saat itu pihaknya telah mendapat laporan keluarga korban, lalu menceritakan
kejadian itu. Kejadian berawal saat korban tertidur pulas, kemudian datanglah
orang tak dikenal (OTK) dan langsung saja membawa Sultan. “Atas informasi itu,
kami tindak lanjuti dan melakukan koordinasi dengan pihak kepolisian,” ujar
Iman.
Sampai
saat ini pihaknya belum mengetahui keberadaan empat anggotanya, yakni Sultan,
Supardi, Reza dan Lukman Buang. Belakangan diketahui jika Lukman Buang dan
Supardi diamankan di Resmob. Sementara keberadaan Sultan dan Reza belum
diketahui. Dari keterangan keluarga Sultan, tak diketahui identitas orang yang
membawa Sultan dan Reza. “Kami juga belum bisa banyak berkomentar, sebab hal
itu bisa saja bagian dari proses pengembangan yang dilakukan aparat kepolisian.
Namun sejauh ini kami berupaya mendalami. Kami belum juga mendapat informasi
dari Polda dan Polres apakah anggota kami itu masuk dalam lima orang yang
terlibat”.
Sementara itu, Kabid Humas Polda Sulselbar,
Kombes Pol Frans Barung Mangera, mengaku belum menerima informasi tersebut dan
di Polda Sulsel tak ada hal itu. “Saya belum terima informasi itu dan di Polda
tak ada pihak Satpol PP yang diculik”. (F.998) web majalah fakta / majalah fakta online / mdsnacks
No comments:
Post a Comment