Thursday, October 2, 2014

OPINI : MENGAPA ISIS HEBOH SAAT PRESIDEN TERPILIHNYA SIPIL ?

Imam Djasmani
Pengamat Sosial Politik

ISIS (Islamic State of Iraq and Suriah) merupakan kelompok garis keras umat Islam yang menghalalkan segala cara dengan melakukan pembantaian kepada lawan pemahamannya yang tidak sealiran untuk menjadikan Suriah dan Irak sebagai negara Islam. ISIS lahir pada tahun 2013 di Irak dengan melakukan berbagai macam kegiatan untuk mengembangkan sayapnya yang diyakini sebagai agama yang paling benar dan juga melakukan perlawanan pada pemerintah Irak, termasuk pembantaian terhadap kaum Syah, tidak pandang anak-anak, wanita, tidak peduli walaupun sesama umat Islam. Menurut informasi yang sering didengungkan media elektronik bahwa ISIS tidak peduli walau sesama kaum Islam bila tidak sepaham, sealiran, dan dari golongan manapun, akan dihabisi.
ISIS yang ada di Irak terdapat juga warga negara Indonesia yang turut bergabung untuk berjuang melawan zionis atau kelompok yang tidak sepaham dengan yang diyakininya. Menurut Kepala BIN (Badan Intelijen Negara), ISIS sudah merebak di wilayah negara RI dan dianggap sudah sangat membahayakan melebihi Al Qaidah.
Menteri Agama, para kyai, tokoh agama Islam, ulama dan organisasi kemasyarakatan Islam menyampaikan beragam pendapat menanggapi keberadaan ISIS di Indonesia yang dianggap sangat membahayakan dan harus dicegah agar tidak berada dan berkembang di RI. Intinya, mereka ramai-ramai menolak keberadaan ISIS di Indonesia, harus ditumpas !
Yang menjadi pertanyaan, sudah seberapa jauh perkembangan ISIS di Indonesia dan besar pengaruhnya di Indonesia ? Apakah sudah benar-benar kronis dan membahayakan dan sudah berapa jumlah pengikut ISIS di Indonesia ? Kelihatannya seperti mau kiamat saja. Yang mengherankan dan menjadi pertanyaan besar pula, mengapa heboh ISIS di Indonesia baru menggema saat akan dilakukan pergantian Presiden RI ? Mengapa selama ini, sebelum pemilihan presiden tenang-tenang saja dan aman-aman saja, tidak ada gejolak yang berkaitan dengan ISIS ? Namun setelah pemilihan presiden berlangsung, heboh ISIS langsung mencuat menggemparkan seluruh lapisan masyarakat. Jangan-jangan karena presiden terpilihnya dari sipil lalu mulai digoyang-goyang.
Ujung-ujungnya ISIS dikatakan sebagai terorisme. Untuk membasmi, memberantas ISIS, harus diperlukan dana yang cukup besar, sarana dan prasarana juga diperlukan, karena yang dikhawatirkan di sana-sini akan timbul huru-hara dan menjamurnya teroris, dan akan muncul lagi bom di berbagai tempat seperti dahulu pada saat presidennya dipegang sipil, bom di mana-mana, di masjid, gereja, hotel dan sebagainya. Ternyata setelah presidennya dari TNI kejadian pengeboman langsung lenyap begitu saja. Masih ada pengeboman tetapi hanya satu-dua saja. Saat presiden yang terpilih dari TNI, dalam penyelidikan ternyata ada purnawirawan TNI bintang dua memiliki granat  dan puluhan senjata laras panjang dan pendek. Sedangkan dalam aturan UU, hal itu tidak diperbolehkan. Walaupun perwira tinggi untuk menyimpan berbagai senjata di rumahnya harus ada surat ijinnya.
Negara Indonesia adalah negara hukum, tetapi mengapa masih dalam taraf diduga dalam pengamanannya pihak Gegana langsung melakukan penangkapan. Apa itu dibenarkan ? Sedangkan yang dikatakan perbuatan kejahatan/makar itu harus ada dua alat bukti yaitu bukti dan saksi. Bila baru diduga sudah dilakukan penangkapan, negara ini mau di bawa ke mana ? Yang dikhawatirkan, yang diduga itu ditangkap lalu diperiksa dengan tekanan dan penyiksaan agar mau mengakui walaupun tidak melakukan. Itu tidak sedikit yang terkuak, seperti tidak melakukan pembunuhan tetapi disuruh mengaku membunuh. Yang dikhawatirkan, dalam penangkapan kelompok ISIS yang dianggap terorisme, ternyata salah sasaran dan rekayasa yang mengakibatkan keresahan masyarakat dan yang menjadi korban umat Islam yang tidak tahu apa-apa atau sekedar tahu lalu ditangkap dikait-kaitkan dengan kegiatan teroris ISIS. Itu semua semoga tidak terjadi.
           Selain itu jangan sampai terjadinya heboh ISIS di Indonesia adalah pesanan dari negara asing untuk mengganggu umat Islam di Indonesia. Karena selama ini yang dikatakan terorisme itu hanya umat Islam sedangkan kelompok agama lain selama ini kelihatannya belum pernah terdengar disebut sebagai teroris. Diharapkan para ulama, kyai, dan tokoh agama Islam untuk lebih berhati-hati dan teliti, tidak latah berkomentar berkaitan dengan terorisme. Jangan-jangan malah diadu-domba seperti pada jaman penjajahan Belanda dulu, devide et impera. Akhirnya siapa yang menjadi korban dan siapa yang diuntungkan ? Jangan memberikan tanggapan dan komentar tentang ISIS seperti dunia ini akan runtuh saja. Berilah tanggapan dan komentar yang menyejukkan umat, jangan sampai malah over acting sok jadi pahlawan dan sok segala-galanya tahu. Sepertinya malah memprovokatori agar aparat keamanan bertindak lebih bersemangat untuk melakukan tindakan yang lebih brutal pada teroris tanpa dilandasi dengan aturan hukum yang berlaku di republik ini. (*) web majalah fakta / majalah fakta online

No comments:

Post a Comment