Thursday, October 2, 2014

INFO JATIM : KEMBAR SIAM NURUL – RAHMA AKHIRNYA TERPISAH

Direktur Utama RSU Dr Soetomo, Dr Dodo Anondo
KEBERHASILAN Tim Dokter RSU Dr Soetomo Surabaya memisahkan bayi kembar siam kembali terukir. Direktur Utama (Dirut) RSU Dr Soetomo, Dr Dodo Anondo, merasa bersyukur melihat bayi kembar siam itu bisa terselamatkan. “Meski tim dokter memerlukan waktu delapan jam untuk memisahkan bayi kembar siam asal Banyuwangi, Nurul-Rahma, itu Rabu (13/8), namun hasil kerja keras mereka layak diacungi jempol,” ujarnya.
Dodo menambahkan, operasi mulai dilakukan pada pukul 10.15 WIB. Selang tiga jam kemudian, 13.44 WIB, anak pasangan Sika Jayanti dan Yuda Winarno ini sudah terpisah.
Tim bedah yang memimpin pemisahan liver Nurul-Rahma, dr Purwadi SpP SUB SpBA, menerangkan tahap pertama operasi adalah melakukan pemisahan liver.
"Kami memulai dari yang paling sulit, yaitu memisahkan liver," kata Purwadi, Rabu (13/8).
Setelah memisahkan liver, tim dokter yang berjunlah 125 orang ini langsung memulai prosedur pemotongan bagian dada dan perut Nurul-Rahma. Begitu kedua bayi ini terpisah, tim dokter langsung melakukan pembedahan plastik untuk menutup luka keduanya.
Purwadi menjelaskan, pemisahan liver sangat sulit karena pembatas liver antara keduanya sangat tebal. Selain itu, tim dokter pun kesulitan menemukan pembuluh darah vena hepatika yang merupakan penyambung hidup Rahma yang mengalami kelainan jantung akut. "Pembuluh darah ini membuat oksigen dan darah bersih bisa mengalir di jantung Rahma”.
Kepala Neonatologi RSU Dr Soetomo, Dr dr Agus Harianto SpA(K), menambahkan, tim dokter memutuskan untuk tidak mengutak-atik jantung Rahma yang memiliki kelainan jantung reverse diferensiasi sianosis (RDS) atau terbaliknya aliran darah. Menurut Agus, kelainan jantung Rahma inilah yang juga menyelamatkannya.
"Kami pertimbangkan untuk membiarkan kelainan jantung Rahma, karena ternyata itu karunia Tuhan yang membuat Rahma tetap hidup," tandas Agus.
Tim bedah plastik, Prof Dr dr Sjaifuddin Noer, menambahkan, ada kendala saat akan menutup luka Rahma. Pada bagian dada ada tulang yang menonjol yang mengakibatkan luka tubuh Rahma tidak tertutup sempurna. Luka tersebut membentuk lubang menganga yang tembus ke bagian organ dalam.
"Jaringan kulit Rahma tidak bisa kami paksakan untuk disambung. Kalau dipaksakan jaringan kulitnya malah bisa mati dan rusak. Kalau Nurul tak ada masalah," tukas Saifuddin.
Untuk menutupi lubang yang menganga tersebut, tim dokter menambalnya dengan alat vacum assisted closure (VAC). Alat ini nantinya merangsang pertumbuhan jaringan granular agar lubang menganga sekitar diameter 5 cm ini semakin mengecil.
"Alat ini hampa udara. Selain menutup lubang menganga tersebut, juga berfungsi untuk menyedot cairan dan bakteri dari dalam tubuh. Untuk sementara, prosedur inilah yang kami lakukan," ujarnya.
Selesai menjalani operasi pemisahan, Nurul-Rahma langsung dimasukkan di ruang ICU GBPT. Orangtua Nurul-Rahma, Sika Jayanti, tak henti-hentinya meneteskan air mata ketika melihat pemisahan kedua putrinya ini. Jalannya operasi memang bisa dilihat langsung. Ketika jaringan terakhir berhasil dipotong, Sika langsung menangis terharu sembari mengucapkan rasa syukur. "Alhamdulillah. Terima kasih, saya bahagia operasi berhasil. Saya tidak bisa bilang apa-apa selain terima kasih kepada semua pihak," ucap Sika sembari sesegukan.
Seperti diketahui, kembar siam adalah keadaan anak kembar yang tubuh keduanya bersatu. Hal ini terjadi apabila zigot dari bayi kembar identik gagal terpisah secara sempurna. Kemunculan kasus kembar siam diperkirakan adalah satu dalam 200.000 kelahiran. Yang bisa bertahan hidup berkisar antara 5% dan 25%, dan kebanyakan (75%) berjenis kelamin perempuan.
Berikut beberapa penanganan bayi kembar siam di RSU Dr Soetomo :
Nugroho Yuliana dan Nugroho Yuliani
Kembar siam Nugroho Yuliana dan Nugroho Yuliani merupakan anak pasangan Suyono dan Sri Mariyati asal Desa Balerejo, Madiun, Jawa Timur. Keduanya lahir melalui operasi caesar di RSUD dr Soedono Madiun pada 3 Maret 2003. Pihak RSUD dr Soedono Madiun merujuk bayi kembar siam tersebut ke RSU Dr Soetomo Surabaya karena tidak mampu menanganinya.
Prof Soegeng Soekamto Martoprawiro, seorang ahli patologi, turut serta memisahkan Yuliana dan Yuliani pada Minggu, 21 Maret 2003, beberapa jam sesudah kembar siam itu meninggal dunia sekitar pukul 04.50 Wib. Pemisahan tetap dilakukan atas permintaan orangtua si kembar siam, lantas dimasukkan dalam peti dan dimakamkan secara terpisah di desanya.
Tim dokter menyatakan Yuliana dan Yuliani meninggal akibat thorako ompalo fagus atau mengalami kegagalan bawaan fungsi-fungsi organ secara multiple. Kelainan itu antara lain otak bayi mengalami pembengkakan karena kekurangan oksigen. Selain itu, tulang dada dan leher keduanya saling menarik. Kedua bayi ini pun hanya memiliki satu kantung jantung, sementara paru-parunya mengembang tidak sempurna.
Faktor inilah yang antara lain membuat dokter sejak awal berkesimpulan bayi ini tak mungkin dipisahkan. Kalaupun dipaksa dipisahkan bayi kembar ini akan meninggal di meja operasi. Saat meninggal berat kedua bayi 5,5 kg dan mereka merupakan bayi kembar siam ke-16 yang pernah ditangani RSU Dr Soetomo.
Manna dan Salwa
Ketika melahirkan prematur pada 25 Juli 2003 Ani Aristin, warga Desa Gladak Kembar, Purwoasri, Banyuwangi, Jawa Timur, mendapatkan tiga bayi kembar. Namun dua di antaranya dempet. Kembar siam yang belakangan diberi nama Manna dan Salwa, langsung dibawa sang suami, Muhammad Hakim Firman, ke RSU Dr Soetomo Surabaya. Sementara Salma, kembar satu lagi yang tidak dempet seperti dua saudara kembarnya, tetap bersama sang ibu di RS Perkebunan Bhakti Husada, Desa Krikilan, Kecamatan Glenmore, Banyuwangi, Jawa Timur.
Manna dan Salwa dempet dada hingga pinggang, dengan hanya memiliki sepasang kaki dan dua pasang tangan. Tim dokter RSU Dr Soetomo yang diketuai Prof dr Silvy Damanik SpA telah memutuskan untuk tidak melakukan operasi pemisahan pada keduanya, karena risiko kematian yang dihadapi cukup besar
Dwipayani dan Dwipayanti
Kembar siam Dwipayani dan Dwipayanti merupakan putri pasangan I Gusti Ayu Ketut Sriyani dan Gusti Eka Laya Kunta, seorang anggota polisi berpangkat Ajun Inspektur Polisi Dua (Aipda) yang tinggal di Desa Mengwi, Denpasar,Bali. Kembar siam ini lahir pada 1 Mei 2004, dengan kondisi dempet pada bagian dada hingga perut.
Operasi pemisahannya berbiaya Rp 532 juta, dilakukan di RSU Dr Soetomo Surabaya.
Sebelum menjalani pemisahan, kembar siam ini terlebih dahulu menjalani operasi tissue expander, memasukkan sebuah alat untuk pengembangan jaringan kulit sebelum operasi pemisahan. Pada Sabtu, 29 Januari2005, sekitar pukul 15.50 Wita, sebanyak 42 anggota tim dokter yang menangani operasi berhasil memisahkan keduanya. Ini merupakan pasien kembar siam ke 17 yang ditangani RSU Dr Soetomo.
Sayangnya, pada 3 Februari, atau lima hari pasca operasi, Dwipayani meninggal dunia saat dalam perawatan di rumah sakit karena kebocoran di jantungnya. Dia dikuburkan di Setra Kekeran, Mengwi, Bali. Sedangkan Dwipayanti dalam keadaan sehat hingga kini.
Ahmad Mukti Abadi dan Amir Machmud
Setelah menjalani operasi selama lebih dari lima jam, akhirnya tim dokter dari RSU Dr Soetomo Surabaya berhasil memisahkan bayi kembar siam tidak sempurna (incomplete conjoined twin), Ahmad Mukti Abadi dan Amir Machmud, putra M Rizqon dan Munatin.
Dr Teguh Sylvaranto SpAn KIC memimpin operasi pemisahan yang melibatkan 25 orang dokter itu pada 2 Juni 2005, ketika kembar siam itu masih berusia 104 hari.
Saat lahir pada 15 Februari 2005, kondisi normal terlihat pada tubuh Abadi. Sementara kondisi kembarannya, Machmud, tumbuh tidak lengkap. Amir disebut sebagai bayi parasit karena menempel pada tubuh Abadi. Machmud hanya mempunyai liver, limpa, sepasang ginjal. Namun belakangan Mahmud ternyata mengalami perkembangan pesat.
Rochman dan Rochim
Rochman dan Rochim, bayi kembar siam dengan nama asli Abdurrohman dan Abdurrohim, dilahirkan di RSU Swadana, Jombang, pada 4 September 2009 dengan berat 5,1 kilogram dan panjang 39 centimeter. Kedua anak pasangan Anis Mulyo dan Supinah ini berjenis kelamin laki-laki dan dempet pada bagian pinggul.
Seperti kembar siam lainnya, Rochman dan Rochim mempunyai kelainan fisik saat dilahirkan. Selain dempet di bagian pinggul, mereka berdua hanya memiliki satu alat kelamin laki-laki.
            Operasi pemisahan dilakukan di Gedung Bedah Pusat Terpadu (GBPT) RSU Dr Soetomo Surabaya pada tanggal 9 April 2011. Operasi pemisahan ini melibatkan 100 dokter dari berbagai bidang keahlian. Ketua Pusat Pelayanan Kembar Siam Terpadu (PPKST), dr Agus Harianto SpA(K), kepada wartawan menjelaskan bahwa pemisahan keduanya akan memakan waktu selama 27 jam. Sehari menjelang operasi, pihaknya sempat menemukan adanya infeksi di daerah anus bayi berusia 19 bulan tersebut. Namun dokter telah memberikan obat antibiotik profilaksis. (F.835) web majalah fakta / majalah fakta online

No comments:

Post a Comment