Thursday, July 7, 2016

UNTAIAN PERISTIWA

Demi Masa Depan, “Nanda” Rela Jalan Kaki 4 Km

Nanda Pratama saat jalan kaki 4 km lewat hutan yang sepi ke sekolah.
NASIB siswa yang bernama Nanda Pratama (11), putra dari Hermawanto yang sekarang duduk di bangku Kelas IV Sekolah Dasar Filial Kelas Jauh Dusun VI  Sridamai SD Negeri Induk Penuduan Desa Suka Damai, Kecamatan Tungkal Jaya, perlu perhatian dari pemerintah. Karena anak seusia Nanda yang sanggup bersekolah dengan jalan kaki melalui hutan kurang lebih 4 km, bahkan dengan biaya sendiri hasil dari menjual sayur-sayuran, ini memang wajib dibantu.
Setiap harinya Nanda menuju sekolah tak kenal lelah, padahal jalan yang ditempuh mencapai kurang lebih 4 kilometer dari kediamannya. Di samping menempuh jalan berlumpur, jalan tersebut jarang dilalui penduduk alias sepi. Meskipun nasibnya kurang beruntung seperti anak-anak lain yang kedua orangtuanya mampu menyekolakan, namun Nanada dengan sepatu bututnya dijinjing tetap nekad berjalan kaki demi mengejar cita-citanya sebagai anak  bangsa. Bahkan yang lebih memprihatinkan lagi, anak usia 11 tahun ini mampu membantu orangtuanya sambil sekolah, yaitu berjualan sayur-mayur hasil dari tanamannya sendiri.
Orangtuanya hidup dari hasil bertani yang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari pun tidak cukup, apalagi untuk menyekolahkan Nanda jelas tidak mampu. Dengan demikian Nanda terpaksa sekolah dengan biaya sendiri.
Hasil tim investigasi Aliansi LSM & Ormas Bersatu Sumsel Kabupaten Musi Banyuasin, Sujarnik didampingi Malaka di lapangan beberapa waktu lalu, membenarkan adanya anak usia 11 tahun mampu bersekolah dengan kondisi yang memprihatinkan tersebut. Saat berbincang dengan Nanda di sekolahnya, Nanda membenarkan kalau dia sekolah berjalan kaki dengan jarak tempuh setiap hari kurang lebih 4 km. Itu pun berjalan kaki, tidak jarang pada saat berangkat sekolah kehujanan, untuk mengatasi itu Nanda membukus pakaiannya dengan katong plastik (asoy).
“Ini tidak boleh dibiarkan, kita harus prihatin terutama pemerintah daerah harus turun tangan, apalagi undang-undang sudah mengatur tentang para fakir-miskin dan anak telatar. Dan ini juga menjadi tanggung jawab pihak sekolah karena program pemerintah sudah ada dana untuk membantu anak-anak yang seperti ini. Jika ini dibiarkan jelas menyalahi aturan dan peraturan, artinya kepala sekolah tidak pernah melihat dan mengetahui muridnya masing-masing. Kan sudah ada dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), di situ jelas kalau anak-anak seperti Nanda ini bisa dibantu dengan dana itu,” ungkapnya.     
Dari keterangan salah seorang guru SD Filial Kelas Jauh Desa Suka Damai, Kecamatan Tungkal Jaya, Kabupaten Muba, yang enggan namanya disebutkan bahwa Nanda Pratama, siswa kelas 4 SD ini, selalu datang terlambat. Kalau waktu ujian pernah datangnya sampai jam 09.00 Wib. “Namun masih kami persilakan ikut belajar. Meski demikian siswa ini tidak pernah tidak masuk sekolah (rajin). Karena itu kami dapat memaklumi keadaanya setiap hari berangkat bersekolah dengan berjalan kaki sepanjang kurang lebih 4 km, tidak pernah diantar oleh orangtuanya. Terkadang di waktu panen sayur ia pun berangkat sekolah sambil berjualan sayur untuk membantu orangtuanya. Sebenarnya kami guru-guru di sini prihatin terhadap siswa ini,” ungkapnya.
Di tempat terpisah, Gunawan (38), warga setempat mengatakan, sebenarnya banyak juga anak murid SD di sini jarak rumahnya ke sekolah jauh. “Namun sering kita bantu untuk mengantarnya dengan motor. Tapi kalau yang paling jauh seperti Nanda itu kurang lebih 4 km selalu berjalan kaki sendirian, bahkan jalan yang dilalui itu melewati hutan yang sepi. Kita juga merasa kagum karena dia tetap sekolah dan rajin meskipun keadaannya sulit,”  ujarnya. (F.972) web majalah fakta / majalah fakta online

No comments:

Post a Comment